Kembali ke Surat Al-Fath

الفتح (Al-Fath)

Surat ke-48, Ayat ke-1

اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ

Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Sesungguhnya Kami memberimu (wahai Rasul) kemenangan yang nyata, dalam kemenangan itu Allah meninggikan agamamu dan memenangkanmu atas musuhmu. Kemenangan ini adalah perjanjian damai Hudaibiyah yang menjamin keamanan manusia sebagian dari sebagian yang lain, yang membuat lingkaran dakwah Islam menjadi meluas, siapa yang ingin mengetahui kebenaran Islam bisa mengetahuinya, dalam masa tersebut manusia masuk ke dalam agama Allah dalam jumlah besar, karena itu Allah menamakannya dengan kemenangan yang nyata, yakni tampak dan jelas.

Sumber: https://tafsirweb.com/9713-surat-al-fath-ayat-1.html

📚 Tafsir as-Sa'di

1. Kemenangan yang disebutkan di atas adalah Perjanjian Hudaibiyah yaitu ketika kaum musyrikin mencegah Rasulullah yang hendak melaksanakan umrah sebagaimana yang tertera dalam kisah yang panjang. Di akhir kisahnya Rasulullah berdamai dengan mereka untuk tidak berperang di antara kedua belah pihak dalam waktu sepuluh tahun.

Rasulullah umrah pada tahun mendatang, bagi siapa pun yang ingin masuk dalam pihak kaum Quraisy dipersilahkan dan bagi siapa pun yang ingin masuk dalam pihak Rasulullah dipersilahkan. Dampak baik dari perjanjian ini adalah ketika semua pihak saling memberi rasa aman satu sama lain, kawasan dakwah untuk agama Allah pun semakin lluas, sehingga semua orang yang ingin masuk Islam di wilayah mana pun kala itu bisa melakukannya, dan dimungkinkan bagi yang memiliki tekad bulat untuk untuk mendalami hakikat Islam. Kemudian pada waktu itu orang-orang pun masuk ke dalam Agama Allah secara bergelombang, dan karena itulah disebut oleh Allah sebagai kemenangan dan juga kemenangan nyata, yaitu kemenangan yang jelas dan Nampak.

Karena yang dimaksudkan dari penaklukan negeri-negeri kaum musyrikin adalah agar Agama Allah tegak dan kaum Muslimin meraih kemenangan di mana hal ini tercapai dalam kemenangan tersebut.

Sumber: https://tafsirweb.com/9713-surat-al-fath-ayat-1.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

Keutamaan: Surat ini turun kepada Nabi SAW setelah perjanjian Hudaibiyah. Diriwayatkan dari Ahmad dan Bukhori dan lainnya, dari Umar bahwa Nabi SAW bersabda: “Kemarin malam telah turun surat yang lebih aku cintai dari pada dunia seisinya, yaitu surat Inna fatahna laka...” 1. Sesungguhnya Kami telah menganugerahkan kepadamu kemenangan yang nyata, berupa pertolongan dari orang-orang musyrik melalui peristiwa Huadaibiyah.

Surat Al fath ini turun di antara Makkah dan Madinah pada saat peristiwa Hudaibiyah dari awal hingga akhir.

Sumber: https://tafsirweb.com/9713-surat-al-fath-ayat-1.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 1-3 Surah yang mulia ini diturunkan ketika Rasulullah SAW kembali dari Hudaibiyah dalam bulan Dzulqa'dah tahun keenam Hijriyah.

Saat itu Rasulullah SAW dihalangi orang-orang musyrik untuk sampai ke Masjidil Haram untuk menunaikan umrah beliau. Mereka menghalangi beliau dari hal itu. Kemudian mereka cenderung mengadakan perjanjian perdamaian dan gencatan senjata, yaitu Nabi SAW kembali pada tahun itu dan datang lagi tahun selanjutnya.

Lalu Nabi SAW menerima persyaratan itu, sekalipun ada sejumlah sahabat yang tidak suka. Di antara mereka adalah Umar bin Khattab, seperti yang diterangkan kemudian pada tempatnya dari tafsir surah ini, jika Allah menghendaki. Setelah beliau SAW menyembelih hewan kurbannya mengingat umrah beliau dibatalkan karena terhalang, beliau pulang, maka Allah SWT menurunkan surah ini kepada beliau yang mengandung perkara tentang beliau dan mereka.

Dia menjadikan perdamaian itu sebagai kemenangan dengan mengungkapkan kemaslahatan yang terkandung di dalamnya dan kemenangan di masa mendatang akan berpihak kepada beliau. Diriwayatkan dari Al-Barra, dia berkata,"Kalian menganggap kemenangan itu adalah kemenangan atas Makkah, padahal kemenangan atas Makkah adalah suatu kemenangan, dan kami beranggapan bahwa kemenangan yang sesungguhnya adalah pada baiat Ridwan di hari perjanjian Hudaibiyah. Saat itu kami bersama Rasulullah SAW berjumlah empat ratus orang, dan Hudaibiyah adalah sebuah sumur, lalu kami buat sumur itu kering sehingga tidak ada setetes air pun yang tersisa.

Berita tentang itu sampai kepada Rasulullah SAW, lalu beliau mendatanginya dan duduk di pinggirnya. Kemudian meminta sewadah air, lalu beliau berwudhu dengannya dan berkumur. Setelah itu beliau berdoa, lalu menuangkan air bekas wudhunya itu ke dalam sumur itu.

Kemudian kami meninggalkan sumur itu tidak jauh dari kami, dan tidak lama kemudian ternyata sumur itu bersumber airnya dengan deras sehingga dapat mencukupi kebutuhan air kami sesuka kami, dan kebutuhan unta-unta kami" Diriwayatkan dari Anas bin Malik, dia berkata bahwa ini diturunkan kepada nabi SAW: (supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang) saat kepulangan beliau dari Hudaibiyah. Nabi SAW bersabda tentang surah itu,”Sungguh tadi malam telah diturunkan kepadaku suatu ayat yang lebih aku sukai daripada semua yang ada di muka bumi ini” Kemudian Nabi SAW membacakannya kepada mereka, dan mereka berkata,"Selamatlah bagimu, ya Nabi Allah. Allah telah menerangkan apa yang akan Dia lakukan untukmu, lalu apakah yang akan Dia lakukan untuk kami?" Maka turunlah firmanNya kepada Nabi SAW: (supaya Dia memasukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai) sampai firmanNya: (adalah keberuntungan yang besar di sisi Allah) (Surah Al-Fath: 5) Firman Allah SWT: (supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang) Ini merupakan kekhususan beliau SAW yang tidak ada seorangpun menyainginya dalam hal itu.

Bukan juga termasuk ke dalam hal itu dalam hadits shahih tentang pahala amal perbuatan bagi yang lainnya, yaitu:"Maka Allah memberi ampunan baginya terhadap dosa yang telah lalu dan yang akan datang" Ini merupakan kehormatan yang agung bagi Rasulullah SAW. Beliau SAW dalam semua urusannya selalu taat, berbakti, dan istiqamah dalam tingkatan yang belum pernah diraih oleh seorang manusiapun, baik dari kalangan orang-orang terdahulu maupun orang-orang yang kemudian. Beliau SAW adalah manusia paling sempurna secara mutlak dan pemimpin mereka di dunia dan akhirat.

Mengingat beliau SAW adalah hamba Allah yang paling menghormati perintah-perintah dan larangan-laranganNya, maka beliau bersabda ketika unta beliau berhenti karena dihentikan Tuhan yang menahan tentara bergajah, kemudian beliau bersabda:”Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggamanNya, tidaklah pada hari itu, mereka meminta sesuatu kepadaku yang dengannya mereka mengagungkan syiar-syiar Allah melainkan aku memenuhi permintaan mereka” Oleh karena itu beliau SAW taat kepada Allah dalam hal itu dan menyetujui perjanjian perdamaian, maka Allah SWT berfirman kepadanya: (Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata (1) supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu) yaitu melalui apa yang Dia perintahkan kepadamu berupa syariat yang agung dan agama yang lurus (dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak)) yaitu di dunia dan akhirat (dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus) Hal ini karena engkau tunduk kepada perintah Allah, maka Dia meninggikan kamu dan menolongmu dalam menghadapi musuh-musuhmu. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih:”Tidak sekali-kali Allah menambah maafNya kepada seseorang hamba, melainkan menambahkan kemuliaan kepadanya, dan tidaklah seseorang berendah diri karena Allah SWT, melainkan Allah akan meninggikannya”

Sumber: https://tafsirweb.com/9713-surat-al-fath-ayat-1.html

Informasi Tambahan

Juz

26

Halaman

511

Ruku

446

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved