Kembali ke Surat Al-Insyirah

الإنشراح (Al-Insyirah)

Surat ke-94, Ayat ke-6

اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ

sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.

📚 Tafsir Al-Muyassar

5-6. Jangan sampai gangguan musuhmu menyurutkanmu untuk menyebarkan risalah, karena bersama kesulitan ada jalan keluar, bersama kesulitan ada jalan keluar.

Sumber: https://tafsirweb.com/12838-surat-al-insyirah-ayat-6.html

📚 Tafsir as-Sa'di

5-6. Allah berfirman, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” Ini adalah berita gembira besar; setiap kali ada kesulitan dan kesusahan, selalu disertai kemudahan, hingga meski kesulitan itu terjebak di lubang biawak, niscaya kemudahan itu akan masuk dan mengeluarkannya.

Penyebutan kata “kesulitan” pada kedua ayat secara definite (ma’rifat) menunjukkan keduanya sama, sedangkan penyebutan kata “kemudahan” secara indefinite (nakirah) menunjukkan berulangnya. Satu kesulitan tidak akan mengalahkan dua kemudahan. Penyebutan kata “kesulitan” secara definite dengan alif dan lam menunjukkan generalisasi, dan generalisasi itu menunjukkan bahwa semua kesulitan meski mencapai tingkat seberapa pun tapi pada akhirnya kemudahan akan menyertainya.

Sumber: https://tafsirweb.com/12838-surat-al-insyirah-ayat-6.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

5-6 Maka sesungguhnya dalam setiap kesulitan ada kelapangan yang berubah dengan cepat, seperti penderitaan Nabi SAW akibat gangguan orang-orang musyrik yang kemudian berubah menjadi kemudahan dan pertolongan kepada mereka. Ayat ini diturunkan saat orang-orang musyrik mengejek orang-orang muslim dengan kefakirannya. Ketika ayat ini diturunkan, Nabi SAW bersabda sebagaimana yang dikatakan Ibnu Jarir dari Hasan Al-Bashri: “Apakah kalian senang atas posisi kalian yang berada dalam kemudahan, kesulitan tidak akan selalu berada di atas kemudahan”.

Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan lain dan (cara) untuk menghadapi setiap kesulitan adalah (mencari) kemudahan

Sumber: https://tafsirweb.com/12838-surat-al-insyirah-ayat-6.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 1-8 Allah SWT berfirman: (Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? (1)) yaitu Kami telah melapangkan dadamu, yaitu Kami telah menjadikannya bercahaya, luas, dan lapang. sebagaimana firmanNya: (Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan petunjuk kepadanya, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam) (Surah Al-An'am: 125) Dan sebagaimana Allah melapangkan dada Rasulullah SAW, demikian pula Allah menjadikan syariatnya luas, lapang, toleran, dan mudah, tidak ada kesulitan, beban, dan kesempitan padanya.

Dikatakan bahwa yang dimaksud dengan firman Allah SWT: (Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? (1)) yaitu Allah melapangkan dadanya di malam Isra’, sebagaimana yang telah disebutkan dalam riwayat Malik bin Sha'sha'ah. Imam Turmuzi telah mengemukakannya di sini. Dan jika memang hal itu terjadi di malam Isra’ sebagaimana yang diriwayatkan Malik bin Sha'sha'ah, maka tidaklah bertentangan dengan pendapat itu, karena sesungguhnya akibat dari yang dilakukan terhadap dada beliau di malam Isra’, terjadi setelah dilapangkan oleh Allah SWT secara maknawi juga.

Firman Allah SWT: (dan Kami telah menghilangkan darimu bebanmu (2)) Semakna dengan firmanNya: (supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang) (Surah Al-Fath: 2) firman Allah: (yang memberatkan punggungmu (3)) dan kata “Al-inqadh” adalah suara.

Beberapa ulama salaf berkata tentang firmanNya (yang memberatkan punggungmu (3)) yaitu bebannya memberatkanmu Firman Allah: (Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu (4)) Mujahid berkata bahwa maknanya adalah “Aku tidak menyebut melainkan menyebutmu bersamaKu” yaitu dalam “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah”. Qatadah berkata bahwa Allah meninggikan penyebutan namanya di dunia dan akhirat. Maka tidak ada seorang khatib, tidak ada seorang yang membaca syahadat, dan tidak ada orang yang shalat melainkan mengucapkannya, yaitu,”Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah” Firman Allah SWT: (Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (5) sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (6)) Allah SWT memberitahukan bahwa sesungguhnya setelah kesulitan pasti ditemukan kemudahan, kemudian Dia menegaskan berita ini.

Diriwayatkan dari Al-Hasan, dia berkata bahwa mereka berkata bahwa satu kesulitan tidak dapat mengalahkan dua kemudahan. Maknanya adalah karena “Al-'usr” ini dijadikan ma’rifat dalam dua keadaan dan itu merupakan bentuk mufrad, sedangkan “Al-yusr” itu dijadikan nakirah, sehingga berbilang. Oleh karena itu Rasulullah SAW bersabda,”Satu kesulitan tidak akan dapat mengalahkan dua kemudahan” yaitu firman Allah SWT (Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (5) sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (6)) dan “Al’usr” yang pertama lain dengan yang kedua, sedangkan “Al-yusr” itu berbilang.

Firman Allah SWT: (Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (7) dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (8)) yaitu apabila kamu menyelesaikan perkara-perkara dunia, kesibukannya dan kamu menyelesaikan semua yang berkaitan dengannya, maka bulatkanlah tekadmu untuk beribadah dan bangkitlah kepadanya dalam keadaan bersemangat. Ikhlaslah niatmu kepada Tuhanmu. Mujahid berkata tentang ayat ini, bahwa apabila kamu menyelesaikan perkara duniamu, lalu kamu berdiri untuk shalat, maka kerjakanlah shalatmu dengan sungguh-sungguh kepada Tuhanmu.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firmanNya: Maka apabila kamu telah selesai, maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh, yaitu dalam berdoa. Zaid bin Aslam dan Adh-Dhahhak berkata tentang firmanNya: (Maka apabila kamu telah selesai) yaitu, dari melakukan jihad. (kerjakanlah dengan sungguh-sungguh) yaitu kerjakanlah ibadah (dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (8))

Sumber: https://tafsirweb.com/12838-surat-al-insyirah-ayat-6.html

Informasi Tambahan

Juz

30

Halaman

596

Ruku

536

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved