الملك (Al-Mulk)
Surat ke-67, Ayat ke-2
ۨالَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ
Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun.
📚 Tafsir Al-Muyassar
2. Allah Yang menciptakan kematian dan kehidupan agar Dia menguji kalian (wahai manusia) siapa di antara kalian yang lebih baik dan lebih ikhlas amalnya. Allah Mahaperkasa yang tidak ada sesuatu yang melemahkanNya.
Ayat ini mengandung dorongan berbuat kebaikan dan hardikan dari berbuat maksiat.
Sumber: https://tafsirweb.com/11030-surat-al-mulk-ayat-2.html
📚 Tafsir as-Sa'di
2. “Yang menjadikan mati dan hidup,” Allah menakdirkan hidup dan mati untuk hamba-hambaNya, “supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” Yakni, siapa yang amalannya paling ikhlas dan paling benar. Allah menciptakan para hambaNya dan dimunculkan di alam dunia ini. Mereka diberitahu akan dipindahkan dari alam ini.
Allah memberlakukan berbagai perintah dan larangan untuk mereka dan diuji dengan berbagai keinginan hawa nafsu yang memalingkan mereka dari perintahNya. Barangsiapa yang tunduk pada perintah Allah, dan melakukan amalan baik, maka Allah akan memberinya pahala yang baik di dunia dan di akhirat. Namun siapa pun yang condong pada hawa nafsunya dan tidak menghiraukan perintah Allah, maka akan mendapatkan balasan buruk. “Dan Dia Mahaperkasa,” Yang bagiNya seluruh keperkasaan, dan dengan keperkasaan itu Allah memaksa segala sesuatu dan seluruh makhlukNYa tunduk padaNya, “lagi Maha Pengampun,” yang mengampuni orang-orang yang melakukan keburukan, mereka yang tidak menunaikan kewajiban secara baik dan orang-orang yang berdosa khususnya, jika mereka bertaubat dan kembali kepada Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka meski sampai sebanyak kolong langit, Allah menutupi aib mereka meski sepebuh bumi.
Sumber: https://tafsirweb.com/11030-surat-al-mulk-ayat-2.html
📚 Tafsir Al-Wajiz
2. Dzat yang menciptakan kematian dan dengan kuasaNya Dia abadi. Dia juga Dzat yang menciptakan kehidupan dan berkuasa di atasnya supaya kalian dapat bermuamalah, untuk menguji siapa di antara kalian yang amal ibadahnya paling ikhlas di sisi Allah dan paling taat kepadaNya.
Dialah Dzat yang Maha Kuat dan Maha Perkasa sehingga tidak ada satupun yang lebih perkasa dariNya. Dzat yang Maha Besar ampunanNya bagi orang-orang yang bertaubat
Sumber: https://tafsirweb.com/11030-surat-al-mulk-ayat-2.html
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)
Ayat 1-5 Allah SWT mengagungkan DzatNya yang Maha Mulia dan memberitahukan bahwa di tanganNyalah semua kerajaan, yaitu Dialah Dzat yang Mengatur semua makhluk sesuai dengan yang Dia kehendaki, tidak ada yang menghalangi apa yang Dia putuskan, dan tidak ada yang bertanya tentang apa yang Dia perbuat karena kekuasaan, kebijaksanaan, dan keadilanNya. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu) Kemudian Allah SWT berfirman: (Yang menjadikan mati dan hidup) ada yang mengambil dalil dari ayat ini, dia berkata bahwa kematian itu adalah hal yang nyata, karena itu adalah makhluk. Makna ayat ini adalah bahwa Allahlah yang menciptakan makhluk dari tidak ada menjadi ada untuk menguji mereka, siapakah di antara mereka yang paling baik amal perbuatannya, sebagaimana Allah SWT berfirman (Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu) (Surah Al-Baqarah: 28) Keadaan yang pertama yaitu “al- 'adam” dinamakan mati, dan pertumbuhan ini dinamakan hidup.
Oleh karena itu Allah berfirman: (kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali) (Surah Al-Baqarah: 28) Firman Allah SWT: (supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya) yaitu yang terbaik amalnya.
Kemudian Allah berfirman: (Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun) yaitu Maha Perkasa, Maha Besar dan Maha Kokoh, selain itu Dia Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat dan kembali kepadaNya setelah berbuat durhaka terhadapNya dan menentang perintahNya.
Sekalipun Dia Maha Perkasa, Dia mengampuni, menyayangi, memaafkan, dan menyantuni. Kemudian Allah berfirman: (Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis) yaitu, bertingkat-tingkat.
Apakah satu sama lain berhubungan, yakni satu sama lainnya berlapis satu sama lain, tanpa pemisah? Ada dua pendapat tentangnya, yang paling benar adalah pendapat yang kedua, sebagaimana yang ditunjukkan hadits Isra’ dan lainnya. Firman Allah: (Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang) yaitu bahkan rapi sempurna, tanpa ada perbedaan, pertentangan, kekurangan, kelemahan, dan cela.
Oleh karena itu Allah berfirman: (Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?) yaitu, pandanglah langit dan lihatlah, apakah kamu melihat padanya suatu cela, kekurangan, kelemahan atau keretakan?
Qatadah berkata tentang firmanNya: (adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?) yaitu apakah kamu melihat adanya cela? Firman Allah: (Kemudian pandanglah sekali lagi) Qatadah berkata yaitu dua kali, (niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat) Ibnu Abbas berkata bahwa yang dimaksud adalah dalam keadaan terhina. Qatadah berkata bahwa yang dimaksud adalah dalam keadaan kecil. (dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah) Qatadah berkata bahwa “Al-Hasir” adalah maknanya kelelahan.
Makna ayat ini adalah bahwa sekiranya kamu mengulangi pandanganmu berapa kali pun, maka pandanganmu akan kembali kepadamu, karena tidak menemukan suatu cela atau suatu cacat pun padanya. (dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah) yaitu lemah dan terputus karena kelelahan, karena terlalu banyak mengulang, tetapi tidak melihat adanya suatu kekurangan. Setelah menafikan kekurangan dalam penciptaan langit, Dia menjelaskan kesempurnaannya dan perhiasannya. Lalu Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang) yaitu bintang-bintang yang menghiasi langit, baik yang beredar dan yang tetap.
Firman Allah (dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan) Dhamir pada lafaz (waja'alnaha) kembali kepada jenis dari “Al-mashabih” bukan kepada bentuknya, karena bintang-bintang yang ada di langit tidak digunakan untuk melempari setan-setan, melainkan yang dipakai nyala api daripada bintang-bintang itu sendiri, atau barangkali nyala api itu bersumber darinya. Hanya Allah yang lebih Mengetahui. Firman Allah: (dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala) yaitu, Kami menjadikan kehinaan itu untuk setan-setan di dunia, dan Kami menyediakan bagi mereka azab neraka yang menyala-nyala di akhirat.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam permulaan surah Ash-Shaffat: (Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang (6) dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap setan yang sangat durhaka (7) setan-setan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru (8) Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal (9) akan tetapi barang siapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan), maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang (10)) (Surah Ash-Shaffat) Qatadah berkata bahwa sesungguhnya bintang-bintang ini diciptakan untuk tiga hal, yaitu Allah menciptakannya untuk perhiasan bagi langit, sebagai pelempar setan, dan sebagai tanda-tanda untuk petunjuk arah.
Sumber: https://tafsirweb.com/11030-surat-al-mulk-ayat-2.html
Informasi Tambahan
Juz
29
Halaman
562
Ruku
496