العٰديٰت (Al-'Adiyat)
Surat ke-100, Ayat ke-1
وَالْعٰدِيٰتِ ضَبْحًاۙ
Demi kuda perang yang berlari kencang terengah-engah,
📚 Tafsir Al-Muyassar
Allah bersumpah dengan kuda perang yang berlari kencang menuju musuh, hingga terdengar suara nafasnya karena kencangannya dia berlari. Tidak boleh bagi makhluk bersumpah kecuali dengan nama Allah, karena bersumpah dengan selain Allah adalah syirik.
Sumber: https://tafsirweb.com/12952-surat-al-adiyat-ayat-1.html
📚 Tafsir as-Sa'di
1. Allah bersumpah dengan kuda, karena pada kuda terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah yang amat jelas dan nikmatNya yang nyata padanya yang diketahui oleh manusia. Allah bersumpah dengan kuda pada kondisi dimana tidak ada hewan lain yang menyertainya seraya berfirman, “Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah,” yakni kuda yang berlari kencang dan kuat serta terengah-engah; suara nafasnya yang keluar dari dadanya karena kencangnya lari.
Sumber: https://tafsirweb.com/12952-surat-al-adiyat-ayat-1.html
📚 Tafsir Al-Wajiz
1. Aku bersumpah demi kuda para mujahid yang berlari (kuda-kuda yang berlari) yang mengeluarkan suara, yaitu nafas kuda ketika berlari. “Al-‘Adiyaht” berasal dari kata “Al-‘Adwu” yang artinya adalah berlari, sedangkan “Adh-dhabhu” adalah suara nafas. Al-Bazzar, Imam Hakim dan lainnya dari Ibnu Abbas berkata: “Rasulallah SAW pernah melepas seekor kuda, lalu setelah satu bulah lewat, beliau tidak mendapatkan kabar tentangnya, kemudian turunlah ayat {wal ‘aadiyat}”
Sumber: https://tafsirweb.com/12952-surat-al-adiyat-ayat-1.html
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)
Ayat 1-11 Allah SWT bersumpah dengan menyebut kuda apabila dilarikan di jalan Allah, maka ia lari dengan kencangnya dan suara napasnya yang keras saat lari (dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya) (2)) yaitu suara detak teracaknya ketika menginjak batu-batuan, lalu keluarlah percikan api darinya. (dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi (3)) yaitu mengadakan serangan di waktu pagi, sebagaimana Rasulullah SAW mengadakan serangan di waktu subuh, maka apabila beliau mendengar suara azan di kabilah yang akan diperangi, beliau mengurungkan. Dan apabila tidak, maka menyerangnya. Firman Allah: (maka ia menerbangkan debu (4)) yaitu debu di tempat kuda-kuda mereka sedang bertempur. (dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh (5)) yaitu kuda-kuda tersebut berada di tengah-tengah peperangan. (dan kuda yang mencetuskan bunga api dengan pukulan (kuku kakinya) (2)) yaitu dengan teracaknya.
Dikatakan bahwa kuda-kuda itu menyalakan peperangan di antara para penunggangnya. Pendapat itu dikatakan Qatadah. Diriwayatkan dari Mujahid tentang firmanNya: (dan kuda yang mencetuskan bunga api dengan pukulan (kuku kakinya) (2)) yaitu tipu muslihat peperangan.
Ibnu Jarir berkata bahwa pendapat yang benar adalah yang pertama. yaitu bahwa makna yang dimaksud adalah kuda ketika memercikkan api dari kaki teracaknya. Firman Allah: (dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi (3)) Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah berkata bahwa makna yang dimaksud adalah pasukan berkuda yang menyerang di pagi hari di jalan Allah. (maka ia menerbangkan debu (4)) yaitu tempat yang kuda-kuda dan unta-unta itu, baik dalam ibadah haji atau peperangan. Firman Allah: (dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh (5)) Ikrimah, Qatadah, dan Adh-Dhahhak berkata bahwa makna yang dimaksud adalah kumpulan musuh yang kafir.
Bisa ditafsirkan bahwa kuda-kuda itu berkumpul di tengah-tengah tempat pertempuran. Jadi kata (jam'a) dimanshub menjadi hal yang menegaskan. Firman Allah: (sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Tuhannya (6)) Ini adalah subjek sumpah, bahwa sesungguhnya manusia itu benar-benar mengingkari nikmat-nikmat Tuhannya.
Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan Ibnu Zaid berkata bahwa kata “al-kanud” adalah orang yang ingkar. Al-Hasan berkata bahwa itu adalah orang yang mengingat musibah dan melupakan nikmat-nikmat Tuhannya. Firman Allah: (dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya (7)) Qatadah berkata bahwa sesungguhnya Allah menyaksikan hal itu.
Bisa ditafsirkan bahwa dhamir itu merujuk kepada manusia, jadi bentuknya adalah sesungguhnya manusia itu benar-benar menyaksikan keingkaran dirinya, yaitu dengan ucapan dan keadaannya, yaitu hal itu tampak baginya dalam ucapan dan perbuatannya, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedangkan mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir) (Surah At-Taubah: 17) Firman Allah: (dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta (8)) yaitu sesungguhnya kecintaannya kebaikan, yaitu kepada harta itu sangat besar.
Tentang ini ada dua pendapat; pendapat pertama adalah bahwa sesungguhnya manusia itu sangat mencintai harta. Pendapat kedua bahwa sesungguhnya karena kecintaannya kepada harta, dia menjadi orang yang serakah dan kikir. Keduanya benar.
Kemudian Allah SWT berfirman agar berzuhud terhadap dunia dan menganjurkan untuk menyukai akhirat, dan memperingatkan tentang apa yang akan terjadi setelah kehidupan ini, yaitu kengerian yang akan dihadapi manusia (Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur? (9)) yaitu, Dia mengeluarkan orang-orang yang telah mati dari dalamnya (dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada (10)) Ibnu Abbas dan lainnya berkata bahwa maknanya adalah apabila ditampakkan apa yang selama itu mereka sembunyikan dalam diri mereka (sesungguhnya Tuhan mereka pada hari ini Maha Mengetahui keadaan mereka (11)) yaitu benar-benar mengetahui semua yang mereka lakukan dan kerjakan, dan Dia akan membalaskan mereka dengan balasan yang sempurna; Dia tidak akan berbuat zalim bahkan seberat dzarrah pun.
Sumber: https://tafsirweb.com/12952-surat-al-adiyat-ayat-1.html
Informasi Tambahan
Juz
30
Halaman
599
Ruku
542