Kembali ke Surat Al-Ma'idah

الماۤئدة (Al-Ma'idah)

Surat ke-5, Ayat ke-100

قُلْ لَّا يَسْتَوِى الْخَبِيْثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ اَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيْثِۚ فَاتَّقُوا اللّٰهَ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ࣖ

Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya keburukan itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat, agar kamu beruntung.”

📚 Tafsir Al-Muyassar

Katakanlah (wahai rasul) ”tidak sama antara yang buruk dengan yang baik dari segala sesuatu, maka orang kafir tidak sama dengan orang Mukmin, dan pelaku maksiat tidak sama dengan orang yang taat, orang bodoh tidak sama dengan orang Alim, pelaku bid’ah tidak sama dengan orang yang mengikuti Sunnah, harta haram tidak lah sama dengan harta halal, dan sekandanya membuatmu heran (wahai manusia) dengan banyaknya perkara-perkara buruk dan pendukungnya, maka bertakwalah kepada Allah wahai orang yang memiliki akal-akal yang matang, dengan menjauhi segala yang buruk-buruk dan melakukan hal-hal yang baik, supaya kalian beruntung dengan meraih tujuan yang paling agung, yaitu keridhaan Allah dan meraih surga.

Sumber: https://tafsirweb.com/1984-surat-al-maidah-ayat-100.html

📚 Tafsir as-Sa'di

100. “Katakanlah” kepada manusia dalam rangka memberikan mereka semangat kepada kebaikan dan memperingatkan mereka dari keburukan. “Tidak sama yang buruk dengan yang baik,” dalam segala hal. Iman dengan kekufuran tidaklah sama, ketaatan dengan kemaksiatan tidaklah sama, penduduk surga dengan penghuni neraka tidaklah sama, perbuatan yang baik dengan perbuatan buruk tidaklah sama, harta yang haram dengan harta yang halal tidaklah sama. “Meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu,” karena yang buruk itu tidak berguna sedikit pun bagi pemiliknya, justru membahayakan agama dan dunianya. “Maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” Allah memerintahkan orang-orang yang berakal sempurna dan yang memiliki pandangan yang lurus. Allah mengarahkan pembicaraan kepada mereka.

Mereka itulah yang diperhatikan dan diharapkan menjadi baik. Kemudian Allah memberitakan bahwa keberuntungan bergantung kepada takwa yang merupakan ketaatan kepadaNya pada perintah dan laranganNya. Barangsiapa bertakwa kepadaNya, maka dia beruntung total.

Barangsiapa membuang takwa, maka dia akan merugi dan tidak beruntung.

Sumber: https://tafsirweb.com/1984-surat-al-maidah-ayat-100.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

100. Wahai rasul, katakanlah: “Halal dan haram, kafir dan mukmin, yang taat dan yang bermaksiat itu tidak sama, meskipun banyaknya orang yang berbuat kerusakan itu membuatmu tertarik. Maka bertakwalah kepada Allah dengan menjauhi yang haram dan menunaikan yang halal, supaya kalian menang di dunia dan akhirat.” Ayat ini turun terkait seorang laki-laki yang mengumpulkan harta dengan menjual khamr sebelum adanya pengharaman hal itu, lalu dia ingin berbuat ketaatan kepada Allah melalui hal itu.

Kemudian Nabi SAW, memberitahunya bahwa dia tidak mendapat pahala atas infaknya untuk haji, jihad atau sedekah. Sesungguhnya Allah tidak menerima sesuatu kecuali yang baik. Lalu Allah SWT menurunkan ayat ini untuk memberi pembenaran kepadanya (nabi Muhammad)

Sumber: https://tafsirweb.com/1984-surat-al-maidah-ayat-100.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 100-102 Allah SWT berfirman kepada RasulNya: (Katakanlah) wahai Muhammad (Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun menarik hatimu) wahai manusia (banyaknya yang buruk itu) yaitu sedikitnya perkara halal yang bermanfaat itu lebih baik daripada banyaknya perkara haram yang memberi mudharat. Sebagaimana disubtkan dalam hadits “Sesuatu yang sedikit tetapi mencukupi adalah lebih baik daripada sesuatu yang banyak tetapi melalaikan” (maka bertakwalah kepada Allah, hai orang-orang yang berakal) yaitu wahai orang-orang yang berakal sehat dan lurus, jauhilah dan tinggalkanlah hal-hal yang haram, serta terimalah dan cukuplah dengan hal-hal yang halal. (agar kalian mendapat keberuntungan) yaitu di dunia dan akhirat. Kemudian Allah SWT berfirman: (Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menanyakan (kepada nabi kalian) hal-hal yang jika diterangkan kepada kalian niscaya menyusahkan kalian) Ini merupakan pelajaran adab dari Allah kepada hamba-hambaNya yang mukmin, dan larangan bagi mereka dari menanyakan hal-hal yang tidak berfaedah bagi mereka dalam memberikan pertanyaan dan penyelidikan tentang itu.

Karena jika hal-hal itu ditampakkan kepada mereka, barangkali hal itu akan berakibat buruk bagi mereka dan dirasakan amat berat bagi mereka untuk mendengarnya. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Semoga jangan ada seseorang menyampaikan kepadaku perihal sesuatu masalah dari orang lain, sesungguhnya aku suka bila aku menemui kalian dalam keadaan dada yang lapang” Diriwayatkan dari Anas bin Malik, dia berkata,” Rasulullah SAW berkhutbah terkait sesuatu yang belum pernah aku, dengar hal yang serupa dengan itu sedikit pun. Di dalamnya beliau bersabda: “Sekiranya kalian mengetahui seperti apa yang aku ketahui, niscaya kalian benar-benar sedikit tertawa dan benar-benar akan banyak menangis” Lalu para sahabat Rasulullah SAW menutupi wajahnya masing-masing, Kemudian ada seorang lelaki berkata, “Siapakah ayahku?” Lalu Nabi SAW menjawab, “Fulan" Lalu turunlah ayat ini (Janganlah kalian menanyakan (kepada nabi kalian) banyak hal) Yang jelas dari ayat itu adalah larangan untuk bertanya tentang hal-hal yang jika diketahui orang lain, maka hal itu akaan memberikan keburukan.

Yang lebih utama adalah mengabaikan dan meninggalkannya Firman Allah SWT (dan jika kalian menanyakannya di waktu Al-Qur'an itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepada kalian) yaitu jika kalian menanyakan hal-hal yang mana kalian dilarang untuk menanyakannya ketika wahyu diturunkan kepada Rasulullah SAW, maka akan dijelaskan kepada kalian. Hal itu sangat mudah bagi Allah. Kemudian Allah SWT berfirman: (Allah memaafkan (kalian) tentang hal-hal itu) yaitu hal-hal yang kalian lakukan sebelum itu (Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun) Dikatakan bahwa makna firman Allah (dan jika kalian menanyakannya di waktu Al-Qur'an sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepada kalian) yaitu "Janganlah kalian menanyakan hal-hal yang kalian sengaja memulai mengajukannya, karena barangkali karena pertanyaan kalian itu ada sesuatu yang memberatkan dan menyilitkan".

Disebutkan dalam hadits,”Seorang muslim yang paling besar dosanya adalah seseorang yang menanyakan sesuatu yang tidak diharamkan, lalu menjadi diharamkan karena pertanyaannya itu” Akan tetapi jika diturunkan Al-Qur'an tentang hal itu secara umum, lalu kalian menanyakan penjelasannya, maka akan dijelaskan kepada kalian saat itu juga karena kalian sangat memerlukannya (Allah memaafkan (kalian) tentang hal-hal itu) yaitu hal-hal yang tidak disebutkan oleh Allah di dalam kitabNya, maka hal itu termasuk yang dimaafkan. Maka diamlah kalian sebagaimana beliau diam dalam hal itu. Disebutkan dalam alam hadits shahih dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah menetapkan hal-hal yang wajib, jadi janganlah menyia-nyiakannya; dan Dia telah menetapkan batasan-batasan, maka janganlah melampauinya, dan Dia telah mengharamkan hal-hal, maka janganlah kalian melanggarnya.

Dia telah mendiamkan banyak hal karena rahmatNya kepada kalian bukan karena lupa, maka janganlah kalian menanyakannya” Kemudian Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya telah ada segolongan manusia sebelum kalian menanyakan hal-hal yang serupa itu (kepada nabi mereka), kemudian mereka tidak percaya kepadanya) yaitu pertanyaan-pertanyaan yang dilarang itu telah ditanyakan oleh kaum dari sebelum kalian, lalu mereka diberi jawaban, kemudian mereka tidak mempercayainya; (kemudian mereka tidak percaya kepadanya) yaitu karena pertanyaan itu. yaitu bahwa telah dijelaskan kepada mereka, lalu mereka tidak mengambil manfaat dari hal itu, karena mereka tidak memberikan pertanyaaan untuk meminta petunjuk, melainkan untuk mengolok-olok dan sikap keras kepala

Sumber: https://tafsirweb.com/1984-surat-al-maidah-ayat-100.html

Informasi Tambahan

Juz

7

Halaman

124

Ruku

98

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved