Kembali ke Surat An-Najm

النجم (An-Najm)

Surat ke-53, Ayat ke-19

اَفَرَءَيْتُمُ اللّٰتَ وَالْعُزّٰى

Maka apakah patut kamu (orang-orang musyrik) menganggap (berhala) Al-Lata dan Al-‘Uzza,

📚 Tafsir Al-Muyassar

19-20. Apakah kalian (wahai orang-orang musyrik) memperhatikan tuhan-tuhan yang kalian sembah: al-Lata, al-Uzza dan yang ketiga lainnya adalah Manat; apakah mereka bisa mendatangkan manfaat atau mudarat sehingga mereka menjadi sekutu-sekutu bagi Allah?

Sumber: https://tafsirweb.com/10133-surat-an-najm-ayat-19.html

📚 Tafsir as-Sa'di

19-20. Setelah Allah menyebutkan petunjuk dan agama yang benar yang dibawa Muhammad serta perintah untuk beribadah kepadaNya dan mengesakanNya, selanjutnya Allah menyebutkan kebatilan jalan orang-orang musyrik, berupa penyembahan terhadap patung dan berhala yang tidak memiliki kesempurnaan sifat dan juga tidak bisa mendatangkan manfaat serta mara bahaya, sesembahan-sesembahan tersebut hanya nama yang tidak memiliki makna yang dikatakan oleh orang-orang musyrik dan nenek moyang mereka yang bodoh dan sesat, mereka membuat-buat nama-nama batil yang seharusnya tidak berhak. Mereka menipu diri mereka sendiri dan juga orang lain berupa kesesatan.

Sesembahan-sesembahan dengan kondisi seperti ini sama sekali tidak berhak disembah. Sekutu-sekutu Allah yang mereka beri nama seperti itu menurut pengakuan mereka bersumber dari sifat-sifatnya. Mereka memberi nama Latta yang berasal dari kata ‘Al-ilaah’ (yang merupakan nama Allah) yang berhak untuk disembah.

Nama Uzza berasal dari kata ‘al-Aziz’ yang bermakna Yang Mahaperkasa. Nama Manat berasal dari kata al-Mannan yang bermakna Yang Maha Pemberi, dengan maksud menentang nama-nama Allah serta menyekutukan Allah dengan nama-nama itu. Sebenarnya, nama-nama sesembahan tersebut tidak memiliki makna.

Siapa saja yang memiliki akal walaupun sedikit bisa mengetahui kebatilan sifat-sifat yang terdapat pada sesembahan-sesembahan itu.

Sumber: https://tafsirweb.com/10133-surat-an-najm-ayat-19.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

19-20. Apa kemudian kalian (masih) menganggap keberadaan Latta, yaitu berhala yang telah turun temurun disembah di Thaif dan Uzza, berhala suku Ghatfan, yaitu berhala pohon yang terbuat dari batang pohon kurma, dan Manat, yaitu berhala batu milik Bani Hudzail dan kabilah Khuza’ah. {Ats-Tsalitsatil Ukhra} adalah dua kata sifat yang digunakan untuk menegaskan celaan pada mereka. Al-Ukhra diletakkan di akhir untuk di kira-kirakan

Sumber: https://tafsirweb.com/10133-surat-an-najm-ayat-19.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 19-26 Allah SWT berfirman seraya mengecam orang-orang musyrik karena mereka menyembah berhala-berhala dan sekutu-sekutu. Mereka membuat rumah-rumah untuk berhala-berhala itu sebagai tandingan Ka'bah yang dibangun nabi Ibrahim (Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata) Lata adalah sebuah batu besar yang berwarna putih yang dipahat dan merupakan sebuah rumah yang di Thaif yang mempunyai kain kelambu dan para pelayan. Di sekitarnya terdapat halaman yang disucikan oleh penduduk Thaif.

Mereka adalah dari Bani Tsaqif dan para pengikutnya. Mereka bangga dengan itu atas orang-orang selain mereka yaitu orang-orang Arab kecuali orang-orang Quraisy. Ibnu Jarir berkata bahwa mereka mengambil akar namanya dari salah satu nama Allah.

Jadi mereka mengatakan Lata dengan maksud bentuk bentuk mu'annats dari Allah. Maha Tinggi Allah dari ucapan mereka dengan ketinggian yang Maha besar. Diriayatkan dari Ibnu Abbas tentang firmanNya: (Al-Lata dan Uzza) bahwa di masa Jahiliyah ada seorang laki-laki yang pekerjaannya menggiling sawiq untuk makanan para jamaah haji.

Ibnu Jarir berkata, bahwa demikian juga Uzza dari kata “Al-Aziz”, pada mulanya merupakan sebuah pohon yang dibuatkan bangunan dan diberi kain kelambu di Nakhlah, yaitu di antara Makkah dan Thaif, dahulu orang-orang Quraisy mengagungkan bangunan itu, sebagaimana yang dikatakan Abu Sufyan saat perang Uhud, "Kami mempunyai Uzza, sedangkan kalian tidak mempunyai Uzza" Maka Rasulullah SAW bersabda,”Katakanlah,"Allah adalah Pelindung kami dan tidak ada pelindung bagi kalian!" Kemudian Allah SWT berfirman: (Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan?) yaitu apakah kalian menganggap bahwa Allah memiliki anak dan kalian menganggap bahwa itu adalah anak perempuan, sedangkan kalian memilih untuk diri kalian sendiri anak laki-laki. Seandainya kalian berbagi dengan sesama kalian dengan cara pembagian seperti ini, sungguh pembagian tersebut adalah: (suatu pembagian yang tidak adil) yaitu tidak jujur dan bathil. Lalu bagaimana bisa kalian berbagi dengan Tuhan kalian dengan pembagian ini; yang sekiranya hal ini dilakukan di antara kalian, itu merupakan pembagian yang tidak adil.

Kemudian Allah SWT berfirman seraya membantah kedustaan dan kebohongan yang mereka buat-buat dan kekafiran mereka, seperti menyembah berhala dan menjadikannya sebagai tuhan (Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakannya) yaitu, dari diri kalian (Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk (menyembah)nya) yaitu, tidak ada suatu hujjah pun (Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka) yaitu tidak ada sandaran selain dari prasangka baik mereka terhadap nenek moyang mereka yang menempuh jalan yang bathil itu sebelum mereka, dan jika tidak demikian, maka mereka hanya menginginkan agar tetap menjadi pemimpin dan mengagungkan nenek moyang mereka yang terdahulu (dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka) Sesungguhnya Allah telah mengutus kepada mereka para rasul dengan membawa kebenaran yang menerangi dan hujjah yang pasti, tetapi sekalipun demikian mereka tidak mau mengikuti dan tunduk terhadap apa yang disampaikan para rasul itu. Kemudian Allah SWT berfirman: (Atau apakah manusia akan mendapat segala yang dicita-citakannya (24)) yaitu, tidak semua orang yang mengharapkan kebaikan dapat mendapatkannya ((Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan bukan (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab) (Surah An-Nisa: 123) yaitu tidaklah semua orang yang mengakui bahwa dirinya mendapat petunjuk sesuai dengan apa yang dia katakan, tidak pula semua orang yang mengharapkan sesuatu dapat mendapatkannya.

Firman Allah SWT: ((Tidak), maka hanya bagi Allah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia (25)) yaitu sesungguhnya semua urusan itu hanya milik Allah, Dzat yang Maha Merajai dan Mengatur dunia dan akhirat. Dialah Dzat yang dengan kehendakNya sesuatu menjadi ada dan apa yang tidak Dia kehendaki tidak ada. Firman Allah SWT: (Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikit pun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai(Nya) (26)) Sebagaimana firmanNya: (Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya) (Surah Al-Baqarah: 255) dan (Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu) (Surah Saba': 23) Apabila ini ditetapkan terhadap para malaikat yang didekatkan, maka bagaimana bisa kalian mengharapkan syafaat dari berhala-berhala dan sekutu-sekutu itu di sisi Allah SWT, wahai orang-orang yang bodoh, sedangkan Allah SWT tidak memerintahkan dan mengizinkan penyembahannya, melainkan Dia melarang melakukan penyembahan itu melalui lisan para rasul, dan menurunkan larangan itu di dalam kitab-kitabNya?

Sumber: https://tafsirweb.com/10133-surat-an-najm-ayat-19.html

Informasi Tambahan

Juz

27

Halaman

526

Ruku

460

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved