Kembali ke Surat Al-Hadid

الحديد (Al-Hadid)

Surat ke-57, Ayat ke-20

اِعْلَمُوْٓا اَنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ وَّزِيْنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى الْاَمْوَالِ وَالْاَوْلَادِۗ كَمَثَلِ غَيْثٍ اَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرٰىهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًاۗ وَفِى الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌۙ وَّمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانٌ ۗوَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ

Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.

📚 Tafsir Al-Muyassar

20. Ketahuilah (wahai manusia) bahwa kehidupan dunia hanyalah permainan dan kesenangan, jasmani bermain-main dan hati bersenda gurau, perhiasan yang kalian berhias dengannya, kalian saling berbangga dengan harta kalian, kalian berlomba memperbanyak harta dan anak-anak, perumpamaannya seperti hujan yang tanamannya menakjubkan para petani, kemudian tanaman tersebut menua dan mengering, menguning setelah sebelumnya hijau, kemudian ia rontok dan hancur. Dan di akhirat ada azab yang berat bagi orang-orang kafir, dan ampunan dan ridha Allah bagi ahli iman.

Kehidupan dunia ini bagi siapa yang beramal untuknya dan melupakan akhiratnya, hanyalah kesenangan yang memperdaya.

Sumber: https://tafsirweb.com/10716-surat-al-hadid-ayat-20.html

📚 Tafsir as-Sa'di

20. Allah mengabarkan hakikat dunia dan seluruh isinya, dan Allah menjelaskan kesudahan dunia dan kesudahan manusia yang menghuninya, bahwa dunia adalah “permainan dan suatu yang melalaikan.” Raga manusia bermain-main dengan dunia dan hati mereka lalai. Hal ini terjadi dan berlaku bagi mereka yang mencintai dunia.

Anda melihat mereka menghabiskan sebagian besar usia mereka dengan kelalaian hati serta lalai untuk mengingat Allah serta lalai akan janji dan ancaman yang ada di hadapan mereka. Anda juga melihat mereka menjadikan agama sebagai permainan dan kelalaian. Lain halnya dengan orang-orang yang sadar dan bekerja untuk akhirat.

Hati mereka penuh dengan dzikir, ma’rifah dan mahabbah. Mereka gunakan sebagian besar waktu mereka untuk amalan-amalan yang mendekatkan mereka kepada Allah sehingga tidak sempat melakukan perbuatan-perbuatan yang kurang bermanfaat. Firman Allah, “perhiasan,” maksudnya berhias dalam pakaian, makanan, minuman, kendaraan, rumah, istana, penampilan, dan lainnya, “dan bermegah-megahan antara kamu,” maksudnya, masing-masing orang yang memiliki tiap-tiap perhiasan dunia saling membangga-banggakan diri terhadap yang lain dan selalu berusaha untuk menjadi yang terdepan di bidangnya dan yang kondisinya ternama, “serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak,” maksudnya masing-masing ingin menjadi yang terbanyak dari segi harta dan anak dari yang lain.

Ini terjadi pada mereka yang gila dunia dan merasa tenang terhadap dunia. Lain halnya orang yang mengetahui dunia dan hakikatnya. Mereka menjadikan dunia sebagai tempat berlalu, bukan dijadikan sebagai tempat tinggal.

Mereka selalu berlomba-lomba dan menyaingi segala hal yang bisa mendekatkan diri kepada Allah dengan menggunakan berbagai media yang bisa mengantarkan menuju surga, tempat kemuliaan Allah, ketika melihat orang yang menyainginya dengan memperbanyak harta dan anak, dihadapinya dengan memperbanyak amalan-amalan shalih. Selanjutnya Allah membuat perumpamaan bagi dunia yaitu seperti air hujan yang turun ke bumi dan berbaur dengan tumbuh-tumbuhan yang dimakan oleh manusia dan juga hewan, hingga ketika bumi menampakkan keindahannya, tumbuh-tumbuhan itu pun membuat orang-orang kafir heran, tetapi lalai dari memperhatikannya, pandangan dan perhatian mereka hanya tertuju pada dunia. Kemudian datanglah sesuatu yang menghancurkan tanaman tersebut atas perintah dari Allah sehingga tanaman itu pun rusak, mongering dan kembali pada kondisi semula, seolah-olah sama sekali tidak pernah menghijau dan tidak pernah dilihat menarik.

Seperti itu juga dunia, pada saat menyinari para penggilanya, apa pun yang diinginkan selalu terpenuhi, apa pun yang dikehendaki pasti pasti menemukan pintunya yang terbuka, di saat seperti itu, tiba-tiba takdirnya datang dan melenyapkan semua yang ada di tangannya, melenyapkan semua kekuasaan yang dimiliki dan menghilangkan semua itu darinya. Ia pun meninggalkan dunia dengan tangan hampa. Tidak berbekal apapun selain sehelai kain kafan.

Amat celakalah orang yang menjadikan dunia sebagai tujuan dari angan-angannya serta tujuan dari segala usaha dan pekerjaannya. Adapun amalan-amalan akhirat yang berguna dan disimpan untuk para pemiliknya yang akan selalu menemani hamba selamanya. Karena itu Allah berfirman, “Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaanNya.” Maksudnya, hanya ada kemungkinan di akhirat: siksaan pedih di NEraka Jahanam dengan belenggu, rantai dan kengeriannya bagi orang yang menjadikan dunia sebagai tujuan dan puncak keinginannya sehingga berlaku sembrono dengan berbagai kemaksiatan, mendustakan ayat-ayat Allah dan mengkufuri semua nikmat Allah, atau ampunan dari semua kesalahan dari Allah, penghapusan dari berbagai hukuman dan keridhaan Allah yang berhak diperoleh oleh orang yang berhak mendapatkannya, berada di tempat keridhaan bagi orang yang mengetahui hakikat dunia dan mengerahkan segenap usahanya untuk kepentingan akhirat.

Karena itulah Allah berfirman, “Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” Maksudnya, tidak lain hanyalah kesenangan yang dinikmati dan dipakai untuk berbagai keperluan yang tidak akan menipu dan membuat tenang kecuali orang yang lemah akalnya, yaitu mereka yang tertipu oleh dunia terhadap Allah.

Sumber: https://tafsirweb.com/10716-surat-al-hadid-ayat-20.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

20. Ketahuilah wahai manusia, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanya permainan yang tidak memberi manfaat apapun di akhirat, hiburan yang menghibur sementara lalu menghilang, hiasan yang hanya digunakan untuk berhias di dunia dan kebanggan yang dibanggakan oleh sebagian kalian kepada yang lainnya sehingga saling berlomba untuk memperbanyak sesuatu yang menyibukkannya dari akhirat yaitu mengumpulkan harta dan melahirkan anak, layaknya hujan yang diharapkan para petani untuk tanaman-tanaman dan bunga-bunga mereka, kemudian terjadi kekeringan setelah turunnya hujan itu lalu tanaman dan bunganya layu dan rusak. Di akhiran terdapat azab yang dahsyat bagi orang yang lebih mementingkan dunia daripada akhirat, yaitu orang-orang kafir dan orang-orang yang berbuat keji.

Ampunan dan keridhaan yang penuh dari Allah itu diperuntukkan bagi orang yang lebih mementingkan akhirat dan lebih taat, yaitu orang mukmin. Kehidupan dunia tidak lain hanya sesuatu yang dinikmati oleh orang yang asing dengannya dan tertipu olehnya sehingga dia tidak sempat beramal untuk akhiratnya. Para petani itu disebut orang-orang kafir (orang yang menutup), karena mereka menutupi biji-bijian dalam tanah sebagaimana orang-orang kafir yang menutup-nutupi iman.

Sumber: https://tafsirweb.com/10716-surat-al-hadid-ayat-20.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 20-21 Allah SWT berfirman seraya memberitahukan kehinaan kehidupan dunia dan kerendahannya. (sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak) yaitu sesungguhnya kesimpulan dari perkaranya bagi para penghuninya adalah hal itu, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) (14)) (Surah Ali Imran) Kemudian Allah SWT menggambarkan tentang perumpamaan kehidupan dunia, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu adalah kemewahan yang fana dan nikmat yang akan lenyap.

Jadi Allah SWT berfirman: (seperti hujan) yaitu hujan yang turun setelah manusia berputus asa dari kedatangannya, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa) (Surah Asy-Syura: 28) Firman Allah SWT: (yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani) yaitu, tanam-tanaman yang ditumbuhkan berkat hujan itu mengagumkan para petani.

Maka sebagaimana para petani kagum dengan hal itu, begitu juga orang-orang kafir mengagumi kehidupan dunia; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling rakus dan paling condong terhadapnya (kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur) yaitu tanam-tanaman itu kering dan terlihat kuning, padahal sebelumnya tampak hijau dan segar, kemudian semuanya menjadi hancur yaitu kering. Demikian juga kehidupan dunia, pada mulanya kelihatan muda, lalu tumbuh dewasa dan menua, akhirnya pikun. Demikian pula manusia pada permulaan usianya dan usia mudanya, dia segar, padat, berisi, dan penampilannya hebat.

Kemudian secara berangsur-angsur mulai menua dan semua wataknya berubah dan merasa kehilangan sebagian dari kekuatannya. Kemudian dia lanjut usia dan lemah kekuatannya, sedikit gerakannya dan lemah mengerjakan sesuatu yang sedikit, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa (54)) (Surah Ar-Rum) Mengingat perumpamaan ini menunjukkan lenyapnya dan kehancuran dunia serta kehabisan usianya sebagai suatu kepastian, dan bahwa akhirat itu ada dan pasti, maka diperingatkan untuk berhati-hati terhadapnya, dan di dalamnya terkandung anjuran untuk berbuat kebaikan.

Jadi Allah SWT berfirman: (Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu) yaitu, tidak ada di akhirat yang akan datang dalam waktu yang dekat kecuali ini atau itu, yakni terkadang azab yang keras dan terkadang ampunan dan ridha dari Allah Firman Allah SWT: (Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu) yaitu kesenangan yang fana dan memperdaya orang yang condong kepadanya, karena hanya dialah yang teperdaya olehnya dan kagum dengannya, sehingga dia mempunyai keyakinan bahwa tidak ada negeri lain selain dunia dan di balik ini tidak ada hari kebangkitan. Padahal kehidupan dunia itu hina jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat.

Diriwayatkan dari Abdullah yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya surga itu lebih dekat kepada seseorang dari kalian daripada tali sendalnya, dan neraka juga seperti itu” Disebutkan dalam hadits ini terkandung makna yang menunjukkan dekatnya kebaikan dan keburukan dengan manusia. Oleh karena itu maka Allah menganjurkan kepada manusia untuk bersegera mengerjakan kebaikan yaitu melakukan ketaatan, dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan. Yang mana itu bisa menghapus dosa-dosa dan kesalahan-kesalahannya, dan menghasilkan pahala dan derajat baginya.

Maka Allah SWT berfirman: (Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi) Makna yang dimaksud adalah jenis langit dan bumi. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam ayat lain: (Dan bergegaslah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (133)) (Surah Ali-Imran) dan di sini Allah berfirman: (yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar) yaitu apa yang telah disediakan Allah bagi mereka merupakan karunia dan kebaikan dariNya kepada mereka.

Sumber: https://tafsirweb.com/10716-surat-al-hadid-ayat-20.html

Informasi Tambahan

Juz

27

Halaman

540

Ruku

474

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved