Kembali ke Surat Al-Qiyamah

القيٰمة (Al-Qiyamah)

Surat ke-75, Ayat ke-16

لَا تُحَرِّكْ بِهٖ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهٖۗ

Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al-Qur'an) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.

📚 Tafsir Al-Muyassar

16-19. Jangan menggerakan lisanmu (wahai Nabi) untuk membaca al-Quran saat wahyu turun, agar kamu bisa menghapalnya dengan cepat karena kamu khawatir ia akan terlewatkan darimu. Sesungguhnya kewajiban Kamilah mengumpulkannya di dalam dadamu, kemudian Kami membacakannya dengan lisanmu kapan kamu berkehendak.

Bila Rasul Kami, Jibril, membacakannya kepadamu, maka dengarkanlah bacaannya dan diamlah, kemudian bacalah sebagaimana dia membacakannya kepadamu, kemudian Kami-lah yang akan menjelaskan apa yang musykil bagimu pemahamannya dari makna-makna dan hukum-hukumnya.

Sumber: https://tafsirweb.com/11664-surat-al-qiyamah-ayat-16.html

📚 Tafsir as-Sa'di

16-19. Ketika Jibril mendatangi Nabi untuk menyampaikan wahyu dan hendak mulai membacakannya pada Nabi, beliau bersegera membacanya dengan penuh perhatian sebelum Jibril selesai membaca. Nabi mengikuti bacaan Jibril.

Kemudian Allah melarang hal itu seraya berfirman dalam ayat yang lain, “Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan".” -Thaha: 114- Dan dalam surat ini Allah berfirman, “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya.” Allah memberi jaminan bahwa Rasulullah pasti menghapalnya, membacanya, dan Allah akan mengumpulkannya di dalam hati Rasulullah seraya berfirman, “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya ( di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya,” maka kegigihan yang ada dalam benakmu hanyalah disebabkan oleh kekhawatiran akan lenyapnya hafalan dan lupa, (namun) karena Allah telah menjamin hal itu padamu, maka tidak perlu dilakukan. “Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu,” yakni ketika JIbril telah menyampaikan wahyu secara keseluruhan, pada saat itu ikutilah bacaannya.

Kemudian Rasulullah membacanya. “Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya,” yaitu penjelasan makna-maknanya. Allah memberi janji bahwa Rasulullah akan menhafal kata-kata dan maknanya dan inilah puncak tertingginya. Rasulullah kemudian melaksanakan ajaran Rabbnya.

Bila Jibril membacakan wahyu kepadanya setelah ini, beliau diam mendengar, dan setelah Jibril usai, beliau baru membacanya. Dalam ayat ini terkandung etika menuntut ilmu, yaitu murid tidak boleh langsung bertanya pada guru sebelum usai memberi penjelasan. Setelah guru selesai, murid boleh menanyakan apa yang tidak dipahami.

Begitu juga bila ada sesuatu di awal pembicaraan mengharuskan diberi tanggapan, sebaiknya tidak langsung ditanggapi atau diterima terlebih dahulu sebelum guru selesai bicara atau salah. Di samping itu agar murid bisa memahami penjelasan gurunya secara benar. Di dalam ayat ini juga terkandung penjelasan bahwa Nabi sebagaimana memberi penjelasan kata-kata wahyu pada umat, beliau juga menjelaskan makna-maknanya pada mereka.

Sumber: https://tafsirweb.com/11664-surat-al-qiyamah-ayat-16.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

16. Wahai Nabi, jangan engkau gerakkan lisanmu untuk membaca Al-quran dengan maksud agar cepat hafal karena takut lupa, sebelum selesai penurunan wahyu itu. Diriwayatkan dari Bukhari Muslim dan Ahmad dari Ibnu Abbas berkata: Ketika Rasul menerima wahyu, beliau menggerakkan lisannya untuk menghafalkannya.

Maka turunlah ayat ini

Sumber: https://tafsirweb.com/11664-surat-al-qiyamah-ayat-16.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 16-25 Ini merupakan pengajaran dari Allah SWT kepada RasulNya SAW tentang bagaimana dia harus menerima wahyu dari malaikat. Karena sesungguhnya beliau selalu tergesa-gesa menerimanya dan mendahului malaikat dalam membacanya. Maka Allah SWT memerintahkan kepadanya bahwa jika malaikat datang membawa wahyu kepadanya, hendaknya Rasulallah mendengarkannya, dan Allahlah yang akan menjaminnya untuk dapat mengumpulkannya di dalam dadanya dan memudahkan baginya dalam menyampaikannya sesuai dengan apa yang disampaikan kepadanya.

Dan hendaknyalah Rasulullah membiarkan malaikat menerangkan, menafsirkan, dan menjelaskannya. Maka keadaan pertama adalah mengumpulkannya dalam dadanya, keadaan kedua adalah membacanya, dan keadaan ketiga adalah tafsir dan penjelasan maknannya. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya (16)) yaitu dengan Al-Qur'an, sebagaimana Allah berfirman: (dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah, "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”) (Surah Thaha: 114) Kemudian Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya) di dadamu (dan membacanya) yaitu kamu membacanya (Apabila Kami telah selesai membacakannya) yaitu apabila malaikat telah membacakannya kepadamu dari Allah SWT (maka ikutilah bacaannya itu) yaitu dengarkanlah dia, kemudian bacalah sebagaimana dibacakan kepadamu (Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya (19)) yaitu setelah kamu hafal dan baca, maka Kami akan menjelaskan dan menerangkannya kepadamu serta memberimu ilham terkait maknanya sesuai dengan apa yang Kami kehendaki dan tentukan.

Diriwayatkan dari Musa bin Abu ‘Aisyah, dari Sa'id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa Rasulullah SAW pada mulanya merasa berat saat menerima wahyu, dan beliau menggerakkan kedua bibirnya” Dia berkata, “Ibnu Abbas berkata kepadaku,"Dan aku menggerakkan kedua bibirku sebagaimana Rasulullah SAW menggerakkan kedua bibirnya" dia berkata,”Sa'id berkata kepadaku,"Aku menggerakkan kedua bibirku sebagaimana Ibnu Abbas menggerakkan kedua bibirnya" Kemudian Allah SWT menurunkan firmanNya: (Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya (16) Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya (17)) yaitu mengumpulkannya di dalam dadamu, kemudian kamu membacanya. (Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu (18)) yaitu, dengarkanlah dan diamlah. (Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya (19)) Setelah itu apabila malaikat Jibril berangkat, maka Nabi SAW membacanya sebagaimana apa yang dibacakan kepadanya. Firman Allah: (Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia (20) dan meninggalkan (kehidupan) akhirat (21)) yaitu, sesungguhnya yang mendorong mereka mendustakan hari kiamat, menentang wahyu kebenaran dan Al-Qur'an yang agung yang diturunkan Allah SWT kepada RasulNya SAW, karena tujuan mereka hanya kehidupan dunia yang segera dan mereka sama sekali melupakan akhirat. Kemudian Allah SWT berfirman: (Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri (22)) dari kata “an-nadharah” yaitu bagus, cerah, bersinar, dan gembira (Kepada Tuhannyalah mereka melihat (23)) yaitu melihat Tuhannya dengan terang-terangan, sebagaimana yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam hadits shahihnya:”Sesungguhnya kamu kelak akan melihat Tuhanmu dengan terang-terangan” Dan sungguh terkait melihatnya orang-orang mukmin kepada Allah SWT di akhirat telah disebutkan hadits-hadits shahih dari berbagai jalur yang mutawatir, yang telah dinukil oleh para imam hadits, sehingga tidak mungkin ditolak atau dicegah kebenarannya.

Hadits dari Abu Sa'id dan Abu Hurairah yang keduanya ada dalam hadits shahih Bukhari Muslim bahwa sejumlah orang bertanya,"Wahai Rasulullah, apakah kita dapat melihat Tuhan kita pada hari kiamat?" Rasulullah SAW bertanya:”Apakah kalian berdesak-desakan saat melihat matahari dan bulan di hari yang tak berawan?” Mereka menjawab, "Tidak” Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya kalian akan melihat Tuhan kalian seperti itu" Hal ini dengan memuji Allah telah menjadi kesepakatan di antara para sahabat, tabi'in, dan ulama’ Salaf dari umat ini, sebagaimana hal ini telah disepakati di kalangan para imam Islam dan para ulama pemberi petunjuk manusia. Orang yang menakwilkan kata “ila” sebagai bentuk tunggal dari “Al-ala’” yaitu nikmat-nikmat, seperti yang dikatakan Ats-Tsauri, dari Manshur, dari Mujahid tentang firmanNya: (Kepada Tuhannyalah mereka melihat (23)) dia berkata, "menunggu pahala dari Tuhan " Maka sesungguhnya pendapat ini menjauhkan keraguan dan membatahkan argumen yang disampaikan. Lalu bagaimanakah jawaban orang yang berpendapat demikian dengan adanya firman Allah SWT: (Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhan mereka (15)) (Surah Al-Muthaffifin) Imam Syafii berkata bahwa tidaklah orang-orang durhaka dihalangi dari melihat Tuhan mereka, melainkan karena diketahui bahwa orang-orang yang baik dapat melihat Tuhan mereka.

Kemudian banyak juga pemberitahuan-pemberitahuan dari Rasulullah SAW secara mutawatir menunjukkan pengertian yang sama dengan konteks ayat yang mulia, yaitu firmanNya SWT: (Kepada Tuhannyalah mereka melihat (23)) Firman Allah SWT: (Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram (24) mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat (25)) Inilah penampilan wajah orang-orang durhaka pada hari kiamat dan menjadi muram. Qatadah berkata tampak kelabu. Ibnu Zaid berkata bahwa firmanNya (basirah) yaitu muram. (mereka yakin) yaitu yakin (bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat) Mujahid berkata bahwa maknannya adalah kebinasaan.

Qatadah berkata bahwa itu adalah keburukan.

Sumber: https://tafsirweb.com/11664-surat-al-qiyamah-ayat-16.html

Informasi Tambahan

Juz

29

Halaman

577

Ruku

512

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved