الحديد (Al-Hadid)
Surat ke-57, Ayat ke-22
مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ
Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.
📚 Tafsir Al-Muyassar
22. Tidakkah menimpa kalian (wahai manusia) berupa musibah di bumi dan musibah pada diri kalian berupa penyakit, kelaparan, dan rasa sakit, kecuali ia tertulis di Lauhul Mahfuz sebelum makhluk diciptakan. Sesungguhnya hal itu adalah mudah bagi Allah.
Sumber: https://tafsirweb.com/10718-surat-al-hadid-ayat-22.html
📚 Tafsir as-Sa'di
22. Allah berfirman mengabarkan luasnya Qadha dan QadarNya, “Tiada sesuatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri,” ini mencakup seluruh musibah yang menimpa makhluk, baik dan buruknya, semuanya, baik yang kecil maupun yang besar telah tertulis di Lauhul Mahfuzh.
Ini merupakan sesuatu yang besar dana gung yang tidak bisa dicerna akal, bahkan bisa mengacaukan hati orang-orang berakal, namun hal itu mudah bagi Allah.
Sumber: https://tafsirweb.com/10718-surat-al-hadid-ayat-22.html
📚 Tafsir Al-Wajiz
22. Tidaklah yang menimpa kalian wahai manusia berupa musibah di bumi seperti kegersangan, kurangnya buah-buahan, wabah penyakit tanaman, mahalnya harga dan lainlain serta mushibah yang menimpa diri kalian seperti sakit, kefakiran dan kehilangan anak itu kecuali telah ditulis di Lauhil Mahfudz sebelum kami menciptakan apapun. Bagi Allah SWT, menetapkan hal itu dalam kitabNya merupakan perkara yang mudah dan gampang.
Sumber: https://tafsirweb.com/10718-surat-al-hadid-ayat-22.html
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)
Ayat 22-24 Allah SWT memberitahukan tentang takdir yang telah Dia tetapkan atas makhlukNya sebelum Dia menciptakan semuanya. Jadi Dia berfirman: (Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri) yaitu, di cakrawala dan diri kalian (melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya) yaitu sebelum Kami menciptakan manusia dan makhluk lainnya. Sebagian ulama berkata bahwa dhamir dari (sebelum Kami menciptakannya) merujuk kepada kata “nufus”.
Dikatakn bahwa itu kembali kepada “Al-mushibah”. Tetapi pendapat yang paling baik adalah bahwa itu kembali kepada makhluk dan manusia, karena berkaitan dengannya. Diriwayatkan dari Manshur bin Abdurrahman, dia berkata, "Ketika aku sedang duduk bersama Al-Hasan, tiba-tiba datanglah seorang lelaki yang menanyakan kepadanya tentang firmanNya: (Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya) Maka aku bertanya kepadanya tentang itu, lalu dia-Hasan menjawab, “Maha Suci Allah, siapakah yang meragukan hal ini? semua musibah yang terjadi di antara langit dan bumi, telah ada dalam kitab Allah sebelum Dia menciptakan manusia" Qatadah berkata tentang firmanNya (Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi) bahwa makna yang dimaksud adalah musim paceklik atau kekeringan (dan (tidak pula) pada dirimu sendiri) yaitu berupa rasa sakit dan penyakit Firman Allah SWT: (Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah) yaitu, sesungguhnya pengetahuan Allah SWT tentang segala sesuatu sebelum kejadiannya dan pencatatan semuanya itu sesuai dengan kejadiannya itu mudah bagi Allah.
Karena sesungguhnya Dia mengetahui apa yang telah terjadi, apa yang akan terjadi, dan apa yang tidak akan terjadi, serta bagaimana jika hal itu terjadi. Firman Allah SWT: (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu) yaitu Kami memberitahukan kepada kalian tentang ilmu Kami dan ketetapan Kami atas segala sesuatu sebelum kejadiannya, dan ukuran-ukuran yang Kami buatkan untuk semua makhluk sebelum keberadaannya, supaya kalian mengetahui bahwa musibah yang menimpa kalian bukanlah hal yang luput dari kalian, dan musibah yang luput dari kalian bukan untuk ditimpakan kepada kalian. Maka janganlah menyesali apa yang luput dari kalian; karena sesungguhnya seandainya hal itu ditakdirkan, maka akan terjadi (dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu) yaitu dengan apa yang didatangkan kepadamu.
Makna “aataakum” adalah DIa memberikan kepadamu; kedua maknanya saling berkaitan, yaitu, bahwa janganlah bangga terhadap manusia dengan nikmat yang diberikan Allah kepada kalian. Karena sesungguhnya pemberian itu bukan dari usaha kalian, bukan juga dari hasil jerih payahmu. Sesungguhnya hal itu terjadi hanya semata-mata karena takdir Allah dan pemberian rezekiNya kepada kalian.
Maka janganlah nikmat-nikmat Allah menjadikan kalian orang yang jahat dan angkuh, lalu kalian membangga-banggakannya terhadap orang lain. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri) yaitu, bersikap angkuh, sombong, dan merasa besar diri terhadap orang lain. Ikrimah berkata bahwa tidak ada seorangpun melainkan gembira dan sedih, akan tetapi bersyukurlah di saat memperoleh kegembiraan dan bersabarlah saat bersedih.
Firman Allah SWT: ((yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir) yaitu suka mengerjakan hal yang mungkar dan menganjurkan kepada orang lain untuk melakukannya (Dan barang siapa yang berpaling) yaitu berpaling dari perintah dan ketaatan kepada Allah (maka sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji) sebagaimana yang dikatakan nabi Musa: (Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji) (Surah Ibrahim: 8)
Sumber: https://tafsirweb.com/10718-surat-al-hadid-ayat-22.html
Informasi Tambahan
Juz
27
Halaman
540
Ruku
474