Kembali ke Surat Al-Waqi'ah

الواقعة (Al-Waqi'ah)

Surat ke-56, Ayat ke-77

اِنَّهٗ لَقُرْاٰنٌ كَرِيْمٌۙ

dan (ini) sesungguhnya Al-Qur'an yang sangat mulia,

📚 Tafsir Al-Muyassar

77-79. bahwa sesungguhnya al-Quran yang turun kepada Muhammad ini adalah al-Quran yang manfaatnya agung, kebaikannya banyak, ilmunya melimpah, dalam sebuah kitab yang terjaga dan tertutup dari mata-mata makhluk, yaitu kitab yang ada di tangan para malaikat. Tidak menyentuh al-Quran kecuali para malaikat yang mulia yang Allah sucikan mereka dari aib-aib dan dosa-dosa, dan tidak disentuh juga kecuali oleh orang-orang yang menyucikan diri dari syirik, junub, dan hadats.

Sumber: https://tafsirweb.com/10581-surat-al-waqiah-ayat-77.html

📚 Tafsir as-Sa'di

77. Adapun yang disumpahkan atasnya adalah penetapan al-Quran, dan bahwa al-Quran itu adalah benar adanya yang tidak ada keraguan padanya dan tidak ada kebimbangan mengenainya. Dan bahwasanya al-Quran itu “sangat mulia” maksudnya, (mengandung) kebaikan yang sangat banyak dan ilmu yang sangat melimpah.

Semua kebaikan dan ilmu hanya diambil dan diintisarikan dari Kitabullah itu.

Sumber: https://tafsirweb.com/10581-surat-al-waqiah-ayat-77.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

76-77. Sumpah itu adalah sumpah yang agung, jika kalian tahu betapa besar kekuasaan dan keagungan-Nya. Kalian juga termasuk orang-orang yang tahu akan itu semua.

Ayat ini turun ketika manusia diguyur hujan, Sebagian dari mereka berkata, Sesungguhnya kita diguyur dengan hujan seperti ini. Akibat turunnya bintang tersebut. Sesungguhnya wahyu yang diberikan kepadamu wahai Nabi, adalah Al-Qur’an yang mengandung banyak kebaikan dan kemanfaatan

Sumber: https://tafsirweb.com/10581-surat-al-waqiah-ayat-77.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 75-82 Apa yang dikatakan mayoritas ulama bahwa ini memang sumpah dari Allah SWT. Dia bersumpah dengan menyebut apa yang Dia kehendaki dari makhlukNya, ini menunjukkan keagunganNya. Kemudian sebagian mufasir berkata bahwa huruf “la” merupakan zaidah.

Maka bentuknya adalah "Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang" Pendapat ini diriwayatkan Ibnu Jarir dari Sa'id bin Jubair, dan yang menjadi jawab qasam itu adalah: (sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia (77)) Ulama lainnya berkata bahwa huruf “la” ini bukanlah zaidah yang tidak bermakna, bahkan didatangkan pada permulaan qasam, apabila yang menjadi objek sumpahnya dinafikan, seperti perkataan Aisyah.”Tidak, demi Allah, tangan Rasulullah SAW sama sekali belum pernah menyentuh tangan wanita lain" Demikian juga di sini, bahwa bentuknya adalah “Tidak, Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang, perkaranya tidaklah seperti yang kalian duga terhadap Al-Qur'an, bahwa Al-Qur'an itu sihir atau ilmu perdukungan, melainkan Al-Qur'an adalah bacaan yang mulia" Ibnu Jarir berkata bahwa sebagian ulama bahasa Arab berkata tentang firmanNya: (Maka Aku bersumpah) bahwa urusan ini tidaklah seperti yang kalian katakan, kemudian sesudah itu dikatakan Aku bersumpah. Para mufasir berbeda pendapat tentang firmanNya: (tempat beredarnya bintang-bintang) Ibnu Abbas berkata bahwa yang dimaksud adalah berangsur-angsur turunnya Al-Qur'an, karena sesungguhnya Al-Qur'an itu diturunkan dalam satu jumlah di malam Lailatul Qadar dari langit tertinggi ke langit dunia, kemudian diturunkan ke bumi secara berangsur-angsur selama bertahun-tahun. Kemudian Ibnu Abbas membaca ayat ini.

Mujahid juga berkata bahwa yang dimaksud adalah tempat beredarnya bintang-bintang di langit. Dikatakan bahwa maknannya adalah tempat terbitnya bintang-bintang. Demikian juga dikatakan Al-Hasan dan Qatadah dan inilah yang dipilih Ibnu Jarir.

Diriwayatkan dari Qatadah bahwa makna yang dimaksud adalah tempat beredarnya bintang-bintang. Firman Allah: (Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui (76)) yaitu, sesungguhnya sumpah yang Aku sampaikan ini benar-benar sumpah yang besar. Seandainya kalian mengetahui kebesarannya, maka kalian memuliakan apa yang disebutkan di dalamnya (sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah bacaan yang mulia (77)) yaitu, Al-Qur'an yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW benar-benar kitab yang agung (pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuz) (78)) yaitu dimuliakan di dalam kitab yang dimuliakan, dipelihara dan diagungkan. (tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan) Ibnu Zaid berkata bahwa orang-orang Quraisy mempunyai dugaan bahwa Al-Qur'an ini diturunkan oleh setan.

Maka Allah memberitahukan bahwa Al-Qur'an ini tidak dapat disentuh kecuali oleh orang-orang yang disucikan, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan Al-Qur’an itu bukanlah dibawa turun oleh setan-setan (210) Dan tidaklah patut mereka membawa turun Al-Qur’an itu, dan mereka pun tidak akan kuasa (211) Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan dari mendengar Al-Qur’an itu (212) (Surah Asy-Syu'ara’) Pendapat ini cukup baik dan tidak menyimpang dari pendapat-pendapat yang sebelumnya.

Ulama lainnya berkata tentang firmanNya: (tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan (79)) yaitu yang suci dari junub dan hadas. Mereka berkata bahwa kata ayat merupakan kalimat berita, tetapi makna yang dimaksud adalah perintah. Mereka berkata bahwa yang dimaksud dengan Al-Qur'an di sini adalah mushaf, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah SAW melarang bepergian membawa Al-Qur'an ke negeri musuh karena dikhawatirkan Al-Qur'an itu dirampas oleh musuh.

Dan mereka menguatkan pendapatnya dengan hadits yang diriwayatkan Imam Malik dalam kitab Muwatta'nya dari Abdullah bin Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm tentang dengan surat yang dikirim Rasulullah SAW kepada Amr bin Hazm, bahwa tidak boleh menyentuh Al-Qur'an kecuali orang yang suci. Firman Allah SWT: (Diturunkan dari Tuhan alam semesta (80)) yaitu, Al-Qur'an ini diturunkan dari Allah Tuhan alam semesta, dan bukanlah seperti apa yang mereka katakan bahwa Al-Qur'an adalah sihir, ilmu perdukunan atau syair, bahkan Al-Qur’an itu benar yang tidak ada keraguan padanya, dan tidaklah di baliknya kebenaran yang bermanfaat. Firman Allah SWT: (Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Qur’an ini? (81)) Mujahid berkata tentang firmanNya, (menganggap remeh) yaitu kalian ingin mendukung dan bersandar kepada mereka dalam hal itu. (kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan (Allah) (82)) Sebagian ulama berkata tentang firmanNya: (kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan)) yaitu rasa syukur kalian (dengan mendustakan (Allah)) yaitu kalian mendustakannya sebagai ganti bersyukur.

Diriwayatkan dari Ali dan Ibnu Abbas bahwa keduanya membaca ayat ini dengan bacaan berikut: "Dan kalian menjadikan rasa syukur kalian dengan mendustakan". Ibnu Jarir berkata bahwa telah diriwayatkan dari Al-Haitsam bin Addi, bahwa menurut dialek kabilah Azad Syanu’ah disebutkan “Razaqa Fulanun” maknannya Fulan bersyukur. Mujahid berkata tentang firmanNya: (kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan (Allah) (82)) dia berkata bahwa ucapan mereka tentang bintang-bintang itu. ”Kami diberi hujan oleh bintang ini dan bintang itu" Maka demikian juga dijawab, "Katakanlah bahwa hujan dan rezeki itu dari sisi Allah" Qatadah berkata bahwa Hasan Al-Bashri bahwa seburuk-buruk apa yang diambil oleh suatu kaum untuk diri mereka sendiri adalah tidaklah mereka diberi rezeki berupa Kitab Allah, melainkan mendustakannya.

Makna yang dimaksud dari ucapan Al-Hasan ini adalah,”Kalian menjadikan bagian kalian dari Kitab Allah adalah dengan mendustakannya. Oleh karena itu Allah SWT berfirman sebelumnya: (Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Qur’an ini? (81) Kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan (Allah) (82))

Sumber: https://tafsirweb.com/10581-surat-al-waqiah-ayat-77.html

Informasi Tambahan

Juz

27

Halaman

537

Ruku

471

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved