Kembali ke Surat Sad

ص (Sad)

Surat ke-38, Ayat ke-32

فَقَالَ اِنِّيْٓ اَحْبَبْتُ حُبَّ الْخَيْرِ عَنْ ذِكْرِ رَبِّيْۚ حَتّٰى تَوَارَتْ بِالْحِجَابِۗ

maka dia berkata, “Sesungguhnya aku menyukai segala yang baik (kuda), yang membuat aku ingat akan (kebesaran) Tuhanku, sampai matahari terbenam.”

📚 Tafsir Al-Muyassar

32-33 Lalu dia berkata ’sesungguhnya aku telah lebih mementingkan kecintaan kepada kuda-kuda itu daripada mengingat tuhanku sampai matahari terbenam dari kedua amtaku. Kembalikan kepadaku kuda-kuda yang telah aku lihat tadi. maka kuda-kuda itu dikembalikan kepadanya, lalu dia mulai menebas kaki-kaki dan leher-lehernya dengan pedang untuk mendekatkan diri kepada Allah, karena kuda-kuda itu menjadi sebab dirinya melalikan shalat. Dan mendekatkan (diri kepada Allah) dengan menyembelih kuda disyariatkan dalam syariat sulaiman.

Sumber: https://tafsirweb.com/8518-surat-shad-ayat-32.html

📚 Tafsir as-Sa'di

31-33. Maka dari itu, tatkala diperlihatkan kepadanya kuda-kuda yang gagah lagi sangat kencang larinya. “yang tenang,” maksudnya, yang salah satu cirinya adalah ash-shufun, yaitu salah satu kakinya terangkat tinggi saat berdiri, dan itu merupakan pemandangan yang sangat indah dan kegagahan yang sangat menakjubkan, terutama bagi orang yang membutuhkannya, seperti para raja. Kuda-kuda itu pun terus diperlihatkan kepadanya hingga matahari hilang dari penglihatan.

Dengan demikian kuda-kuda itu telah membuatnya lupa melakukan shalat di waktu sore dan berdzikir. Lalu ia berkata dengan penuh penyesalan atas apa yang telah terjadi dari dirinya dan sebagai taqarrubnya kepada Allah disebabkan apa yang telah membuatnya lupa mengingatNya, dan demi mengutamakan cinta Allah atas cinta kepada yang lain, “Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik ini.” Kata aku menyukai mengandung makna (aku lebih mengutamakan). Artinya, aku lebih mengutamakan suka kepada barang baik ini, yaitu harta pada umumnya, dan yang dimaksud di sini adalah kuda. “Sehingga aku lalai mengingat Rabbku sampai kuda itu hilang dari pandangan.

Bawalah kuda-kuda itu kembali kepadaku.” Maka mereka pun mengembalikannya. “Lalu ia” pada kuda-kuda itu “mengusap-usap kaki dan lehernya.” Maksudnya, beliaupun lalu memotongnya dengan pedangnya pada bagian leher dan kakinya.

Sumber: https://tafsirweb.com/8518-surat-shad-ayat-32.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

32. Sulaiman berkata: “Aku menyukai barang yang baik, yaitu kuda ini. Kecintaan yang tumbuh dari perintah Tuhanku untuk menjaganya, karena kuda-kuda itu termasuk hal yang termasuk dalam hal untuk memperjuangkan agama, bukan kecintaan yang tumbuh dari nafsu dan kesenangan dunia.

Sehingga sampai melalaikan aku bahwa matahari sudah tidak terlihat lagi

Sumber: https://tafsirweb.com/8518-surat-shad-ayat-32.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 30-33 Allah SWT berfirman seraya memberitahukan bahwa Dia telah menganugerahkan anak kepada nabi Dawud, yaitu nabi Sulaiman, yaitu yang menjadi seorang nabi, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud) (Surah An-Naml: 16) yaitu dalam hal kenabian, karena sesungguhnya saat itu Dawud mempunyai anak yang banyak selain nabi Sulaiman.

Sesungguhnya saat itu nabi Dawud mempunyai seratus orang istri yang semuanya dari wanita merdeka. Firman Allah SWT: (dia adalah sebaik-baiknya hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)) pujian kepada nabi Sulaiman, bahwa dia adalah seorang yang sangat taat, banyak beribadah dan suka bertaubat kepada Allah SWT Firman Allah SWT: ((Ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada waktu sore (31)) yaitu pada saat ditampilkan di hadapan nabi Sulaiman keadaan kerajaannya, dan kuda-kuda yang tenang di atas singgasana kerajaannya Mujahid berkata bahwa itu adalah kuda yang yang berdiri di atas ketiga kakinya, sedangkan kaki yang keempatnya menginjakkan ujung kakinya. Ini adalah ciri kuda yang kencang.

Demikian juga dikatakan banyak ulama salaf. Firman Allah SWT: (Ia berkata.”Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan” (32)) Ulama salaf dan mufasir yang memberitahukan bahwa nabi Sulaiman disibukkan penampilan kuda-kuda itu hingga shalat Ashar terlewat darinya. Tetapi yang pasti bahwa nabi Sulaiman tidak meninggalkannya dengan sengaja, melainkan lupa, sebagaimana kesibukan yang pernah dialami Nabi SAW pada hari penggalian parit sehingga shalat Ashar terlewatkan olehnya dan baru mengerjakannya setelah matahari tenggelam.

Disebutkan dalam hadits shahih Bukhari Muslim dari banyak jalur, salah satunya dari Jabir, dia berkata,”Umar datang di hari penggalian parit setelah matahari tenggelam, maka dia mencaci maki orang-orang kafir Quraisy dan berkata, "Wahai Rasulullah, aku belum mengerjakan shalat Ashar, dan matahari telah tenggelam" Rasulullah SAW bersabda, "Demi Allah, aku belum mengerjakannya" Maka kami berangkat menuju Buthan dan Nabi SAW berwudhu untuk shalatnya, lalu kami berwudhu. Maka beliau mengerjakan shalat Ashar setelah matahari tenggelam, kemudian beliau langsung mengerjakan shalat Magrib setelahnya. Barangkali menurut syariat nabi Sulaiman diperbolehkan mengakhirkan shalat karena alasan perang; dan kuda di masanya dimaksudkan untuk berperang.

Segolongan ulama menyatakan bahwa pada mulanya hal itu diisyaratkan, kemudian dinasakh dengan shalat khauf. Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa hal itu diperbolehkan di saat keadaan beradu senjata dan sulit sehingga tidak mungkin melaksanakan shalat, rukuk, dan sujud. Sebagaimana yang dilakukan para sahabat kenika mereka menaklukkan Tustar.

Riwayat ini dinukil dari Makhul, Al-Auza'i dan selain keduanya. Pendapat yang pertama yang lebih mendekati kebenaran, karena setelahnya Allah berfirman: ((Ia Berkata), "Bawalah semua kuda itu kembali kepadaku!" Lalu ia menebas kaki dan leher kuda itu (33)) Hasan Al-Bahsri berkata, "Tidak" nabi Sulaiman berkata, "Demi Allah, janganlah menyibukkanku dari menyembah Tuhanku”Kemudian dia memerintahkan agar kuda-kuda disembelih.

Demikian juga dikatakan Qatadah. Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa nabi Sulaiman mengusap-usap leher dan kaki kuda itu.

Sumber: https://tafsirweb.com/8518-surat-shad-ayat-32.html

Informasi Tambahan

Juz

23

Halaman

455

Ruku

393

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved