Kembali ke Surat Al-Baqarah

البقرة (Al-Baqarah)

Surat ke-2, Ayat ke-44

۞ اَتَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ اَنْفُسَكُمْ وَاَنْتُمْ تَتْلُوْنَ الْكِتٰبَ ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ

Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab (Taurat)? Tidakkah kamu mengerti?

📚 Tafsir Al-Muyassar

Alangkah buruk kondisi kalian dan kondisi ulama kalian ketika kalian memerintahkan manusia untuk berbuat kebaikan-kebaikan, sedangkan kalian meninggslksn diri kalian sendiri. Maka kalian tidak memerintahkan diri kalian untuk berbuat kebaikan yang agung ini, yaitu memeluk Islam padahal Kalian membaca taurot yang didalamnya terdapat penjelasan tentang sifat-sifat Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dan kewajiban beriman kepadanya. Tidakkah kalian mempergunakan akal kalian dengan benar?.

Sumber: https://tafsirweb.com/338-surat-al-baqarah-ayat-44.html

📚 Tafsir as-Sa'di

44. “Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebajikan,” yakni dengan keimanan dan kebaikan, ”sedang kamu melupakan diri (kewajiban) sendiri,” maksudnya kalian meninggalkannya padahal kalian memerintahkannya kepada orang lain, ”padahal “kamu membaca al-kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” dinamakan akal itu sebagai akal karena ia dipakai untuk berpikir kepada kebaikan yang bermanfaat untuknya, dan sadar dengannya dari hal-hal yang memudaratkan dirinya, dan hal tersebut dibuktikan bahwa akal menganjurkan kepada pemiliknya untuk menjadi orang yang pertama meninggalkan apa yang dilarang. Maka barangsiapa yang memerintahkan orang lain kepada kebaikan lalu dia tidak melakukannya atau melarang dari kemunkaran namun dia tidak meninggalkannya, maka hal itu menunjukkan tidak adanya akal padanya dan kebodohannya, khususnya bila dia telah mengetahui akan hal itu, dan hujjah benar-benar telah tegak atasnya.

Dan ayat ini walaupun turun terhadap Bani Israil namun ia bersifat umum kepada setiap orang. Sesuai firman Allah: " Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?, Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS. As-Shoff : 2-3) Dalam ayat ini tidak ada suatu indikasi pun yang menunjukkan bahwasanya seseorang bila tidak melakukan apa yang diperintahkan kepadanya, maka dia boleh meninggalkan ajakan kepada kebaikan dan melarang dari yang munkar, karena ayat itu menunjukkan suatu kecaman berkaitan dengan kedua kewajiban tersebut. Bila tidak seperti itu, maka suatu hal yang telah diketahui bahwasanya setiap manusia memiliki dua kewajiban yaitu memerintah orang lain dan melarangnya, dan memerintah dirinya sendiri dan melarangnya.

Maka meninggalkan salah satu dari kedua kewajiban itu bukanlah suatu keringanan untuk meninggalkan yang lainnya, karena idealnya adalah seseorang mampu melakukan kedua kewajiban itu dan demikian juga sangat aib sekali bila seseorang meninggalkan keduanya. Adapun jika dia melakukan salah satu dari kedua kewajiban itu tanpa lainnya, maka dia tidaklah dalam posisi yang ideal dan tidak pula pada posisi sangat aib. Lebih dari itu, diri manusia memang diciptakan dengan kecenderungan tidak respek untuk tunduk kepada orang yang perbuatannya bertentangan dengan perkataanya, maka peniruan mereka dengan perbuatan adalah lebih kuat daripada peniruan mereka dengan sekedar perkataan saja.

Sumber: https://tafsirweb.com/338-surat-al-baqarah-ayat-44.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

Wahai para pendeta Yahudi! Bagaimana bisa kalian memerintahkan orang untuk taat kepada Allah dan segala sesuatu yang ada di dalam Taurat, sedangkan kalian mengabaikan diri kalian dan tidak memerintahkannya untuk berbuat kebaikan dan ketaatan, dan kalian juga membaca Taurat yang mengharamkan berbicara tanpa berbuat. Apakah kalian tidak mengetahui ketidaksesuaian kalian dengan ucapan kalian dan buruknya perilaku kalian?!

Asbabun Nuzul: As-Sadi berkata: “Ketika itu, Bani Israil memerintahkan manusia untuk taat kepada Allah dan bertakwa kepadaNya dengan berbuat baik, namun mereka melakukan yang sebaliknya, kemudian Allah yang Maha Agung dan Maha Tinggi menegur mereka”

Sumber: https://tafsirweb.com/338-surat-al-baqarah-ayat-44.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Allah berfirman,”Bagaimana itu pantas bagi kalian, Wahai, Ahli Kitab, kalian menyuruh manusia untuk berbuat kebajikan (yaitu bersama-sama melakukan kebaikan) sedangkan kalian melupakan diri kalian sendiri.

Kalian tidak melaksanakan perintah yang kalian berikan kepada manusia, padahal kalian membaca kitab dan mengetahui isinya, namun kalian tidak melakukan ketaatan kepada perintah Allah? (Maka tidaklah kamu berpikir?) Apa yang telah kalian kerjakan atas diri kalian sendiri! Jadi berhati-hatilah terhadap kelalaian kalian dan perhatikanlah ketidaktahuan kalian Hal ini seperti yang dikatakan oleh Qatadah tentang firman Allah SWT: (Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan dirimu sendiri) yaitu bahwa Bani Israil menyuruh orang lain untuk taat dan takwa kepada Allah, serta berbuat kebajikan, namun mereka melakukan sesuatu yang bertentangan. Maka Allah memberi peringatan kepada mereka.

Begitu juga yang dikatakan oleh As-Suddi. (Padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)) maknanya adalah kalian melarang orang lain dari mengingkari apa yang ada pada kalian berupa nubuwwah, dan perjanjian dalam kitab Taurat, sementara kalian meninggalkannya. Maknanya yaitu kalian mengingkari isinya mengenai janji yang Aku berikan kepada kalian untuk membenarkan rasulKu, dan kalian melanggar janjiKu, serta menolak apa yang kalian ketahui dari kitabKu. Tujuannya adalah bahwa Allah SWT mengecam mereka atas tindakan ini dan memperingatkan kesalahan mereka terhadap diri mereka sendiri, karena mereka memerintahkan orang lain untuk berbuat kebajikan tapi mereka sendiri tidak melakukannya.

Dan tujuannya bukan untuk mengecam perintah mereka untuk berbuat kebajikan sementara mereka meninggalkannya, melainkan mengecam tindakan mereka yang meninggalkannya, karena perintah berbuat kebajikan adalah itu baik dan itu merupakan sesuatu yang wajiban bagi orang yang berilmu. Akan tetapi, kewajiban yang lebih utama bagi orang yang berilmu adalah melaksanakannya bersamaan dengan memberikan perintah tentang hal itu kepada orang lain untuk melaksanakannya, dan janganlah melakukan hal yang bertentangan dengan mereka. Sebagaimana yang dikatakan nabi Syu'aib: (Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang.

Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali selama aku masih berkesanggupan.

Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepadaNya-lah aku kembali) (Surah Hud: 88) Setiap perintah melakukan kebaikan dan mempraktekkannya adalah suatu kewajiban, jadi tidak bisa seseorang bisa meninggalkan salah satunya saja, sesuai pendapat ulama dari masa lalu dan masa sekarang.

Sebagian ulama’ berpendapat bahwa orang yang berbuat maksiat tidak berhak melarang orang lain melakukan perbuatan yang sama. Pendapat ini lemah dan pendapat yang lebih lemah lagi adalah mengaitkan pendapat mereka dengan ayat ini, karena mereka tidak memiliki argumen dalam hal ini. Yang benar yaitu bahwa orang yang berilmu itu memerintahkan (orang lain) berbuat kebaikan meskipun dia sendiri tidak melakukannya, dan dia melarang berbuat kemungkaran meskipun dia melakukannya.

Malik mengutip dari Rabi'ah,”Saya mendengar Sa'id bin Jubair berkata:"Jika seseorang tidak memerintahkan berbuat kebaikan dan tidak melarang berbuat kemungkaran, sehingga tidak ada manfaat apa pun, maka idak ada seorang pun yang memerintahkan berbuat kebaikan dan tidak melarang kemungkaran." Malik berkata dan benar, lalu siapa yang tidak memiliki manfaat apa pun? Saya berkata, Akan tetapi (dalam kondisi ini) dia akan dikritik karena mengabaikan ketaatan dan berbuat maksiat, karena dia mengetahui hal itu dan melakukan hal sebaliknya dengan penuh kesadaran; dan dia tidak sama dengan orang yang tidak tahu."

Sumber: https://tafsirweb.com/338-surat-al-baqarah-ayat-44.html

Informasi Tambahan

Juz

1

Halaman

7

Ruku

6

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved