Kembali ke Surat Al-Munafiqun

المنٰفقون (Al-Munafiqun)

Surat ke-63, Ayat ke-6

سَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ اَسْتَغْفَرْتَ لَهُمْ اَمْ لَمْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْۗ لَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفٰسِقِيْنَ

Sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) mohonkan ampunan untuk mereka atau tidak engkau mohonkan ampunan bagi mereka, Allah tidak akan mengampuni mereka; sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

📚 Tafsir Al-Muyassar

6. Sama saja bagi orang-orang munafik itu, apakah kamu (wahai Rasul) meminta ampunan bagi mereka kepada Allah atau tidak, sesungguhnya Allah tidak akan memaafkan dosa-dosa mereka selamanya, karena mereka bersikukuh dalam kefasikan dan bertahan dalam kekafiran. Sesungguhnya Allah tidak akan membimbing kaum yang kafir kepadaNya kepada iman, yang keluar dari ketaatan kepadaNya.

Sumber: https://tafsirweb.com/10928-surat-al-munafiqun-ayat-6.html

📚 Tafsir as-Sa'di

6. Inilah di antara kelembutan dan anugrah kehormatan Allah terhadap RasulNya, karena orang-orang munafik tidak mendatangi Rasulullah untuk dimintakan ampunan, karena “sama saja bagi mereka,” apakah engkau memintakan ampunan untuk mereka atau tidak “Allah sekali-kali tidak akan mengampuni mereka.” Hal itu disebabkan karena mereka adalah kaum fasik, keluar dari jalur ketaatan, lebih memilih kekufuran daripada keimanan. Karena itu permintaan ampunan Rasulullah, andai Rasulullah memintakan ampunan untuk mereka, tidak berguna sama sekali.

Ini semakna dengan Firman Allah, “Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampunan kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya.

Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” -At-Taubah: 80-

Sumber: https://tafsirweb.com/10928-surat-al-munafiqun-ayat-6.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

6. Ada atau tidak adanya permohonan ampun bagi orang-orang munafik itu sama saja. Tidak ada gunanya meminta mereka keluar dari kekufuran dan kemunafikan.

Sesungguhnya Allah tidak membantu (menunjukkan) orang-orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah dan RasulNya kepada kebenaran dan keimanan. Ibnu Jarir dari Urwah berkata: “Saat ayat {Istaghfil lahum aw laa tastaghfir lahum …}[QS At-Taubah 9/80] diturunkan, Nabi SAW bersabda: “Aku akan menambahkan (permohonan maaf untuk mereka) sebanyak 70 kali” kemudian turunlah ayat ini.”

Sumber: https://tafsirweb.com/10928-surat-al-munafiqun-ayat-6.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 5-8 Allah SWT berfirman seraya memberitahukan tentang orang-orang munafik, semoga laknat Allah menimpa mereka bahwa mereka itu: (apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu," mereka membuang muka mereka) yaitu mereka menghalang-halangi dan berpaling dari apa yang dikatakan kepada mereka dengan sombong dan menghina. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (dan kamu lihat mereka berpaling, sedangkan mereka menyombong­kan diri) Kemudian Allah membalas mereka atas hal itu. Maka Allah SWT berfirman: (Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka, Allah tidak akan mengampuni mereka; sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (6)) Sebagaimana yang disebutkan di dalam surah At-Taubah.

Pembahasannya telah dijelaskan sebelumnya dan hadits-hadits yang diriwayatkan tentangnya. Ibnu Abu Hatim berkata, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar Al-’Adani yang berkata bahwa Sufyan berkata tentang firmanNya: (mereka membuang muka mereka) Ibnu Abu Umar berkata bahwa Sufyan memalingkan mukanya ke arah kanan seraya melirikkan pandangan matanya dengan pandangan yang sinis, lalu berkata bahwa seperti inilah sikap mereka. Telah disebutkan beberapa ulama salaf, bahwa konteks ayat ini diturunkan tentang dengan Abdullah bin Ubay bin Salul, sebagaimana yang akan kami terangkan, jika Allah SWT menghendaki.

Qatadah dan As-Suddi berkata bahwa ayat ini diturunkan terkait Abdullah bin Ubay bin Salul. Demikian itu karena ada seorang pemuda dari kerabatnya melapor kepada Rasulullah SAW dan menceritakan kepada beliau tentang Ibnu Salul. Maka Rasulullah SAW memanggilnya, tetapi ternyata dia bersumpah dengan menyebut nama Allah bahwa dirinya tidak mengatakannya dan berlepas diri dari hal itu.

Maka orang-orang Anshar mendatangi pemuda itu dan mencacinya. Lalu Allah menurunkan firmanNya mengenai peristiwa ini, sebagaimana yang kalian dengar. Kemudian dikatakan kepada musuh Allah, "Sebaiknya kamu datang menghadap kepada Rasulullah SAW" tetapi dia memalingkan mukanya, yaitu aku tidak melakukannya.

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, dia berkata,"Ketika kami bersama Rasulullah SAW dalam suatu peperangan, maka ada seorang lelaki dari kalangan Muhajirin mendorong seorang lelaki dari kalangan Anshar. Maka orang Anshar berkata,”Hai orang-orang Anshar!” Sedangkan orang Muhajirin berkata, “Hai orang-orang Muhajirin!”. Maka Rasulullah SAW bersabda: “Mengapa seruan jahiliah itu muncul lagi?Tinggalkanlah itu, karena sesungguhnya itu busuk" Abdullah bin Ubay bin Salul berkata,"Sungguh mereka melakukan itu.

Demi Allah, sesungguhnya jika kita kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah darinya" Jabir berkata bahwa orang-orang Anshar di Madinah lebih banyak daripada orang-orang Muhajirin di saat Rasulullah SAW baru tiba di Madinah, kemudian setelah itu kaum Muhajirin bertambah banyak. Maka Umar berkata,"Biarkanlah aku memenggal batang leher orang munafik ini" Tetapi Rasulullah SAW bersabda: “Biarkanlah dia” agar orang-orang tidak membicarakan bahwa nabi Muhammad membunuh temannya sendiri”

Sumber: https://tafsirweb.com/10928-surat-al-munafiqun-ayat-6.html

Informasi Tambahan

Juz

28

Halaman

555

Ruku

488

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved