الكوثر (Al-Kausar)
Surat ke-108, Ayat ke-1
اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ
Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.
📚 Tafsir Al-Muyassar
Sesungguhnya Kami memberimu (wahai nabi), kebaikan yang banyak di dunia dan akhirat, diantaranya adalah sungai al kautsar di surga yang kedua sisinya adalah tenda mutiara yang berongga dan tanah nya adalah kasturi.
Sumber: https://tafsirweb.com/13070-surat-al-kautsar-ayat-1.html
📚 Tafsir as-Sa'di
1. Allah berfirman kepada NabiNya, Muhammad, seraya menganugerahkan karunia kepada beliau, “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak,” yakni kebaikan dan karunia yang banyak, yang di antaranya adalah sungai al-Kautsar yang diberikan Allah kepadanya pada Hari Kiamat.
Dan juga telaga yang panjangnya selama perjalanan sebulan dan luasnya selama perjalanan sebulan. Airnya lebih putih dari susu, dan lebih manis dari madu, jumlah gelasnya sejumlah bintang-bintang di langit dari segi banyak dan gemerlapnya. Siapapun yang meminum satu kali tegukan dari air telaga ini, maka tidak akan haus setelahnya selamanya.”
Sumber: https://tafsirweb.com/13070-surat-al-kautsar-ayat-1.html
📚 Tafsir Al-Wajiz
Keutamaan surah: Imam Ahmad mengatakan dari Anas bin Malik bahwa sesungguhnya Nabi SAW tidur sejenak kemudian tersenyum karena turunnya surah ini kepada beliau. Beliau menafsiri Al-Kautsar dengan sabdanya yaitu “Telaga yang diberikan oleh Tuhanku yang Maha Agung dan Maha Tinggi kepadaku di surga. Di dalamnya ada banyak kebaikan.
Umatku akan dikembalikan kepadanya pada hari kiamat, sehingga disebut dengan telaga maurud (tempat kembali)” 1-2. Sesungguhnya kami memberimu wahai Rasulallah telaga Kautsar, yaitu kebaikan yang diberikan dalam jumlah banyak di akhir nanti, di antaranya adalah telaga di surga sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Muslim dan lainnya. Maka langgengkanlah shalat yang diwajibkan dengan ikhlas hanya karena Allah dan juga shalat hari raya sebagai rasa syukur atas nikmatNya; dan kurbankanlah hewan kurbanmu untuk Allah dengan hanya menyebut namaNya sebagai pembeda dari apa yang dilakukan bangsa Arab Jahiliyyah yang shalat dan berkurban untuk selain Allah.
Sumber: https://tafsirweb.com/13070-surat-al-kautsar-ayat-1.html
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)
Ayat 1-3 Diriwayatkan dari Anas bin Malik, dia berkata bahwa Rasulullah SAW menundukkan kepala sejenak, lalu beliau mengangkat kepala seraya tersenyum. Beliau bersabda kepada mereka, atau mereka bertanya kepada beliau SAW, "Mengapa engkau tersenyum?" Maka Rasulullah SAW menjawab, "Sesungguhnya barusan diturunkan kepadaku suatu surah" Lalu beliau membaca firmanNya: (Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) (Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar (l)), sampai akhir. Lalu Rasulullah SAW bersabda, "Apakah kalian tahu, apakah Al-Kautsar itu?" Mereka menjawab, "Allah dan RasulNya lebih mengetahui" Rasulullah bersabda,”Al-Kautsar adalah sebuah sungai yang diberikan kepadaku oleh Tuhanku SWT di dalam surga, padanya terdapat kebaikan yang banyak, umatku akan mendatanginya pada hari kiamat, jumlah bejana-bejananya sama dengan jumlah bintang-bintang.
Sebagian besar ulama qiraat menggunakan ayat ini sebagai dalil bahwa surah ini adalah Madaniyah. Dan kebanyakan ulama fiqih berkata bahwa Basmalahnya merupakan bagian dari surah dan diturunkan bersama-sama dengannya. Adapun terkait firmanNya: (Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar (1)) Telah disebutkan dalam hadits ini bahwa Al-Kautsar adalah nama sebuah sungai di dalam surga.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa Al-Kautsar adalah kebaikan yang banyak. Dan tafsir ini mencakup sungai dan nikmat lainnya. karena Al-Kautsar berasal dari “Al-Katsrah yaitu kebaikan yang banyak, dan di antaranya adalah sungai itu. Pendapat ini dikatakan Ibnu Abbas, Ikrimah, Sa'id bin Jubair dan Mujahid.
Firman Allah: (Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah (2)) yaitu sebagaimana Kami memberimu kebaikan yang banyak di dunia dan akhirat, antara lain adalah sebuah sungai yang sifatnya telah disebutkan; maka kerjakanlah shalat yang diwajibkan dan shalat sunah serta kurbanmu. Maka sembahlah Dia semata, tidak ada sekutu bagiNya; dan sembelihlah kurbanmu dengan menyebut namaNya, tidak ada sekutu bagiNya. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Katakanlah, "Sesungguhnya shalatku, ibadahku. hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan alam semesta (162) tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah diperintahkan kepadaku, dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)” (163)) (Surah Al-An'am) Ibnu Abbas, ‘Ahta’, Mujahid, Ikrimah, dan Al-Hasan berkata bahwa yang dimaksud adalah menyembelih unta dan hewan lain semacamnya.
Demikian juga dikatakan Qatadah dan beberapa ulama dari kalangan ulama salaf. Hal ini berbeda keadaannya dengan orang-orang musyrik yang bersujud kepada selain Allah dan menyembelih dengan menyebut nama selain Dia. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan) (Surah Al-An'am: 121).
Pendapat yang benar adalah yang mengatakan, bahwa makna yang dimaksud dengan “an-nahr” adalah menyembelih hewan kurban Abu Ja'far bin Jarir berkata bahwa pendapat yang benar adalah pendapat yang mengatakan bahwa maknanya adalah,”Jadikanlah shalatmu semuanya ikhlas hanya untuk Tuhanmu, bukan untuk berhala atau tandingan selain Dia. Demikian pula kurbanmu, jadikanlah hanya untuk Dia, bukan untuk berhala-berhala. sebagai syukurmu kepadaNya atas kemuliaan dan kebaikan yang Dia khususkan untukmu yang tidak ada tandingannya dan khusus untukmu. Pendapat yang dikatakan ini amat baik Firman Allah: (Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus (3)) yaitu sesungguhnya orang yang membencimu, wahai Muhammad, dan membenci kepada petunjuk, kebenaran, bukti yang jelas, dan cahaya terang yang kamu sampaikan; dialah yang terputus, terhina, direndahkan dan terputus sebutannya.
Mujahid, Sa'id bin Jubair, dan Qatadah berkata bahwa ayat ini diturunkan tentang dengan Al-’Ash bin Wa’il. Pendapat ini serupa dengan apa yang telah kami sebutkan bahwa “Al-abtar adalah orang yang mati dan terputus sebutannya. Maka orang-orang kafir Quraisy itu mengira bahwa seseorang itu apabila anak-anak lelakinya mati, maka terputuslah sebutannya.
Tidaklah demikian, bahkan sebenarnya Allah mengekalkan sebutan Nabi SAW di hadapan para saksi dan mewajibkan syariatnya di atas pundak para hamba, yang akan terus berlangsung selamanya sampai hari mereka dihimpunkan dan hari kebangkitan. Semoga shalawat dan salamNya dilimpahkan kepadanya selama-lamanya sampai hari kiamat.
Sumber: https://tafsirweb.com/13070-surat-al-kautsar-ayat-1.html
Informasi Tambahan
Juz
30
Halaman
602
Ruku
550