Kembali ke Surat Az-Zukhruf

الزخرف (Az-Zukhruf)

Surat ke-43, Ayat ke-89

فَاصْفَحْ عَنْهُمْ وَقُلْ سَلٰمٌۗ فَسَوْفَ يَعْلَمُوْنَ ࣖ

Maka berpalinglah dari mereka dan katakanlah, “Salam (selamat tinggal).” Kelak mereka akan mengetahui (nasib mereka yang buruk).

📚 Tafsir Al-Muyassar

88-89. Muhammad berkata mengadukan kaumnya yang mendustakannya kepada Tuhannya, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya orang-orang itu adalah kaum yang tidak beriman kepadaMu dan kepada apa yang Engkau adalah kaum yang tidak beriman kepadaMu dan kepada apa yang Engkau mengutusku dengannya kepada mereka.” Maka Allah memerintahkannya untuk berpaling dari mereka dan dari gangguan mereka serta membiarkan mereka disebabkan kekafiran mereka dan penentangan mereka. Jangan terlontar darimu (wahai Rasul) kecuali keselamatan bagi mereka sebagaimana yang diucapkan oleh orang-orang yang berakal dan beradab kepada orang-orang bodoh, karena orang-orang yang berakal tidak membalas kebodohan dengan kebodohan dan membalas keburukan dengan yang semisalnya.

Mereka pasti akan mengetahui musibah dan bencana yang akan menimpa mereka. Dlam ayat ini terdapat ancaman dan peringatan keras bagi orang-orang kafir yang menentang dan orang-orang yang seperti mereka.

Sumber: https://tafsirweb.com/9285-surat-az-zukhruf-ayat-89.html

📚 Tafsir as-Sa'di

89. karena itu Allah berfirman, ”maka berpalinglah (hai Muhammad) dari mereka dan katakanlah, ’salam (selamat tinggal)’,” yakni, berpalinglah dari gangguan mereka, baik gangguan lisan maupun tindakan, serta maafkan mereka, jangan kau sahuti meeka kecuali dengan ucapan salam yang biasa diucapkan oleh orang-orang berakal dan memiliki mata hati untuk orang-oang bodoh, sebagaimana yang difirmankan Allah tentang hamba-hambaNYa yang shalih, ”dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka,” yakni, sesuai dengan ucapan kebodohan mereka,”mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan,” Rasulullah melaksanakan peintah Rabbnya dan menghadapi gangguan dari kaumnya dan orang lain dengan kebaikan dan tuturr kata yang baik.

Semoga kesejahteraan serta keselamatan Allah senantiasa terlimpah pada orang yang dikhususkan oleh Allah dengan akhlak yang agung, dengan ahklak itu Rasulullah menjadi makhluk utama penghuni langit dan bumi. Dan firman Allah, “kelak meeka akan mengetahui (nasib mereka yang buuk),” yakni akibat dosa dan kejahatan mereka.

Sumber: https://tafsirweb.com/9285-surat-az-zukhruf-ayat-89.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

89. Allah menjawab dengan firman-Nya: “Biarkanlah orang-orang musyrik itu, bantahlah mereka dengan bantahan orang berakal kepada orang bodoh.” Katakanlah kepada mereka: “Selamat tinggal sebagai ungkapan perpisahan, bukan doa keselamatan. Kelak mereka akan tahu akibat dari apa yang telah mereka dustakan dan mereka ingkari.

Disitu terdapat makna ancaman dan janji yang teguh

Sumber: https://tafsirweb.com/9285-surat-az-zukhruf-ayat-89.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 81-89 Allah SWT berfirman: (Katakanlah,) wahai Muhammad (jika benar Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah (Muhammad) orang yang mula-mula memuliakan anak itu) yaitu seandainya hal ini diwajibkan, maka aku akan menyembahnya karena hal itu, karena aku adalah salah satu dari hambaNya yang selalu taat kepada semua yang DIa perintahkan kepadaku. Tidak ada sama sekali pada diriku kesombongan dan penolakan untuk menyembahnya. Jadi seandainya hal itu benar ada, maka akan ada, tetapi hal itu mustahil bagi hak Allah SWT.

Dan syarat itu tidak mewajibkan dan membolehkan terjadinya hal itu. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Kalau sekiranya Allah hendak mengambil anak, tentu Dia akan memilih apa yang dikehendaki-Nya di antara ciptaan-ciptaan yang telah diciptakan-Nya. Maha Suci Allah. Dialah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan (4)) (Surah Az-Zumar) Sebagian mufasir berkata tentang firmanNya: (maka akulah mula-mula orang yang memuliakan (anak itu)) yaitu orang yang pertama paling menolak.

Di antara mereka ada Sufyan Ats-Tsauri dan Imam Bukhari meriwayatkan hal itu. maka dia mengatakan,"DIkatakan bahwa maknannya adalah aku adalah orang yang mula-mula mengingkarinya” dari kata “'abida” “ya'badu” Qatadah berkata bahwa ungkapan ini berasal dari perkataan orang-orang Arab, yaitu: (Jika Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah orang yang mula-mula memuliakannya) yaitu hal itu tidak mungkin terjadi, dan tidak layak. Mujahid berkata tentang firmanNya: (maka akulah orang yang mula-mula memuliakannya) yaitu orang yang mula-mula menyembah dan mengesakanNya, serta mendustakan kalian. Imam Bukhari berkata tentang firmanNya: (maka akulah orang yang mula-mula memuliakannya) yaitu orang yang mula-mula menolaknya, kata “'abidin” mempunyai dua makna.

Yaitu “‘aabidun” (menyembah) dan “‘abidun” (menolak). Makna yang pertama yang lebih dekat bahwa itu sebagai syarat dan jawab, tetapi pengertian ini tidak mungkin. As-Suddi berkata tentang firmanNya: (Katakanlah, jika benar Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah orang yang mula-mula memuliakan (anak itu)) dia berkata,”Seandainya Allah memiliki anak, maka aku menjadi orang yang mula-mula meyakini bahwa Dia mempunyai anak, tetapi kenyataannya Dia tidak memiliki anak.

Pendapat inilah yang dipilih Ibnu Jarir. Dan dia menjawab pendapat orang yang menduga bahwa huruf (in) di sini bermakna nafi. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Maha Suci Tuhan langit dan bumi, Tuhan 'Arsy dari apa yang mereka sifatkan (82)) yaitu Maha Tinggi, Maha Suci, dan lagi Maha Bersih Allah Pencipta segala sesuatu dari memiliki anak.

Karena sesungguhnya Dia Maha Esa, segala sesuatu bergantung kepadaNya, tidak ada tandingan dan pesaing bagiNya, maka tidak ada anak bagiNya. Firman Allah SWT: (Maka biarlah mereka tenggelam) yaitu dalam kebodohan dan kesesatan mereka (dan bermain-main) dalam dunia mereka (sampai mereka menemui hari yang dijanjikan kepada mereka) yaitu hari kiamat, yaitu mereka akan mengetahui bagaimana tempat kembali mereka dan keadaan yang akan mereka alami pada hari itu. Firman Allah: (Dan Dialah Tuhan (yang disembah) di langit dan Tuhan (Yang disembah) di bumi) yaitu Dia adalah Tuhan yang disembah makhluk di langit, dan Tuhan yang disembah makhluk yang di bumi, semuanya tunduk dan merendahkan diri di hadapanNya (dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui) Ini sebagaimana firman Allah SWT: (Dan Dialah Allah (Yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan (3)) (Surah Al-An'am) yaitu Dialah Tuhan yang disembah di langit dan bumi. (Dan Maha Suci Tuhan Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan apa saja yang ada di antara keduanya) yaitu Dialah Dzat yang menciptakan, memiliki dan mengatur keduanya tanpa ada yang menghalangi dan menentangnya.

Maka Maha Suci lagi Maha Tinggi Allah dari memiliki anak. yaitu, sudah merupakan suatu ketetapan bagiNya bersih dari semua aib dan kekurangan, karena Dia adalah Tuhan Yang Maha Tinggi, Maha Agung yang memiliki segala sesuatu, yang di tanganNyalah kendali segala sesuatu, terlaksana atau tidaknya (dan di sisi-Nyalah pengetahuan tentang hari kiamat) yaitu tidak ada yang mengetahui waktunya kecuali hanya Dia (dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan) Maka Dia akan memberikan pembalasan kepada setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya, jika kebaikan, maka balasannya kebaikan; dan jika keburukan, maka balasannya keburukan. Kemudian Allah SWT berfirman: (Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah) yaitu berupa berhala-berhala dan patung-patung (tidak dapat memberi syafaat) yaitu tidak mampu memberikan syafaat kepada mereka (tetapi (orang yang dapat memberi syafaat ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya)) Ini adalah istisna’ munqati' yaitu tetapi orang yang meyakini kebenaran dengan penuh kesadaran dan pengetahuan, maka syafaat itu dapat memberi manfaat dengan seizin Allah SWT baginya. Kemudian Allah SWT berfirman: (Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab, 'Allah.' Maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?” (87)) yaitu seandainya kamu menanyakan kepada mereka yang menyekutukan Allah, yang menyembah kepada selainNya bersama Dia (Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab, “Allah”) yaitu mereka mengakui bahwa Dialah Allah yang Maha Menciptakan segala sesuatu, hanya Dia semata tidak ada sekutu bagiNya dalam hal itu.

Tetapi sekalipun demikian, mereka masih tetap menyembah selainNya bersama Dia, yaitu menyembah makhluk yang tidak memiliki sesuatu apapun dan tidak mampu berbuat sesuatupun. Jadi mereka dengan itu adalah orang-orang yang sangat bodoh dan sangat lemah akalnya. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?) Firman Allah: (dan (Allah mengetahui) ucapan Muhammad, "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak beriman” (88)) yaitu nabi Muhammad SAW mengadu kepada Tuhannya tentang kaumnya yang mendustakannya.

Jadi berliau berdoa: Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak beriman, sebagaimana yang diberitahukan Allah SWT dalam ayat lain: (Berkatalah Rasul, "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini suatu yang tidak diacuhkan” (30)) (Surah Al-Furqan: 30) Apa yang telah kami jelaskan ini merupakan pendapat Ibnu Mas'ud, Mujahid, dan Qatadah, dan berdasarkan pendapat ini Ibnu Jarir menafsirkannya.

Imam Bukhari berkata bahwa Abdullah yaitu Ibnu Mas'ud membaca ayat ini dengan bacaan: (wa qaalar rasuul yaa rabb) Mujahid berkata tentang firmanNya: (dan (Allah mengetahui) ucapan Muhammad, "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak beriman” (88)) dia berkata bahwa Allah mendengar ucapan nabi Muhammad SAW itu. Qatadah berkata bahwa dia adalah nabi kalian yang mengadu kepada Tuhannya Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkan tentang firmanNya: (dan (Allah mengetahui) ucapan Muhammad,"Ya Tuhanku) bahwa salah satu dari dua bacaannya itu dengan bacaan nashab, dan itu mempunya dua pandangan Salah satunya adalah diathafkan kepada firman Allah SWT: (bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka) (Surah Az-Zukhruf: 80) Yang kedua adalah adanya fi'il, yaitu (Waqala qilahu).

Bacaan yang kedua adalah dengan khafdh, (qilihi) sebagai athaf kepada firmanNya: (dan di sisi-Nyalah pengetahuan tentang hari kiamat) bentuknya adalah “Wa ‘ilmu qiilihi” Firman Allah SWT: (Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari mereka) yaitu orang-orang musyrik (dan katakanlah, "Salam (selamat tinggal)") yaitu janganlah menjawab mereka dengan apa yang mereka bicarakan kepadamu berupa ucapan buruk. Tetapi bujuklah dan maafkanlah mereka dengan sikap dan ucapan (Kelak mereka akan mengetahui (nasib mereka yang buruk)) Ini merupakan ancaman dari Allah SWT kepada mereka. Oleh karena itu maka mereka ditimpa azabNya yang tidak dapat ditolak lagi.

Dan DIa meninggikan agama dan kalimahNya, serta setelah itu memerintahkan untuk berjihad dan berperang melawan mereka, sehingga manusia berbondong-bondong masuk ke dalam agama Allah, dan Islam tersebar di belahan bumi timur dan barat.

Sumber: https://tafsirweb.com/9285-surat-az-zukhruf-ayat-89.html

Informasi Tambahan

Juz

25

Halaman

495

Ruku

430

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved