Kembali ke Surat Gafir

غافر (Gafir)

Surat ke-40, Ayat ke-35

ۨالَّذِيْنَ يُجَادِلُوْنَ فِيْٓ اٰيٰتِ اللّٰهِ بِغَيْرِ سُلْطٰنٍ اَتٰىهُمْۗ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللّٰهِ وَعِنْدَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ۗ كَذٰلِكَ يَطْبَعُ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ

(yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Sangat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci hati setiap orang yang sombong dan berlaku sewenang-wenang.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Dan orang-orang yang mendebat ayat-ayat Allah dan hujjah-hujjahNya untuk menolaknya dengan tanpa memiliki hujjah-hujjah yang bisa diterima, perdebatan tersebut benar-benar besar dosanya sehingga itu mendatangkan murka Allah dan orang-orang yang beriman, sebagaimana Allah mengunci hati orang-orang yang mendebat itu dengan kesesatan dan Dia telah menutup dari hidayah, Allah juga menutup hati orang-orang yang menyombongkan diri sehingga menolak mentauhidkanNya dan menaatiNya, angkuh dengan banyak melakukan kezhaliman dan permusuhan.

Sumber: https://tafsirweb.com/8847-surat-al-mumin-ayat-35.html

📚 Tafsir as-Sa'di

35. kemudian Allah menyebutkan sifat orang yang melampaui batas lagi pendusta, seraya berfirman “orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah” yang menjelaskan kebenaran dari kebatilan, yang karena sangat jelas ayat-ayat itu hingga laksana mentari bagi pandangan mata, mereka memperdebatkannya sekalipun ayat-ayat itu sudah sangat jelas sekali, agar mereka bisa menolak dan membatalkannya. “tanpa alasan yang sampai kepada mereka”. Maksudnya, tanpa argument dan alasan yang benar. Ini adalah karakter pokok setiap orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah, sebab, mustahil ia akan bisa berdebat berdasarkan argument, sebab kebenaran itu tidak bisa ditentang oleh siapa pun.

Maka ia sama sekali tidak memungkinkan menolaknya dengan dalil syar’I atau ‘aqli. “amat besar” ucapan yang mengandung penolakan terhadap kebenaran dengan batil itu, dan merupakan “kemurkaan di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman”. Jadi, Allah sangat murka terhadap pengucapannya, sebab ucapannya mengandung pendustaan terhadap kebenaran dan membenarkan kebatilan serta menisbatkannya kepada Allah. Ini semua adalah perkara-perkara yang membuat Allah sangat murka kepadanya dan kepada siapa saja yang berkarakterkan demikian.

Dan demikian pula hamba-hambaNya yang beriman sangat membenci perbuatan tersebut dengan sebenci-bencinya, sejalan dengan Tuhan mereka. Mereka adalah manusia-manusia pilihan Allah. Dan kebencian mereka adalah bukti atas kekejian orang yang mereka benci. “Demikianlah” sebagaimana Allah mengunci mati hati keluarga fir’aun, maka “Allah mengunci mati setiap hati yang sombong dan sewenang-wenang”.

Yang menyombongkan diri terhadap kebenaran dan menolaknya dan terhadap manusia dengan meremehkan mereka: sewenang-wenang dengan banyak berbuat kezhaliman dan jahat.

Sumber: https://tafsirweb.com/8847-surat-al-mumin-ayat-35.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

35. (yaitu) Orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah yang telah diturunkan kepada mereka untuk menyalahkannya tanpa alasan dan dasar yang jelas. Mereka mebesar-besarkan perdebatan mereka dengan penuh kebencian. Kemurkaan Allah dan kemurkaan orang mukmin sangat besar kepada mereka.

Al muqtu adalah kemarahan yang sangat besar, karena mereka telah memperdebatkan Al-quran dengan buruk dan penuh kesombongan. Seperti Allah telah menutup hati orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah itu, begitu juga Allah telah menutup hati orang-orang yang menyombongkan diri dan angkuh sebagi hukuman bagi mereka. Ketika hati telah sombong maka sombonglah seluruh anggota badannya

Sumber: https://tafsirweb.com/8847-surat-al-mumin-ayat-35.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 30-35 Ini adalah pemberitahuan dari Allah SWT tentang laki-laki shalih yang mukmin dari keluarga Fir'aun, bahwa dia memperingatkan kaumnya atas azab Allah SWT di dunia dan akhirat. Jadi dia berkata: (Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu) yaitu orang-orang yang mendustakan para rasul Allah di masa lalu seperti kaum nabi Nuh, kaum 'Ad, kaum Tsamud, dan orang-orang setelah mereka dari kalangan umat-umat yang mendustakan, bagaimana mereka tertimpa azab Allah, dan tidak ada seorangpun yang dapat menolak dan menyelamatkan mereka dari itu (Dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hambaNya) yaitu, sesungguhnya Allah SWT membinasakan mereka hanya karena dosa-dosa mereka, dan karena pendustaan mereka terhadap para rasulNya dan pertentangan mereka terhadap perintahNya. Maka Allah melaksanakan kekuasaan­Nya terhadap mereka.

Kemudian laki-laki itu berkata: (Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan siksaan hari saling memanggil (32)) yaitu pada hari kiamat. Qatadah berkata bahwa setiap kaum dipanggil sesuai dengan amal mereka, penghuni surga dipanggil dengan sebutan penghuni surga, dan penghuni neraka dipanggil dengan sebutan penghuni neraka. Dikatakan, hari itu dinamakan demikian karena penghuni surga dan penghuni neraka saling memanggil (Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?

Mereka (ahli neraka) menjawab,"benar") (Surah Al-A'raf: 44) dan seruan penghuni neraka kepada penghuni surga: (Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allah kepadamu. Mereka (ahli surga) menjawab, "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir”) (Surah Al-A'raf: 50) dan karena adanya saling memanggil antara penghuni surga, dan penghuni neraka, sebagaimana yang telah disebutkan dalam surah Al-A'raf.

Al-Baghawi dan lainnya memilih bahwa hari itu dinamakan demikian karena penggabungan hal itu. Ini merupakan pendapat yang baik, hanya Allah yang lebih Mengetahui. Firman Allah: ((yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang) yaitu pergi melarikan diri (sekali-kali tidak!

Tidak ada tempat berlindung! (11) Hanya kepada Tuhan­mu sajalah pada hari itu tempat kembali (12)) (Surah Al-Qiyamah) Oleh karena itu Allah berfirman: (tidak ada bagimu seorang pun yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah) yaitu tidak ada seorang pun yang dapat melindungi kalian dari azab dan pembalasan Allah (dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorang yang akan memberi petunjuk) yaitu, barangsiapa yang disesatkan Allah SWT, maka tidak ada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk selain Dia Firman Allah: (Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu sebelumnya dengan membawa keterangan-keterangan) yaitu kepada penduduk Mesir, Allah SWT mengutus mereka seorang rasul sebelum nabi Musa.

Dia adalah nabi Yusuf yang menjadi perdana menteri penduduk Mesir, sekaligus sebagai seorang rasul yang menyeru umatnya untuk menyembah Allah SWT untuk bersikap adil. Tetapi mereka tidak menaatinya dengan sebenarnya, melainkan hanya karena dia sebagai menteri, kedudukan dunianya. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata, "Allah tidak akan mengirim seorang rasul pun sesudahnya”) yaitu kalian putus asa dan kalian katakan dengan maksud menggambarkan keinginan: (Allah tidak akan mengirim seorang rasul pun sesudahnya) Demikian itu karena kekafiran dan kedustaan mereka (Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu) yaitu seperti keadaan orang yang telah disesatkan Allah karena perbuatannya yang sewenang-wenang dan hatinya ragu kepada kebenaran.

Kemudian Allah berfirman: ((yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka) yaitu orang-orang yang menolak kebenaran dengan kebathilan, dan membantah hujjah-hujjah tanpa dalil dan hujjah dari Allah SWT.

Maka sesungguhnya Allah SWT sangat membenci orang yang berperilaku demikian. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman) yaitu, orang-orang yang beriman juga membenci orang-orang yang sifatnya demikian, karena sesungguhnya orang yang bersifat demikian itu hatinya dikunci Allah, sehingga dia setelah itu tidak dapat mengenal kebaikan dan tidak mengingkari kemungkaran. Oleh karena itu Allah berfirman: (Demikianlah Allah mengunci mati hati orang-orang yang sombong) yaitu dari mengikuti kebenaran (lagi sewenang-wenang)

Sumber: https://tafsirweb.com/8847-surat-al-mumin-ayat-35.html

Informasi Tambahan

Juz

24

Halaman

471

Ruku

407

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved