Kembali ke Surat Al-Jasiyah

الجاثية (Al-Jasiyah)

Surat ke-45, Ayat ke-23

اَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُ وَاَضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلْمٍ وَّخَتَمَ عَلٰى سَمْعِهٖ وَقَلْبِهٖ وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِهٖ غِشٰوَةًۗ فَمَنْ يَّهْدِيْهِ مِنْۢ بَعْدِ اللّٰهِ ۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapa yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat?) Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?

📚 Tafsir Al-Muyassar

Apakah kamu (wahai Rasul) tidak melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, yang mana dia tidak menginginkan sesuatu kecuali dia melakukannya dan Allah menyesatkannya setelah sampainya ilmu kepadanya dan tegaknya hujjah atasnya, sehingga dia tidak mendengar nasihat-nasihat Allah dan tidak mengambil pelajaran darinya, Allah menutup rapat hatinya sehingga dia tidak memahami apa pun dengannya, dan Allah meletakkan penutup pada penglihatannya sehingga dia tidak melihat hujjah-hujjah Allah? maka siapa yang akan memberinya taufik untuk mendapatkan kebenaran dan jalan yang lurus setelah Allah menyesatkannya? Apakah kalian tidak mengingat (wahai manusia) sehingga kalian mengetahui bahwa siapa yang diperlakukan demikian oleh Allah, maka dia tidak akan mendapatkan petunjuk selamanya dan dia tidak akan menemukan penolong dan pembimbing untuk dirinya. Ayat ini adalah dasar yang memperingatkan agar jangan sampai hawa nafsu mendorong orang-orang Mukmin untuk amal-amal mereka.

Sumber: https://tafsirweb.com/9515-surat-al-jatsiyah-ayat-23.html

📚 Tafsir as-Sa'di

23. Allah berfirman, “maka pernahkah kamu melihat,” orang tersesat, “yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya?” semua yang diinginkan dilakukan tanpa peduli apakah bisa mendatangkan keridaahn Allah ataukah kemurkaanNYa. “dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmuNya.” Yakni, dari Allah dan orang tersebut tidak pantas mendapatkan hidayah dan tidak bisa dibersihkan hatinya di atas hidayah, “dan Allah telah mengunci mati pendengarannya,” sehingga tidak bisa mendengar hal-hal yang berguna,”dan hatinya,” sehingga tidak bisa mencerna kebaikan, “dan meletakkan tutupan atas penglihatannya,” yang menghalanginya untuk melihat kebenaran. “maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).” Artinya, tidak ada seorangpun yang memberinya petunjuk, karena Allah telah menutup baginya semua pintu hidayah dan membuka pintu kesesatan untuknya.

Allah tidak menzhaliminya, tapi dia sendirilah yang menzhalimi dirinya dan yang melakukan berbagai hal yang mencegah rahmat Allah. “maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran,” yang berguna bagimu sehingga bisa kalian kerjakan dan pelajaran yang membahayakan kalian sehingga bisa kalian hindari.

Sumber: https://tafsirweb.com/9515-surat-al-jatsiyah-ayat-23.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

23. Kabarkanlah kepadaku tentang jawaban dari pertanyaan berikut: “Siapa orang kafir yang menyembah sesuatu sesuai hawa nafsunya dan tidak menyembah tuhan yang sebenarnya?” Allah menelantarkannya, tidak membimbingnya menuju pengetahuan yang benar dan memilihkan kesesatan untuknya serta mengunci pendengaran dan hatinya sehingga dia tidak mendengar bimbingan yang bermanfaat baginya, tidak dapat berpikir dan memahami petunjuk. Dia juga menjadikan penglihatannya tertutup sehingga tidak dapat melihat suatu tuntunan.

Lalu siapa yang akan menunjukkan dan membimbingnya setelah Allah menyesatkannya? Apakah kalian tidak mengambil pelajaran? {Man} adalah isim istifham yang berfungsi sebagai nafi. Maknanya adalah tidak ada satupun yang menunjukkannya.

Maka sebaiknya kita merenung sampai kita benar-benar mengetahui hakikat suatu keadaan. Maqatil berkata: “Ayat ini diturunkan untuk Harits bin Qays As-Sahmiy yang merupakan salah satu orang yang mengolok-olok, karena dia menyembah sesuatu sesuai hawa nafsunya”. Sa’id bin Jabir berkata: ”Ayat ini diturunkan untuk kaum Quraisy yang terkadang menyembah batu.

Jika mereka menemukan sesuatu yang lebih baik, mereka mengabaikan sesuatu yang pertama dan menyembah yang akhir. Adapun orang yang dikunci pendengaran dan hatinya adalah Abu Jahal”

Sumber: https://tafsirweb.com/9515-surat-al-jatsiyah-ayat-23.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 21-23 Allah SWT berfirman, bahwa tidak sama antara orang-orang mukmin dan orang-orang kafir itu. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung (20)) (Surah Al-Hasyr) Allah SWT berfirman: (Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka) yaitu orang-orang yang berbuat dan mengusahakan kejahatan (bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka?) yaitu Kami samakan di antara sesama mereka di dunia dan akhirat? (Amat buruklah apa yang mereka sangka itu) yaitu, betapa buruknya sangkaan mereka terhadap Kami, padahal mustahil Kami menyamakan antara orang-orang yang berbuat baik dengan orang-orang yang durhaka di akhirat dan di dunia ini. (Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar) yaitu dengan adil (dan agar dibatasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan) Kemudian Allah SWT berfirman (Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya) yaitu sesungguhnya dia hanya diperintahkan hawa nafsunya.

Maka apa saja yang dipandang baik hawa nafsunya, maka dia mengerjakannya, dan apa saja yang dipandang buruk hawa nafsunya, maka dia meninggalkannya. Ini dapat dijadikan sebagai dalil untuk membantah golongan Mu'tazilah yang menjadikan nilai buruk dan baik berdasarkan akal mereka. Diriwayatkan dari Malik tentang dengan tafsir ayat ini, bahwa orang itu sekali-kali tidak menyukai sesuatu melainkan dia mengabdi kepadanya.

Firman Allah SWT: (dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmuNya) Makna ayat ini mengandung dua penafsiran. Pertama adalah Allah menyesatkan orang itu karena Allah mengetahui bahwa dia berhak untuk itu. Kedua adalah Allah menyesatkannya setelah sampai kepadanya pengetahuan dan hujjah.

Pendapat yang kedua mengharuskan adanya pendapat yang pertama, tetapi tidak sebaliknya. (dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan pada penglihatannya?) maka dia tidak dapat mendengar apa yang bermanfaat baginya dan tidak memahami apapun yang bisa memberikan petunjuk, dan tidak dapat melihat bukti yang jelas yang bisa dijadikan sebagai penerang. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?) sebagaimana firmanNya: (Barangsiapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan (186)) (Surah Al-A'raf)

Sumber: https://tafsirweb.com/9515-surat-al-jatsiyah-ayat-23.html

Informasi Tambahan

Juz

25

Halaman

501

Ruku

436

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved