Kembali ke Surat Al-Jumu'ah

الجمعة (Al-Jumu'ah)

Surat ke-62, Ayat ke-11

وَاِذَا رَاَوْا تِجَارَةً اَوْ لَهْوًا ۨانْفَضُّوْٓا اِلَيْهَا وَتَرَكُوْكَ قَاۤىِٕمًاۗ قُلْ مَا عِنْدَ اللّٰهِ خَيْرٌ مِّنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِۗ وَاللّٰهُ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ ࣖ

Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau (Muhammad) sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah, “Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perdagangan,” dan Allah pemberi rezeki yang terbaik.

📚 Tafsir Al-Muyassar

11. Apabila sebagian kaum Muslimin melihat perdagangan atau permainan dunia dan perhiasannya, mereka berpencar kepadanya dan meninggalkanmu wahai Nabi, berdiri berkhutbah di atas mimbar. Katakanlah kepada mereka wahai Nabi, “Apa yang ada di sisi Allah berupa pahala dan nikmat lebih bermanfaat bagi kalian daripada permainan dan perdagangan.

Hanya Allah sebaik-baik pemberi rizki dan pemberi kebaikan, maka mintalah ia kepadaNya, gunakanlah ketaatan kepada Allah untuk mendapatkan apa yang ada di sisiNya berupa kebaikan dunia dan akhirat.”

Sumber: https://tafsirweb.com/10911-surat-al-jumuah-ayat-11.html

📚 Tafsir as-Sa'di

11. “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya,” maksudnya, mereka keluar dari masjid karena amat menginginkan sesuatu yang melalaikan itu dan karena perdagangan itu dengan meninggalkan kebaikan, “dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah),” yakni ketika engkau sedang berkhutbah di hadapan banyak orang. Peristiwa ini terjadi pada Hari Jumat ketika Nabi tengah berkhutbah di hadapan orang-orang, datanglah kafilah perdagangan di kota Madinah. Ketika orang-orang yang berada di masjid mendengar kedatangan kafilah itu, mereka pun pergi meninggalkan masjid dan meninggalkan Nabi ketika sedang berkhutbah, karena bersegera ingin mendapatkan sesuatu yang tidak pantas mereka lakukan serta tidak beradab. “Katakanlah, ‘Apa yang di sisi Allah’,” berupa pahala bagi orang yang konsisten dalam kebaikan serta menyabarkan dirinya dalam menyembah Allah, “adalah lebih baik daripada permainan dan perniagaan,” yang meski sebagian tujuannya terpenuhi tapi itu hanya sedikit dan membuat orang tidak mendapatkan pahala akhirat.

Bersabar dalam melakukan ketaatan tidak menyebabkan orang tidak kebagian rizki, “dan Allah sebaik-baik Pemberi rizki.” Siapa pun yang bertakwa pada Allah akan diberi rizki dari arah yang tidak diduga-duga. Terdapat beberapa initi sari dari ayat-ayat di atas; Pertama, Shalat Jumat adalah kewajiban seluruh orang-orang Mukmin laki-laki. Mereka wajib bersegera menunaikan serta memperhatikannya.

Kedua, dua khutbah pada Hari JUmat adalah wajib dan wajib dihadiri. Karena kata (mengingat) dalam ayat di atas ditafsirkan sebagai dua khutbah. Allah memerintahkan agar orang-orang yang beriman datang segera untuk mendengarkannya.

Ketiga, disyariatkan serta diperintahkannya adzan jumat. Keempat, larangan dan haramnya berjual beli setelah adzan Jumat (berkumandang) karena hal itu bisa melalaikan kewajiban dan mempersibuk diri sehingga tidak bisa menunaikannya. Hal itu menunjukkan, bahwa segala sesuatu meski asalnya mubah yang jika dilakukan bisa melalaikan dari kewajiban, maka sesuatu itu tidak boleh dilakukan pada waktu itu.

Kelima, perintah untuk mendatangi dua khutbah jumat dan celaan bagi orang yang tidak mendatanginya. Termasuk wajib dalam hal ini adalah diam mendengarkan dua khutbah. Keenam, seseorang yang hendak menghadiri ibadah pada waktu jiwanya mendorong agar mendatangi pekerjaan-pekerjaan yang melalaikan, perdagangan dan kepentingan-kepentingan hawa nafsu harus mengingat kebaikan-kebaikan di sisi allah dan harus lebih mengedepankan ridha Allah daripada hawa nafsunya.

Sumber: https://tafsirweb.com/10911-surat-al-jumuah-ayat-11.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

11. Ketika orang-orang yang melaksanakan shalat jum’at itu melihat perniagaan yaitu berbagai macam usaha atau melihat hiburan seperti suara genderang, seruling dan alat lain yang serupa, mereka bertebaran menuju perniagaan dan permainan itu dan meninggalkanmu wahai nabi yang sedang berdiri di atas mimbar dan berkhutbah. Katakanlah (pada mereka): “Apa yang di sisi Allah berupa pahala yang agung yaitu surga itu lebih baik daripada hiburan dan perniagaan yang kalian kejar-kejar.

Allah adalah sebaik-baik Dzat yang memberikan rejeki. Maka berserahlah kalian kepadaNya dan carilah rejeki dariNya.” Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Tirmidzi dari Jabir berkata: “Saat itu, Nabi SAW berkhutbah pada hari Jum’at, datanglah karavan (yaitu unta yang membawa makanan) yang berjalan (melewati masjid). Lalu mereka (orang-orang yang shalat) pergi menuju karavan itu, sampai tidak ada satupun yang tersisa bersama Nabi kecuali 12 laki-laki.

Kemudian Allah menurunkan ayat ini.”

Sumber: https://tafsirweb.com/10911-surat-al-jumuah-ayat-11.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 11 Allah SWT mengecam orang-orang yang meninggalkan khutbah Jumat karena menuju ke tempat perniagaan yang baru tiba di Madinah di masa itu. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah)) yaitu kamu sedang berkhutbah di atas mimbar. Demikianlah menurut yang dikemukakan para tabi'in.

Di antaranya adalah Abu Al-Aliyah, Al-Hasan, Zaid bin Aslam, dan Qatadah. Telah membenarkan dengan berita itu. Diriwayatkan dari Jabir, dia berkata bahwa iringan kafilah perniagaan datang ke Madinah, sedangkan Rasulullah SAW sedang berkhutbah, maka orang-orang juga bubar menuju ke arahnya dan yang tersisa hanya dua belas lelaki.

Maka turunlah firman Allah: (Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya) Firman Allah SWT: (Katakanlah, “Apa yang di sisi Allah") yaitu berupa pahala di sisi Allah di akhirat ("adalah lebih baik daripada permainan dan perniagaan," dan Allah sebaik-baik Pemberi rezeki) bagi orang yang berserah diri kepadaNya dan mencari rezeki tepat pada waktunya

Sumber: https://tafsirweb.com/10911-surat-al-jumuah-ayat-11.html

Informasi Tambahan

Juz

28

Halaman

554

Ruku

487

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved