Kembali ke Surat Al-Hasyr

الحشر (Al-Hasyr)

Surat ke-59, Ayat ke-10

وَالَّذِيْنَ جَاۤءُوْ مِنْۢ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْاِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا رَبَّنَآ اِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ ࣖ

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, Sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.”

📚 Tafsir Al-Muyassar

10. Orang-orang beriman yang datang sesudah kaum Muhajirin dan Anshar angkatan pertama berkata, “Wahai Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami. Ampunilah saudara-saudara kami seagama yang telah mendahului kami dalam beriman, dan jangan menjadikan di dalam hati kami hasad dan dengki kepada seorang pun dari orang-orang beriman.

Wahai Tuhan kami, sesungguhnya Engkau merahmati hamba-hambaMu dengan rahmat yang luas di dunia dan akhirat. Dalam ayat ini terkandung dalil yang menunjukkan bahwa hendaklah setiap Muslim memuji para pendahulunya dengan kebaikan, mendoakan mereka, mencintai para sahabat Rasulullah, memuji mereka dan mendoakan semoga Allah meridhai mereka.

Sumber: https://tafsirweb.com/10808-surat-al-hasyr-ayat-10.html

📚 Tafsir as-Sa'di

10. Kedua golongan mulia dan suci di atas adalah para sahabat yang mulia dan para imam bagi orang-orang utama. Mereka adalah sosok yang telah meraih predikat sebagai yang terdepan, nilai-nilai keutamaan dan sifat baik yang tidak bisa disaingi oleh orang-orang sebelum mereka.

Mereka pun menjadi para pemimpin kaum Mukminin, Muslimin dan orang-orang bertakwa. Cukuplah bagi generasi setelah mereka mendapatkan kebaikan dengan berjalan di belakang mereka dan menjadikan petunjuk mereka sebagai pemimpin. Karena itulah Allah menyebut generasi-generasi setelah mereka, yaitu orang-orang yang mengikuti mereka dan seluruh orang yang ada setelah mereka seraya berfirman, “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka,” yakni memberi nasihat untuk diri mereka sendiri dan seluruh kaum Muslimin, “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami.” Doa ini mencakup seluruh kaum Mukminin dari kalangan sahabat pendahulu dan orang-orang sebelum dan sesudah mereka.

Inilah di antara salah satu keutamaan iman. Orang-orang Mukmin itu saling memberi manfaat bagi sesama dan saling mendoakan satu sama lain karena kebersamaan mereka dalam iman yang mengharuskan adanya ikatan persaudaraan di antara kaum Mukminin yang di antaranya adalah saling mendoakan satu sama lain dan saling mencintai satu lain. Karena itu, dalam doa ini Allah menafikan sifat dengki dari hati orang-orang yang beriman, baik yang sedikit maupun yang banyak.

Karena sifat dengki tidak ada di hati, maka yang ada adalah kebalikannya, yaitu sifat saling mencintai, saling memberi pertolongan, nasihat dan lainnya untuk sesama Mukmin yang termasuk hak-hak orang yang beriman. Allah menyifati generasi-generasi setelah sahabat dengan keimanan, sebab perkataan orang-orang Mukmin itu, “dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami,” adalah dalil atas kebersamaan mereka dalam keimanan. Mereka adalah para pengikut sahabat dalam kaidah dan pondasi keimanan.

Mereka adalah Ahlus Sunnah wal Jamaah di mana sifat sempurna ini hanya terwujud pada mereka. Allah juga menyebutkan sifat mereka dengan mengakui dosa-dosa serta meminta ampunan dari dosa-dosa serta saling memintakan ampunan satu sama lain serta usaha keras mereka untuk melenyapkan sifat dengki dan iri dari hati mereka terhadap sesama saudara seiman. Sebab doa mereka mengahruskan hal-hal yang telah kami sebut di atas yang mencakup rasa saling mencintai satu sama lain, mencintai orang lain seperti mencintai diri sendiri dan memberi nasihat pada orang lain, baik ketika saudaranya ada, tidak ada, masih hidup atau sudah mati.

Ayat ini menunjukkan bahwa saling mendoakan satu sama lain adalah di antara salah satu hak kaum Mukminin. Kemudian doa mereka diakhiri dengan dua nama mulia yang menunjukkan sempurnanya rahmat Allah dan sempurnanya kasih sayang serta kebaikanNya terhadap kaum Mukminin yang di antaranya (bahkan termasuk yang paling agung) adalah memberi taufik pada kaum Mukminin untuk saling menunaikan hak sesama dan hak-hak hamba Allah. Ketiga golongan tersebut adalah golongan umat ini yang berhak mendapatkan harta rampasan perang yang alokasinya merujuk pada maslahat Islam.

Mereka adalah kaum Muslimin dan ahli Islam. Semoga kita semua dimasukkan Allah dalam golongan mereka berkat karunia dan kemuliaanNya.

Sumber: https://tafsirweb.com/10808-surat-al-hasyr-ayat-10.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

10. Harta fai’ juga diberikan kepada golongan ketiga, yaitu golong orang fakir yang datang sesudah kaum Muhajirin dan Anshar. Mereka adalah pengikut Muhajirin dan Anshar dengan baik sampai hari kiamat.

Mereka berdoa: Wahai Tuhan kami, ampunkanlah dosa kami dan dosa saudara kami yang lebih dulu beriman. Jangan jadikan benci dan dengki bkersarang dalam hati kami kepada orang mukmin lain. Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun terhadap hamba-Nya.

Engkau yang menghilangkan pemicu turunnya bencana dan kesulitan. Engkau Maha Luas dalam Kasih-Mu kepada semua makhluk, dan Engkau Maha Meluaskan kebaikan dan anugerah

Sumber: https://tafsirweb.com/10808-surat-al-hasyr-ayat-10.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 8-10 Allah SWT berfirman seraya memberitahukan tentang keadaan orang-orang fakir yang berhak mendapatkan harta fai’, bahwa mereka: (Muhajirin yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridaan-(Nya)) yaitu mereka meninggalkan kampung halaman mereka dan menentang kaum mereka demi meraih ridha dan ampunan Allah (dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar) yaitu merekalah orang-orang yang ucapannya sesuai dengan perbuatannya, mereka adalah para pemimpin kaum Muhajirin. Kemudian Allah SWT memuji sikap orang-orang Anshar dan menjelaskan keutamaan, kemuliaan, dan kehormatan mereka, serta tidak adanya rasa dengki pada diri mereka dan mengesampingkan kepentingan mereka, padahal mereka sangat membutuhknnya. Maka Allah SWT berfirman: (Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin)) yaitu mereka telah menempati tumah hijrah sebelum orang-orang Muhajirin tiba, dan sebagian besar dari mereka telah beriman.

Umar berkata,"Aku berwasiat kepada khalifah setelahku agar memperhatikan kaum Muhajirin yang pertama, hendaknya hak mereka tetap diberikan kepada mereka dan kehormatan mereka tetap dipelihara. Aku juga berwasiat agar orang-orang Anshar diperlakukan dengan baik, yaitu mereka yang menempati kota Madinah dan telah beriman sebelumnya. Hendaklah orang-orang yang baik dari mereka diterima, dan orang-orang yang berbuat buruk dari mereka dimaafkan" Firman Allah SWT: (mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka) yaitu, termasuk kemuliaan dan kehormatan mereka adalah menyukai orang-orang Muhajirin dan menyantuni mereka dengan harta mereka (Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin)) yaitu mereka tidak memiliki rasa iri dalam hati mereka terhadap kaum Muhajirin yang diberi keutamaan oleh Allah berupa kedudukan, kemuliaan, dan pendahuluan dalam penyebutan dan urutan.

Hasan Al-Bahsri berkata tentang firmanNya: (Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka) yaitu rasa dengki (terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin)) Qatadah berkata bahwa makna yang dimaksud adalah terhadap apa yang telah diberikan kepada saudara-saudara mereka. Demikian juga dikatakan Ibnu Zaid. Firman Allah SWT: (dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri.

Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu)) yaitu kebutuhan. yaitu mereka mendahulukan kebutuhan orang lain daripada kebutuhan diri mereka; mereka memulainya dengan kebutuhan orang lain sebelum diri mereka, padahal mereka dalam keadaan membutuhkannya. Kedudukan ini lebih tinggi daripada kedudukan orang yang disebutkan Allah SWT dalam firmanNya: (Dan mereka memberikan makanan yang disukainya) (Surah Al-Insan: 8) dan (dan memberikan harta yang dicintainya) (Surah Al-Baqarah: 177) karena sesungguhnya mereka menyedekahkan apa yang mereka sukai, tetapi adakalanya mereka tidak memerlukannya dan tidak mempunyai kebutuhan darurat terhadapnya.

Sedangkan mereka mengesampingkan kebutuhan mereka, padahal mereka dalam keadaan memerlukannya dan membutuhkan apa yang mereka sedekahkan. Termasuk dalam kedudukan ini adalah apa yang telah dilakukan Abu Bakar Ash-Shiddiq yang menyedekahkan semua hartanya, sehingga Rasulullah SAW bertanya kepadanya, "Lalu apa yang kamu sisakan untuk keluargamu?" Abu Bakar menjawab, "Aku sisakan bagi mereka Allah dan RasulNya" Firman Allah SWT: (Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung) yaitu barangsiapa yang terbebas dari kekikiran, maka sesungguhnya dia beruntung dan berhasil. Diriwayatkan dari Al-Aswad bin Hilal, dia bekata bahwa seorang laki-laki datang kepada Abdullah, lalu berkata, "Hai Abu Abdurrahman, sesungguhnya aku takut jika aku binasa" dia bertanya,"Apakah yang kamu takutkan?" dia menjawab,”aku mendengar firman Allah SWT: (Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung) Sedangkan aku adalah orang yang kikir, hampir saja aku tidak pernah mengeluarkan sesuatu dari tanganku.

Maka Abdullah menjawab, "Bukan itu yang dimaksud dengan kikir yang disebutkan Allah SWT dalam Al-Qur'an. Sesungguhnya kikir yang disebutkan Allah SWT dalam Al-Qur'an itu adalah jika kamu memakan harta saudaramu secara aniaya. Tetapi yang itu adalah sifat kikir, dan seburuk-buruk sifat adalah kikir" Firman Allah SWT: (Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa, "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang” (10)) Mereka adalah golongan yang ketiga dari orang-orang fakir mereka yang berhak mendapat bagian dari harta fai’.

Mereka adalah orang-orang Muhajirin, lalu orang-orang Anshar, kemudian orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik. Sebagaimana Allah berfirman dalam ayat lain: (Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah) (Surah At-Taubah: 100) Orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik adalah orang-orang yang mengikuti jejak mereka yang baik dan sifat-sifat mereka yang terpuji, serta menyeru mengikuti jejak mereka, baik secara diam-diam maupun terang-terangan.

Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa) yaitu selalu mendoakan (Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami) yaitu kebencian dan kedengkian (terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang) Alangkah baiknya apa yang disimpulkan Imam Malik dari ayat yang mulia ini, bahwa orang-orang yang menentang yang selalu mencaci para sahabat. Mereka tidak punya hak dari harta fai’, karena mereka tidak memiliki sifat yang dipuji Allah melalui firmanNya: (Ya Tuhan kami. beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang)

Sumber: https://tafsirweb.com/10808-surat-al-hasyr-ayat-10.html

Informasi Tambahan

Juz

28

Halaman

547

Ruku

479

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved