Kembali ke Surat Ar-Rahman

الرحمن (Ar-Rahman)

Surat ke-55, Ayat ke-12

وَالْحَبُّ ذُو الْعَصْفِ وَالرَّيْحَانُۚ

dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya.

📚 Tafsir Al-Muyassar

10-12. Dia juga menciptakan bumi dan membentengkannya agar makhluk-makluk bisa tinggal di atasnya. Di sana ada buah-buahan, pohon kurma yang memiliki kelopak-kelopak mayang buah, ada biji-bijian yang berkulit, semua itu sebagai rizki bagi kalian dan ternak-ternak kalian, di sana ada tanam-tanaman yang berbau harum.

Sumber: https://tafsirweb.com/10360-surat-ar-rahman-ayat-12.html

📚 Tafsir as-Sa'di

12. “Dan biji-bijian yang berkulit,” yakni memiliki tangkai yang ditebah sehingga bermanfaat untuk binatang ternak dan selainnya. Termasuk di dalamnya, biji gandum, beras gandum, jagung, padi, jerawut dan selainnya. “Dan bunga-bunga yang harum baunya,” ada kemungkinan bahwa yang dimaksud dengan Firman Allah ini adalah segala macam rizki yang dikonsumsi oleh manusia, sehingga kalimat ini merupakan pengindukan yang umum kepada yang khusus, yang artinya Allah telah mengaruniakan kepada para hambaNya berupa makanan dan segala macam rizki, baik secara umum maupun secara khusus. Dan dimungkinkan juga bahwa yang dimaksud dengan ar-Raihan di sini adalah tumbuh-tumbuhan berbau harum yang telah diketahui.

Artinya, bahwa Allah telah menganugerahkan kepada para hambaNya apa-apa yang menyenangkan di bumi, berupa segala macam yang berbau wangi yang dapat menyegarkan jiwa dan menyenangkan hati.

Sumber: https://tafsirweb.com/10360-surat-ar-rahman-ayat-12.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

12. Di dalamnya juga ada biji-bijian seperti biji gandum, jerawut dan setiap biji yang dimakan. Semua itu memiliki daun yang kering, yaitu seperti buak Tin.

Di dalamnya, ada beberapa tumbuhan yang memiliki aroma harum

Sumber: https://tafsirweb.com/10360-surat-ar-rahman-ayat-12.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 1-13 Allah SWT memberitahukan tentang karunia dan rahmatNya kepada makhlukNya, bahwa Dia telah menurunkan Al-Qur’an kepada hamba-hambaNya, dan memudahkan untuk menghafalkan dan memahaminya bagi orang yang Dia rahmati. Jadi Allah SWT berfirman: ((Tuhan) Yang Maha Pengasih (1) Yang telah mengajarkan Al-Qur’an (2) Dia menciptakan manusia (3) Mengajarnya pandai berbicara. (4)) Al-Hasan berkata bahwa yang dimaksud adalah berbicara. Qatadah dan selain keduanya berkata bahwa maknannya adalah kebaikan dan keburukan.

Tetapi pendapat Al-Hasan di sini lebih baik dan lebih kuat karena konteks ayat membicarakan pengajaran Al-Qur'an, yaitu menunaikan bacaannya. Dan sesungguhnya hal itu dapat terwujud jika Allah memudahkan makhlukNya untuk berbicara, dan mengeluarkan bunyi huruf dari makhrajnya masing-masing, yaitu dari kerongkongan, lisan dan kedua bibir dengan berbagai macam makhrajnya. Firman Allah SWT (Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan (5)) yaitu keduanya berjalan beriringan sesuai perhitungan yang tepat, tidak menyimpang dan tidak berbenturan, sebagaimana firmanNya: (Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya (40)) (Surah Yasin) dan (Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan.

Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui 96)) (Surah Al-An'am) Firman Allah SWT: (Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepadaNya (6)) Ibnu Jarir berkata bahwa para mufasir berbeda pendapat tentang makna (an-najm) setelah mereka sepakat bahwa yang dinamakan “Asy-Syajar” adalah tumbuhan yang tegak di atas batangnya.

Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa an-najm adalah sesuatu yang digelar di atas permukaan bumi, berupa tumbuhan. Demikian juga dikatakan Sa'id bin Jubair, As-Suddi, dan Sufyan Ats-Tsauri. Pendapat ini dipilih Ibnu Jarir.

Mujahid berkata bahwa yang dimaksud adalah bintang-bintang yang ada di langit. Demikian juga yang dikatakan Al-Hasan dan Qatadah, dan pendapat inilah yang lebih jelas. Hanya Allah yang lebih Mengetahui, berdasarkan firman Allah SWT: (Apakah kamu tidak mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata, dan sebagian besar dari manusia) (Surah Al-Hajj: 18).

Firman Allah: (Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan) (7)) yaitu keadilan, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan) (Surah Al-Hadid: 25) Demikian juga Allah berfirman di sini (Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu (8)) yaitu Dia menciptakan langit dan bumi dengan sebenar-benarnya dan adil agar segala sesuatu berjalan dengan sebenar-benarnya dan adil.

Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu (9)) yaitu, janganlah mengurangi timbangan, tetapi timbanglah dengan benar dan adil. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (dan timbanglah dengan neraca yang benar) (Surah Al-Isra: 35) Firman Allah SWT: (Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk-(Nya) (10)) yaitu sebagaimana Dia meninggikan langit, Dia telah menghamparkan bumi ini dan memancangkannya dengan gunung-gunung yang tinggi-tinggi agar stabil dan tidak mengguncangkan makhluk yang ada di atasnya yang beragam jenis, macam, warna, dan bahasa mereka di seluruh penjurunya.

Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, dan Ibnu Zaid berkata bahwa “al-anam” adalah makhluk. (di bumi itu ada buah-buahan) yaitu yang beragam warna, rasa, dan aromanya (dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang) disebutkan tersendiri karena manfaat yang ada padanya, baik dalam keadaan basah maupun kering. Dan “al-akmam” adalah kelopak mayang. Demikian juga dikatakan banyak mufasir; yaitu kelopak mayang yang terbelah mengeluarkan buah kurma, yang pada mulanya bernama “busr”, kemudian “ruthab”, kemudian menjadi masak dan sempurna kemasakannya.

Dikatakan bahwa yang dimaksud dengan “al-akmam” adalah serabutnya yang berada di leher pohon kurma, ini adalah pendapat Al-Hasan dan Qatadah. (Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya (12)) Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, terkait firmanNya (Dan biji-bijian yang berkulit) bahwa maknannya adalah biji-bijian yang ada daunnya. Demikian juga dikatakan Qatadah Mujahid, dan lainnya berkata bahwa yang dimaksud dengan “raihan” adalah daunnya. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa “raihan” adalah tanaman yang hijau.

Makna ini (hanya Allah yang lebih Mengetahui) adalah bahwa yang dimaksud dengan biji-bijian adalah seperti gandum, jawawut, dan yang serupa dengan keduanya yang mempunyai bulir dan daun-daunan yang melilit pada batangnya. Firman Allah: (Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (13)) yaitu nikmat Tuhan yang manakah yang kalian dustakan, wahai dua makhluk yang dibebani yaitu jin dan manusia? Pendapat ini dikatakan Mujahid dan lainnya, yang hal ini ditunjukkan pada konteks setelahnya. yaitu, bahwa nikmat-nikmat tampak jelas pada kalian dan kalian diliputi olehnya sehingga kalian tidak dapat mengingkarinya.

Dan kami hanya dapat mengatakan sebagaimana yang dikatakan oleh jin yang beriman kepadaNya,"Ya Allah, tidakmada sesuatu pun dari nikmat-nikmatMu yang kami ingkari, maka segala puji bagiMu" Ibnu Abbas selalu menjawabnya dengan ucapan berikut,"Tidak, lalu yang manakah, wahai Tuhanku?" yaitu “Kami tidak mendustakan sesuatu pun darinya”

Sumber: https://tafsirweb.com/10360-surat-ar-rahman-ayat-12.html

Informasi Tambahan

Juz

27

Halaman

531

Ruku

466

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved