Kembali ke Surat Al-Ma'idah

الماۤئدة (Al-Ma'idah)

Surat ke-5, Ayat ke-37

يُرِيْدُوْنَ اَنْ يَّخْرُجُوْا مِنَ النَّارِ وَمَا هُمْ بِخَارِجِيْنَ مِنْهَا ۖوَلَهُمْ عَذَابٌ مُّقِيمٌ

Mereka ingin keluar dari neraka, tetapi tidak akan dapat keluar dari sana. Dan mereka mendapat azab yang kekal.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Orang-orang kafir itu menginginkan keluar dari neraka dikarenakan apa yang mereka hadapi didalamnya berupa kesengsaraan-kesengsaraan, tetapi tidak ada jalan bagi mereka untuk mewujudkan hal itu. Dan bagi mereka siksaan yang abadi.

Sumber: https://tafsirweb.com/1921-surat-al-maidah-ayat-37.html

📚 Tafsir as-Sa'di

36-37. Allah mengabarkan tentang buruknya keadaan orang-orang kafir (kepada Allah) dan tempat kembali mereka yang jelek pada Hari KIamat. Bahwa seandainya mereka menebus azab Allah dengan emas sepenuh jagat dan ditambah dengan yang sepertinya, maka itu tidak berguna dan tidak diterima, karena waktu penebusan telah habis, yang tersisa hanyalah azab yang pedih yang menyakitkan dan kekal di mana mereka tidak keluar darinya untuk selama-lamanya dan akan menetap di dalamnya untuk masa yang tidak berujung.

Sumber: https://tafsirweb.com/1921-surat-al-maidah-ayat-37.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

37. Orang-orang kafir itu ingin keluar dari neraka dengan cara yang berbeda-beda, namun mereka tidak akan keluar dari sana selamanya. Dan bagi mereka itu azab yang abadi.

Dan hal ini tidak mencakup orang-orang yang berbuat maksiat terhadap orang-orang mukmin

Sumber: https://tafsirweb.com/1921-surat-al-maidah-ayat-37.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 35-37 Allah SWT berfirman seraya memerintahkan kepada para hambaNya yang mukmin untuk bertakwa kepadaNya. Ketakwaan itu apabila dihubungkan dengan ketaatan kepadaNya, maka maknanya adalah menjauhi hal-hal yang diharamkan dan meninggalkan laranganNya. Allah juga berfirman setelahnya: (dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya) Sufyan Ats-Tsauri meriwayatkan dari Thalhah, dari Atha', dari Ibnu 'Abbas, bahwa kata-kata "cara apapun untuk mendekatiNya".

Demikian juga yang dikatakan oleh Mujahid, Abu Wa'il, Al-Hasan, Qatadah, Abdullah bin Katsir, As-Suddi, Ibnu Zaid, dan lainnya. Pendapat yang dikatakan para imam itu tidak berbeda dengan para mufasir. Ibnu Jarir menunjukkan hal itu melalui perkataan seorang penyair: "Jika orang yang menuduh telah lupa, kami akan kembali ke ikatan kasih sayang kami, Dan kesucian akan kembali mempersatukan kita, dengan berbagai upaya" “Al-Wasilah” di sini adalah sesuatu yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan Firman Allah : (dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan) Ketika Allah memerintahkan mereka untuk meninggalkan hal-hal yang diharamkan dan melaksanakan ketaatan, Dia juga memerintahkan mereka untuk berjuang melawan musuh, yaitu orang-orang kafir dan orang-orang musyrik yang menyimpang dari jalan yang lurus, dan orang-orang yang meninggalkan agama yang lurus.

Allah mendorong mereka melakukan itu dengan menyiapkan di hari kiamat bagi orang-orang yang berjihad di jalanNya itu keberuntungan, kebahagiaan yang kekal selamanya yang tidak akan terputus, tidak akan berubah, serta mereka akan terus menerus ada di tempat-tempat yang tinggi, aman, dan indah pemandangannya, serta nyaman untuk ditinggali dimana yang siapa pun yang tinggal di dalamnya akan merasakan kenikmatan tanpa akhir, akan hidup selamanya tanpa mati, tanpa ada kerusakan pada pakaiannya, dan tanpa berakhir masa mudanya. Kemudian Allah SWT memberitahukan tentang azab dan siksaan yang telah Dia disediakan bagi musuh-musuhNya, yaitu orang-orang kafir pada hari kiamat. Allah berfirman, (Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai apa yang dibumi ini seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak itu (pula) untuk menebusi diri mereka dengan itu dari azab hari kiamat, niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima dari mereka, dan bagi mereka itu azab yang pedih (36)) yaitu jika salah seorang dari mereka datang pada hari kiamat dengan membawa harta sebanyak isi bumi berupa, dan sesuatu serupa itu, sebagai tebusan dari azab Allah yang telah meliputinya, maka azab itu pasti akan sampai padanya, bahkan, tidak akan bisa melarikan diri dan mengelak.

Oleh karena itu Allah berfirman (dan bagi mereka itu azab yang pedih) yaitu sangat menyakitkan (Mereka ingin keluar dari neraka, padahal mereka sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya, dan bagi mereka itu azab yang kekal (37)) Sebagaimana Allah berfirman (Setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya) (Surah Al-Hajj: 22), Mereka akan terus-menerus berharap untuk keluar dari neraka karena penderitaan dan kepedihan yang mereka alami, tetapi mereka tidak akan pernah bisa keluar dari sana.

Setiap kali nyala api mengangkat mereka sehingga mereka berada di tempat paling tinggi dari neraka, maka malaikat Zabaniyah akan memukul mereka dengan cambuk besi, dan mengembalikan mereka ke dasar neraka. (bagi mereka itu azab yang kekal) mereka selamanya tidak akan mendapatkan jalan keluar dari sana, dan tidak ada tempat untuk melarikan diri.

Sumber: https://tafsirweb.com/1921-surat-al-maidah-ayat-37.html

Informasi Tambahan

Juz

6

Halaman

114

Ruku

91

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved