Kembali ke Surat Al-Baqarah

البقرة (Al-Baqarah)

Surat ke-2, Ayat ke-74

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوْبُكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ اَوْ اَشَدُّ قَسْوَةً ۗ وَاِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْاَنْهٰرُ ۗ وَاِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاۤءُ ۗوَاِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗوَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ

Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar daripadanya. Ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya. Dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Akan tetapi kalian tidak mendapatkan manfaat sedikitpun dari kejadian itu, sebab setelah ditampakannya mukjizat-mukjizat yang luar biasa ini, hati-hati kalian justru dan mengeras dan membeku, sehingga tidak ada kebaikan yang dapat sampai kepadanya, dan tidak dapat melunak dihadapan tanda-tanda kuasa Ku yang mencengangkan itu yang aku Perlihatkan kepada kalian semua, sehingga hati-hati kalian menjadi seperti batu hitam yang amat keras, bahkan sebenarnya hati-hati mereka jauh lebih keras dari batu itu, karena sebagian bebatuan itu ada yang melebar dan berongga sehingga bisa mengalir darinya dengan kuat, maka ia menjadi sungai-sungai yang mengalir. Dan sebagian batuan ada yang terbelah dan pecah,maka keluarlah darinya mata air dan sumber air. Dan sebagian bebatuan bahkan ada yang jatuh dari gunung yang tinggi karena takut kepada Allah dan mengagungkan Nya. dan Allah tidak pernah lalai terhadap apa yang kalian perbuat.

Sumber: https://tafsirweb.com/450-surat-al-baqarah-ayat-74.html

📚 Tafsir as-Sa'di

74. “Kemudian hatimu menjadi keras, ” maksudnya mengeras dan menebal hingga nasihat tidak mampu berpengaruh padanya “setelah itu”, maksudnya, setelah Allah memberikan nikmat atas kalian dengan nikmat-nikmat yang besar dan memperlihatkan kepada kalian ayat-ayatNya, dan seharusnya tidaklah patut hati-hati kalian menjadi keras, karena apa yang kalian saksikan sendiri seharusnya menimbulkan kelembutan hati dan ketundukannya. Kemudian Allah menerangkan tentang kekerasan hati mereka yaitu bahwasanya ia, ”seperti batu” yang lebih keras daripada besi, karena besi dan timah apabila dibakar dalam api, niscaya akan meleleh, berbeda dengan batu. Dan firmanNya, “atau lebih keras lagi, ” maksudnya bahwa ia tidaklah terbatas hanya sekeras batu, dan (atau) di sini tidaklah bermakna (bahkan).

Kemudian Allah menyebutkan tentang keutamaan batu atas hati mereka seraya berfirman, “padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah.” Maka dengan sifat-sifat itu, batu itu melebihi keutamaan hati mereka. Kemudia Allah mengancam mereka dengan ancaman yang paling keras seraya berfirman, “dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan , ” bahkan Allah sangat mengetahuinya, menghafalnya, baik kecil maupun besar, dan kalian akan di beri balasan atas perbuatan kalian dengan balasan yang paling sempurna dan paling penuh. Ketahuilah bahwasanya kebanyakan para ahli tafsir telah memperbanyak penyisipan cerita-cerita Bani Israil dalam tafsir mereka, dan memaknai ayat-ayat al-Qu’an menurut cerita-cerita tersebut.

Mereka berhujjah dengan sabda Nabi sholallohu ‘alihi wasallam : “ceritakan tentang Bani Isroil, tida apa-apa” (HR. Bukhori : 3461) Dan menurut hemat saya adalah bahwasanya bila pun boleh meriwayatkan cerita-cerita mereka adalah dalam bentuk dialokasikan tersendiri tanpa dikaitkan dan tidak pula menjadi makna dasar atas kitabullah, karena sesungguhnya menjadikannya sebagai tafsir bagi kitabullah tidaklah boleh sama sekali apabila tidak shahih kabarnya dari Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam, hal itu jika derajatnya seperti yang Nabi sabdakan : “jangan membenarkan ahli kitab dan jangan juga mendustakan mereka” (HR. Bukhori : 4485) Apabila derajatnya diragukan, dan suatu hal yang pasti diketahui dalam agama islam bahwasanya al-Qur’an itu wajib di imani dengan keyakinan bulat, baik kata-katanya maupun makna-maknanya, oleh karena itu tidak boleh menjadikan cerita-cerita tersebut yang diriwayatkan secara majhul (tidak di ketahui) yang kemungkinan besar menurut akal adalah cerita dusta atau mayoritasnya adalah dusta, sebagai makna-makna al-Qur’an sebagai suatu yang pasti dan tidak ada seorang pun yang meragukannya, akan tetapi karena kelalaian terhadap hal ini akhirnya terjadilah apa yang terjadi. Hanya Allah sajalah Dzat yang membimbing.

Sumber: https://tafsirweb.com/450-surat-al-baqarah-ayat-74.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

Kemudian hati mereka mengeras (menolak) dari kebenaran dan tidak mau tunduk kepada ayat-ayat Allah setelah melihat peristiwa itu. Hati mereka seperti batu yang sangat keras bahkan lebih keras lagi. Akan tetapi di antara batu-batu itu, ada (batu-batu) yang lebih lembut daripada hati kalian.

Sebagian dari batu-batu itu memancar darinya air sungai dan sebagian lainnya terbelah sehingga keluarlah darinya mata air kecil, dan sebagian lain dari batu-batu itu jatuh karena takut kepada Allah sebagaimana jatuhnya gunung di hadapan Musa. Dan hati kalian tidak menjadi lembut (setelah melihat peristiwa itu). Sesungguhnya Allah memperhatikan amal perbuatan kalian dan tata cara kalian melaksanakannya (sampai) hari kiamat

Sumber: https://tafsirweb.com/450-surat-al-baqarah-ayat-74.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Allah berfirman sembari mecela dan menegur Bani Israil atas atas apa yang telah mereka saksikan dari tanda-tanda kebesaran Allah dan tindakanNya menghidupkan orang mati: (Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras) secara keseluruhan (seperti batu) yang tidak pernah lunak.

Oleh karena itu, Allah melarang orang-orang mukmin untuk menjadi seperti mereka. Allah berfirman, (Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras.

Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik (16)) (Surah Al-Hadid) Dari Ibnu Abbas berkata bahwa ayat (Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah) maknanya yaitu ada batu-batu yang menjadi lembut karena hati mereka menerima kebenaran yang kalian serukan. (Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan) Firman Allah (Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya) yaitu seperti mata air yang keluar dari bebatuan. (dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya) seperti batu nabi Musa yang memancarkan sebanyak dua belas mata air ketika dipukul dengan seizin Allah. (dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah) yaitu dari puncak-puncak gunung.

Hal ini seperti ucapan seseorang,”satu gunung yang mencintai kami dan kami juga mencintainya” Beberapa ulama’ beranggapan bahwa ini adalah majas, yaitu mengaitkan rasa khusyu' kepada batu, sebagaimana mengaitkan kemauan kepada dinding dalam firmanNya: (dinding rumah yang hampir roboh) (Surah Al-Kahfi: 77) Fakhruddin Ar-Razi, Al-Qurtubi, dan imam-imam lainnya berkata: Tidak ada kebutuhan khusus untuk menafsirkan hal ini, karena sesungguhnya Allah SWT menciptakan dalam batu-batu ini sifat tersebut, seperti yang ada dalam firmanNya: (Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya) (Surah Al-Ahzab: 72) (Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah……) (Surah Al-Isra’: 44) dan firmanNya (Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya (6)) (Surah Ar-Rahman) Dalam hadits sahih, terdapat keterangan "Ini adalah gunung yang mencintai kami dan kami juga mencintainya" dan seperti kerinduan batang pohon yang terus-menerus memberitahunya.

Perlu diingat bahwa para ulama bahasa Arab berbeda pendapat tentang makna firman Allah: (Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi) Setelah mereka sepakat bahwa tidak mungkin menafsirkan keberadaannya karena ragu. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa "aw" di sini memiliki arti "wawu" dengan makna (Fa hiya kal hijaarah wa asyaddu qaswah) “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu dan lebih keras” sebagaimana firman Allah (dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka) (Surah Al-Insan: 24), dan (untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan (6)) (Surah Al-Mursalat). dan seperti yang dikatakan oleh Nabighah Adz-Dzibyani: Dia berkata Alangkah baiknya jika merpati ini bisa membawa kita ke merpati kami dan setengah menghilang" Ibnu Jarir mengatakan bahwa yang dimaksud adalah dia menginginkan burung itu dan setengahnya.

Sebagian lainnya mengatakan bahwa "aw" disini memiliki makna "bal", sehingga maknanya adalah (Fa hiya kal hijaarah wa asyaddu qaswah) “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras” seperti firman Allah: (tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya) (Surah An-Nisa’: 77), (Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih (147)) (Surah Ash-Shaffat), dan(maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). (9)) (Surah An-Najm), Sebagian dari mereka mengatakan: makna dari ayat ini adalah bahwa hati mereka tidak keluar dari salah satu dari dua kemungkinan ini; bisa jadi hati mereka memang sekeras batu, atau bahkan lebih keras daripada batu.

Ibnu Jarir mengatakan: makna dari ayat ini adalah bahwa ada sebagian dari hati mereka yang sekeras batu dan ada sebagian lagi yang lebih keras daripada batu. Ibnu Jarir juga menguatkan pendapatnya ini dengan pendapat lainnya Saya berkata,”Pendapat yang terakhir ini sesuai dengan firman Allah SWT : (Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api) (Surah Al-Baqarah: 17), (atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit) (Surah Al-Baqarah: 19), dan (Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar) (Surah An-Nur: 39) serta firmanNya: (Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam) (Surah An-Nur: 40) yaitu di antara hati mereka ada yang seperti inu dan ada pula yang seperti itu.

Hanya Allah yang lebih mengetahui

Sumber: https://tafsirweb.com/450-surat-al-baqarah-ayat-74.html

Informasi Tambahan

Juz

1

Halaman

11

Ruku

10

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved