Kembali ke Surat Al-Jumu'ah

الجمعة (Al-Jumu'ah)

Surat ke-62, Ayat ke-7

وَلَا يَتَمَنَّوْنَهٗٓ اَبَدًاۢ بِمَا قَدَّمَتْ اَيْدِيْهِمْۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌۢ بِالظّٰلِمِيْنَ

Dan mereka tidak akan mengharapkan kematian itu selamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zalim.

📚 Tafsir Al-Muyassar

7. Orang-orang Yahudi itu tidak akan berharap kematian selama-lamanya karena mereka mementingkan kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat dan karena mereka takut dari hukuman Allah atas mereka disebabkan kekafiran dan pertbuatan buruk yang mereka lakukan. Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zhalim, tidak sedikit pun dari kezhaliman mereka yang samar bagi Allah.

Sumber: https://tafsirweb.com/10907-surat-al-jumuah-ayat-7.html

📚 Tafsir as-Sa'di

7. Ketika mereka tidak mengharapkan kematian padahal mereka mengetahui hal itu, mereka pun mengetahui bahwa mereka berada di atas kebatilan dan mereka juga mengetahui ketidakbenarannya. Karena itu Allah berfirman, “Dan mereka tidak akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya, karena kesalahan –kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka (sendiri). “ Maksudnya, karena dosa dan kemaksiatan yang membuat mereka merasa takut dari kematian. “Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zhalim.” Tidak mungkin kezhaliman mereka samar bagi Allah sedikit pun.

Sumber: https://tafsirweb.com/10907-surat-al-jumuah-ayat-7.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

7. Kemudian harapan mereka tentang kematian itu tidak dilakukan akibat amal buruk mereka berupa kekufuran, kemaksiatan dan penyimpangan. Allah Adalah Dzat yang Maha mengetahui orang-orang yang menzalimi diri mereka sendiri, mereka adalah orang-orang kafir.

Mereka dibalas atas amal perbuatan mereka.

Sumber: https://tafsirweb.com/10907-surat-al-jumuah-ayat-7.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 5-8 Allah SWT berfirman seraya mencela orang-orang Yahudi yang diberi kitab Taurat dan dibebani untuk mengamalkannya. Kemudian mereka tidak mengamalkannya. Perumpamaan mereka dalam hal itu seperti keledai yang dipikulkan di atas punggungnya kitab-kitab yang tebal, yaitu keledai itu tidak dapat memahami kitab-kitab yang dipikul dan tidak mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, karena keledai hanya memikulnya saja tanpa dapat membedakan muatan apa yang dibawanya.

Demikian pula mereka yang diberi kitab yang hanya menghafalnya secara lafazh tetapi tidak memahaminya dan mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya. Bahkan mereka menakwilkan, menyimpang dan menggantinya. Mereka jauh lebih buruk daripada keledai, karena keledai adalah hewan yang tidak memiliki pemahaman, sedangkan mereka adalah makhluk yang memiliki pemahaman, tetapi tidak menggunakannya.

Oleh karena itu Allah SWT berfirman dalam ayat lain: (Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai) (Surah Al-A'raf: 179) Allah SWT berfirman: (Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim) Kemudian Allah SWT berfirman: (Katakanlah, "Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu mendakwakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan orang-orang yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar” (6)) yaitu jika kalian mendakwakan bahwa kalian berada dalam petunjuk, dan bahwa nabi Muhammad, dan para sahabatnya berada dalam kesesatan, maka doakanlah kematian bagi golongan yang sesat di antara kedua golongan itu, (jika kamu memang orang-orang yang benar) dalam yaitu dalam pengakuanmu itu.

Allah SWT berfirman: (Mereka tiada akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri) yaitu disebabkan kekafiran, kezaliman, dan kedurhakaan yang mereka kerjakan untuk diri mereka sendiri (Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim) Telah disebutkan pembahasan dalam surah Al-Baqarah tentang mubahalah yang diajukan terhadap orang-orang Yahudi, yaitu Allah SWT berfirman: (Katakanlah, "Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah kematian(mu), jika kamu memang benar” (94) Dan sekali-kali mereka tidak akan mengingini kematian itu selama-lamanya, karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka (sendiri). Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang aniaya (95) Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling tamak kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih tamak lagi) daripada orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa.

Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan (96)) (Surah Al-Baqarah) Telah kami sebutkan di atas, bahwa makna yang dimaksud adalah mereka diminta siapakan yang berada pada kesesatan apakah diri mereka atau musuh mereka.

Sebagai­mana disebutkan dalam pembahasan mubahalah terhadap orang-orang Nasrani dalam surah Ali Imran: (Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan) kamu, maka katakanlah (kepadanya), "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta” (61)) (Surah Ali Imran) Firman Allah SWT: (Katakanlah, "Sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (8)) sebagaimana firman Allah SWT dalam surah An-Nisa: (Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh) (Surah An-Nisa: 78)

Sumber: https://tafsirweb.com/10907-surat-al-jumuah-ayat-7.html

Informasi Tambahan

Juz

28

Halaman

553

Ruku

486

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved