Kembali ke Surat Al-Fath

الفتح (Al-Fath)

Surat ke-48, Ayat ke-27

لَقَدْ صَدَقَ اللّٰهُ رَسُوْلَهُ الرُّءْيَا بِالْحَقِّ ۚ لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ اٰمِنِيْنَۙ مُحَلِّقِيْنَ رُءُوْسَكُمْ وَمُقَصِّرِيْنَۙ لَا تَخَافُوْنَ ۗفَعَلِمَ مَا لَمْ تَعْلَمُوْا فَجَعَلَ مِنْ دُوْنِ ذٰلِكَ فَتْحًا قَرِيْبًا

Sungguh, Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya bahwa kamu pasti akan memasuki Masjidilharam, jika Allah menghendaki dalam keadaan aman, dengan menggundul rambut kepala dan memendekkannya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tidak kamu ketahui dan selain itu Dia telah memberikan kemenangan yang dekat.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Allah telah membenarkan mimpi NabiNya yang Dia perlihatkan padanya dengan kebenaran bahwa engkau dan para sahabatmu pasti akan masuk ke Baitullah al-haram dengan aman; di mana kalian tidak takut terhadap orang-orang musyrik, kalian mencukur dan memendekkan rambut kalian. Allah mengetahui kebaikan dan kemaslahatan (di balik kegagalan kalian masuk Makkah pada tahun tersebut dan masuknya kalian pada tahun berikutnya) apa-apa yang tidak kalian ketahui. Allah menjadikan kegagalan kalian masuk makkah yang telah Dia janjikan kepada kalian pada tahun tersebut sebagai kemenangan yang dekat, yaitu perjanjian Hudaibiyah dan kemenangan pada Perang Khaibar.

Sumber: https://tafsirweb.com/9739-surat-al-fath-ayat-27.html

📚 Tafsir as-Sa'di

27. Allah berfirman, “sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada RasulNya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya.” Hal ini adalah karena sebelumnya Rasulullah bermimpi ketika berada di Madinah kemudian diberitahukan kepada para sahabatnya, bahwa mereka akan masuk Makkah dan berthawaf ke Baitullah.

Namun ketika terjadi peristiwa dalam perjanjian Hudaibiyah tersebut dan mereka kembali lagi ke Madinah tanpa bisa memasuki Makkah hingga mereka pun menanyakan hal itu kepada Rasulullah, “Bukankah engkau pernah memberitahu kami bahwa kita akan mendatangi dan berthawaf di Baitullah?” Rasulullah menjawab, “Apakah aku memberitahukan kepada kalian bahwa itu terjadi pada tahun ini?” para sahabat menjawab, “Tidak.” Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya kalian pasti akan mendatangi dan berthawaf di Baitullah.” Dalam ayat ini Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada RasulNya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya,” yakni, pasti akan terjadi dan benar meski terlambatnya penjelasan hal itu tidak memburamkan hal itu, “(yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya allah dalam keadaan aman, dengan menguris rambut kepala dan mencukurnya,” yakni, pada saat itu yang mengharuskan kalian untuk mengagungkan baitul haram, menunaikan dan menyempurnakan manasik dengan mencukur dan menggunting rambut tanpa disertai rasa takut. “Maka Allah mengetahui” berbagai kepentingan dan manfaat, “apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu,” yakni, masuk dengan keadaan seperti itu sebagai “kemenangan yang dekat.”

Sumber: https://tafsirweb.com/9739-surat-al-fath-ayat-27.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

27. Allah mewujudkan mimpi rasulallah dan tidak mendustakannya. Kamu sungguh akan masuk ke dalam Masjidil Haram pada tahun depan bersama sahabat-sahabatmu wahai nabi dengan kehendak Allah.

Sebagian kalian akan mencukur habis semua rambutnya, dan sebagian lainnya mencukur pendek rambutnya. Kalian tidak akan merasa takut selama-lamanya. Lalu Allah mengajarkan kalian apa yang belum kalian tahu berupa hikmah di akhir peristiwa itu.

Sebagai ganti tidak bisa masuk Masjidil Haram dan penaklukkan Mekah, Allah memberikan kalian penaklukkan lain yang dekat yaitu penaklukan Khaibar dan menjadikan perdamaian Hudaibiyah sebagai penaklukkan terbesar untuk penyebaran Islam. Mujahid berkata: “Saat di lembah Hudaibiyah Nabi SAW dipertunjukkan (oleh Allah) bahwa beliau dan sahabat-sahabatnya yang terpercaya memasuki kota Mekah. Mereka mecukur rambut mereka dan memendekkannya.

Lalu turunlah ayat ini”

Sumber: https://tafsirweb.com/9739-surat-al-fath-ayat-27.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 27-28 Rasulullah SAW telah bermimpi bahwa beliau memasuki Makkah dan melakukan thawaf di Baitullah, lalu beliau menceritakan mimpinya kepada para sahabat, sedangkan beliau saat itu berada di Madinah. Dan ketika mereka berangkat di tahun perjanjian Hudaibiyah, tidak ada suatu golongan pun dari kalangan sahabat-sahabat yang merasa ragu bahwa mimpi itu akan menjadi kenyataan tahun itu. Akan tetapi, ketika terjadi perjanjian damai dan gencatan senjata, lalu mereka kembali ke Madinah untuk tahun itu dan mereka baru boleh kembali ke tahun depannya.

Maka sebagian dari kalangan sahabat ada yang mengalami tekanan, sehingga Umar bin Khattab menanyakan hal itu dan berkata kepada Nabi SAW, "Bukankah engkau telah memberi tahu kepada kami bahwa kami akan datang ke Baitullah dan melakukan thawaf padanya?" Nabi SAW menjawab, "Benar, tetapi apakah aku menceritakan kepadamu bahwa kamu akan mendatanginya tahun ini?" Umar menjawab,"Tidak" Nabi SAW bersabda, "Maka sesungguhnya kamu akan mendatanginya dan thawaf padanya" Hal yang serupa dikatakan Abu Bakar Ash-Shiddiq ketika Umar bertanya kepadanya. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, Insya Allah) Ini merupakan pengukuhan bagi terbuktinya berita dan sama sekali bukan sebagai pengecualian yang tidak pasti. (dalam keadaan aman) yaitu saat kalian memasuki Masjidil Haram Firman Allah (dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya) ini merupakan keadaan bagi kalimat yang tidak disebutkan karena saat mereka memasukinya tidak dalam keadaan telah mencukur rambut dan tidak pula mengguntingnya. Melainkan hal itu terjadi dalam keadaan lain .

Sebagian dari mereka mencukur rambut kepalanya, dan sebagian yang lainnya hanya mengguntingnya. Firman Allah SWT: (sedangkan kamu tidak merasa takut) sebagai “hal” yang menegaskan maknannya; pada mulanya ditetapkan bagi mereka keamanan saat memasuki Makkah, kemudian dinafikan dari mereka ketakutan saat mereka menetap di Makkah, tanpa harus merasa takut terhadap seseorang. Peristiwa ini terjadi di masa umrah qadha’, yaitu di bulan Dzulqa'dah, tahun tujuh Hijriyah.

Karena sesungguhnya setelah Nabi SAW kembali dari Hudaibiyah pada bulan Dzulqa'dah dan pulang ke Madinah, lalu beliau SAW tinggal di Madinah dalam bulan Dzulhijjah dan Muharam, kemudian dalam bulan Safar beliau menuju Khaibar dan Allah menaklukkan sebagiannya kepada Nabi SAW dengan paksa, sedangkan sebagian lainnya secara damai. Firman Allah: (Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat) yaitu pengetahuan Allah SWT yang telah memilih kebaikan dan kemaslahatan bagi kalian adalah memalingkan kalian dari Makkah dan kalian tidak dapat memasukinya tahun itu, hal adalah sesuatu yang tidak kalian ketahui (dan Dia memberikan sebelum itu) yaitu, sebelum kalian memasukinya, seperti apa yang diperlihatkan kepada Nabi SAW melalui mimpi beliau kemenangan yang dekat, yaitu perjanjian antara kalian dengan musuh-musuh kalian dari kalangan orang-orang musyrik. Kemudian Allah SWT menyampaikan berita gembira kepada orang-orang mukmin bahwa Rasulullah SAW akan mendapat pertolongan dariNya atas musuh beliau dan semua penduduk bumi (Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak) yaitu pengetahuan yang bermanfaat dan amal shalih.

Syariat adalah sesuatu yang mencakup dua hal, yaitu ilmu dan amal. Dan ilmu yang sesuai syariat itu benar dan amal yang sesuai syariat itu diterima. Semua yang diberitakan dengan syariat itu benar, dan semua perintah serta larangannya merupakan keadilan (agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama) yaitu atas semua agama di bumi, baik dari kalangan orang-orang Arab maupun non Arab; baik yang beragama maupun yang musyrik (Dan cukuplah Allah sebagai saksi) yaitu bahwa nabi Muhammad SAW adalah utusanNya dan Dialah Yang menolongnya

Sumber: https://tafsirweb.com/9739-surat-al-fath-ayat-27.html

Informasi Tambahan

Juz

26

Halaman

514

Ruku

449

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved