Kembali ke Surat Al-Muddassir

المدّثّر (Al-Muddassir)

Surat ke-74, Ayat ke-4

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْۖ

dan bersihkanlah pakaianmu,

📚 Tafsir Al-Muyassar

1-7. Wahai orang yang menyelimuti dirinya dengan kain selimutnya, bangkitlah dari tempat tidurmu, lalu peringatkanlah manusia dari azab Allah, khususkanlah Tuhanmu dengan pengagungan, tauhid dan ibadah, sucikanlah pakaianmu dari najis-najis, karena kesucian lahir termasuk kesempurnaan kesucian batin. Teruslah menjauhi patung dan berhala serta amal-amal syirik seluruhnya, jangan mendekatinya, jangan memberi sesuatu agar kamu mendapatkan lebih banyak.

Dan demi meraih ridha Tuhanmu, bersabarlah kamu dalam menjalankan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya.

Sumber: https://tafsirweb.com/11540-surat-al-muddatstsir-ayat-4.html

📚 Tafsir as-Sa'di

4. “Dan pakaianmu bersihkanlah.” Kemungkinan yang dimaksud dengan pakaian adalah seluruh perbuatan Rasulullah dan maksud membersihkannya adalah memurnikannya, tulus melaksanakannya, dilakukan secara sempurna dan menafikannya dari berbagai hal yang bisa membatalkan, merusak, dan mengurangi pahalanya, seperti syirik, riya’, nifak, ujub, takabur, lalai dan lain sebagainya yang diperintahkan untuk ditinggalkan dalam beribadah menyembah Allah. Perintah ini juga mencakup perintah untuk menyucikan baju dari najis karena hal itu adalah termasuk salah satu penyempurna kebersihan amal, khususnya dsalam Shalat sebagaimana yang dinyatakan oleh kebanyakan ulama bahwa menghilangkan najis merupakan salah satu syarat shalat. Bisa juga yang dimaksud dengan baju adalah baju yang kita kenal.

Artinya, Rasulullah diperintahkan untuk menyucikannya dari seluruh najis di seluruh waktu, khususnya ketika masuk waktu Shalat.

Sumber: https://tafsirweb.com/11540-surat-al-muddatstsir-ayat-4.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

4. Sucikan pakaianmu dari berbagai najis, dan sucikan batinmu dari berbagai penyakit hati

Sumber: https://tafsirweb.com/11540-surat-al-muddatstsir-ayat-4.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 1-10 Disebutakn dalam hadits shahih Bukhari dari Yahya bin Abu Katsir, dari Abu Salamah, dari Jabir, dia berkata bahwa ayat Al-Qur'an yang mula-mula diturunkan adalah firmanNya: (Hai orang yang berkemul (berselimut) (1)) Tetapi mayoritas ulama berbeda. Mereka berpendapat bahwa Al-Qur'an yang mula-mula diturunkan adalah firman Allah SWT: (Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan (1)) (Surah Al-'Alaq) Sebagaimana yang akan diterangkan di tempatnya, jika Allah menghendaki.

Dapat disimpulkan bahwa wahyu yang mula-mula diturunkan setelah beberapa lama wahyu tidak turun adalah surah ini, sebagaimana Imam Ahmad telah meriwayatkan dari Ibnu Syihab, dia berkata,”Aku pernah mendengar Abu Salamah bin Abdurrahman berkata bahwa telah menceritakan kepadaku Jabir bin Abdullah, bahwa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Kemudian wahyu mengalami jarak dariku selama satu masa, Dan ketika aku sedang berjalan, aku mendengar suara dari langit, maka aku mengarahkan pandanganku ke langit. Tiba-tiba aku melihat malaikat yang pernah datang kepadaku sedang duduk di atas kursi di antara langit dan bumi, maka tubuhku gemetar karenanya sehingga aku terjatuh ke tanah. Lalu aku pulang ke rumah keluargaku dan aku katakan kepada mereka, "Selimutilah aku, selimutilah aku, selimutilah aku” Maka Allah SWT menurunkan firmanNya, (Hai orang yang berkemul (1) bangunlah, lalu berilah peringatan! (2) Dan Tuhanmu agungkanlah (3) dan pakaianmu bersihkanlah (4) dan perbuatan dosa tinggalkanlah” (5).

Kemudian wahyu datang lagi dengan berturut-turut” Firman Allah SWT: (bangunlah, lalu berilah peringatan! (2)) yaitu berjagalah dengan tekad yang bulat, lalu berilah peringatan kepada manusia. Dengan demikian, beliau mendapatkan kerasulan, sebagaimana pertama mendapatkan kenabian. (dan Tuhanmu agungkanlah (3)) yaitu, agungkanlah. Firman Allah SWT: (Dan pakaianmu bersihkanlah (4)) Al-Ajlah Al-Kindi meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa pernah datangan seorang lelaki datang kepadanya, lalu bertanya kepadanya tentang ayat ini: (dan pakaianmu bersihkanlah (4)) dia menjawab,"Janganlah kamu mengenakannya untuk berbuat maksiat dan jangan pula berkhianat" Kemudian dia berkata,"Tidakkah kamu pernah mendengar ucapan Ghailan bin Salamah Ats-Tsaqafi: “Dengan memuji Allah, sesungguhnya aku mengenakan pakaianku bukan untuk kedurhakaan, dan bukan pula untuk menutupi perbuatan khianat" Mujahid berkata tentang firmanNya: (dan pakaianmu bersihkanlah (4)) daia berkata yaitu dirimu bukan pakaianmu.

Dalam riwayat yang lain darinya tentang firmanNya: (dan pakaianmu bersihkanlah (4)) yaitu, perbaikilah amalmu. Demikian;ah yang dikatakan Abu Razin. Qatadah berkata tentang firmanNya: (dan pakaianmu bersihkanlah (4)) yaitu bersihkanlah dari perbuatan-perbuatan durhaka.

Orang-orang Arab berkata terhadap seorang lelaki yang melanggar janjinya dan tidak memenuhinya, bahwa dia adalah seorang yang kotor pakaiannya. Dan apabila dia menunaikan janjinya, maka dikatakan bahwa sesungguhnya dia benar-benar orang yang bersih pakaiannya. Ikrimah dan Adh-Dhahhak berkata, bahwa janganlah kamu mengenakannya untuk berbuat maksiat.

Ibnu Zaid berkata bahwa dahulu orang-orang musyrik tidak pernah membersihkan diri. Maka Allah memerintahkan kepada NabiNya untuk bersuci dan membersihkan pakaiannya. Pendapat ini dipilih Ibnu Jarir.

Ayat ini mencakup semua pendapat yang telah disebutkan di samping kesucian hati. Karena sesungguhnya orang-orang Arab menyebut hati dengan sebutan pakaian, sebagaimana yang dikatakan Imri’ul Qais: “Hai kekasihku Fatimah, sebentar, dengarkanlah kata-kataku yang memohon ini; bahwa jika engkau telah bertekad untuk meninggalkanku, maka lakukanlah dengan baik-baik” “Dan jika memang ada sikapku yang kurang berkenan di hatimu, tanyakanlah kepada hatiku dengan mata hatimu, maka engkau akan memahaminya” Firman Allah SWT: (dan perbuatan dosa, tinggalkanlah (5)) Ibnu Abbas berkata bahwa ar-rijzu adalah berhala, maka tinggalkanlah. Demikian juga dikatakan Mujahid dan Ibnu Zaid, bahwa sesungguhnya itu adalah berhala.

Berdasarkan semua penafsiran, makna yang dimaksud bukan berarti Nabi SAW telah melakukan sesuatu dari perbuatan-perbuatan itu. sebagaimana firmanNya SWT: (Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik) (Surah Al-Ahzab: 1) dan (Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun, "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan”) (Surah Al-A'raf: 142) Firman Allah SWT: (dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak (6)) Ibnu Abbas berkata bahwa janganlah kamu memberikan suatu pemberian dengan maksud agar memperoleh balasan lebih banyak darinya.

Demikian juga dikatakan Ikrimah, Mujahid, Qatadah, As-Suddi dan lainnya. Hasan Al-Bashri berkata bahwa janganlah kamu merasa beramal banyak kepada Tuhanmu. Demikian juga dikatakan Ar-Rabi' bin Anas.

Pendapat ini dipilih Ibnu Jarir. Ibnu Zaid berkata, janganlah merasa berjasa dengan kenabianmu terhadap manusia dengan maksud ingin memperbanyak dari mereka sebagai imbalan dunia. Keempat pendapat ini yang paling kuat di antaranya adalah yang pertama; hanya Allah yang lebih Mengetahui.

Firman Allah SWT: (Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah (7)) yaitu gunakanlah kesabaranmu dalam menghadapi gangguan mereka sebagai amalmu karena Allah SWT. Pendapat ini dikatakan Mujahid, Ibrahim An-Nakha'i berkata,”Bersabarlah terhadap nasibmu karena Allah SWT. Firman Allah SWT: (Apabila ditiup sangkakala (8) maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit (9) bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah (10)) Ibnu Abbas, Mujahid, Asy-Sya'bi, Zaid bin Aslam, Al-Hasan, Qatadah, Adh-Dhahhak, Ar-Rabi' bin Anas, dan Ibnu Zaid berkata bahwa makna (naqiir) adalah sangkakala.

Mujahid berkata itu seperti bentuk tanduk. Firman Allah SWT: (maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit (9)) yaitu sangat keras (bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah (10)) yaitu tidak mudah bagi mereka menjalaninya, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Orang-orang kafir berkata, "Ini adalah hari yang berat”) (Surah Al-Qamar: 8) Telah diriwayatkan kepada kami dari Zurarah bin Aufa, hakim Basrah bahwa dia mengimami mereka dalam shalat Subuh, Lalu membaca surah ini, ketika bacaannya sampai kepada firmanNya: (Apabila ditiup sangkakala (8) maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit (9) bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah (10)) Tiba-tiba dia merintih sekali, Lalu terjungkal dalam keadaan tidak bernyawa lagi

Sumber: https://tafsirweb.com/11540-surat-al-muddatstsir-ayat-4.html

Informasi Tambahan

Juz

29

Halaman

575

Ruku

510

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved