Kembali ke Surat Al-An'am

الانعام (Al-An'am)

Surat ke-6, Ayat ke-102

ذٰلِكُمُ اللّٰهُ رَبُّكُمْۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوْهُ ۚوَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ وَّكِيْلٌ

Itulah Allah, Tuhan kamu; tidak ada tuhan selain Dia; pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; Dialah pemelihara segala sesuatu.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Yang memiliki sifat demikian itu (wahai kaum musyrikin), adalah tuhan kalian yang Maha agung lagi Maha tinggi , tiada sesembahan yang berhak dibadahi selainNya. Dia sang pencipta segala sesuatu, maka tunduklah kepadaNya dengan ketaatan dan ibadah kepadaNya. Dia Maha pemelihara lagi penjaga segala sesuatu, mengatur urusan-urusan makhlukNya.

Sumber: https://tafsirweb.com/2226-surat-al-anam-ayat-102.html

📚 Tafsir as-Sa'di

102. Dzat yang menciptakan apa yang diciptakan dan mementukan apa yang dietntukan, “Dia-lah Allah Tuhanmu,” maksudnya, Dzat yang dipertuhankan dan disembah, yang berhak mendapatkan ketundukan dan kecintaan sempurna. Tuhan yang mengurusi seluruh makhluk dengan melimpahkan nikmat-nikmatNya dan menolak seluruh kesuliatn dari mereka.

Dia adalah pencipta segala sesuatu yang tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia. “Maka sembahlah Dia.” Maksdunya, jika telah terbukti dengan meyakinkan bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia, maka berikan kepadaNya segala bentuk ibadah, ihklaskan ia untukNya, dan maksudkanlah untuk wajahNya, karena ini maksud dari pencipataan manusia, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat:56). “Dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu .” maksudnya, segala sesuatu dibawah pemeliharaan dan pengawasan Allah, baik dari segi penciptaan, panataan, dan pengaturan. Sudah diketahui bahwa perkara yang diatur, kesempurnaanNya kelengkapan dan keserasianNya tergantung kepada keadaan pemeliharanya, dan pemeliharaan Allah terhadap sesuatu tidak seperti pemeliharaan makhluk, karena pemeliharan akhluk adalah pemeliharaan yang bersifat penggantian, dan pelaksanaanNya hanya menginduk kepada pemberi hak pemeliharaan tersebut. Lain halnya dengan Allah Yang Maha Pencipta, pemeliharaNya adalah berasal dari DiriNya sendiri untuk DiriNya, yang mencakup kesempurnaan ilmu, kebaikan pengurusan dan adil.

Maka tidak seorang pun yang mungkin mengritik Allah dan tidak mungkin melihat kekurangan tidak juga kelemahan pada makhluk pencitanNya dan tidak pulah ketimpang cacat pada pengaturanNya. Di antara pemeliharan Allah adalah bahwa dia menjelaskan agamanNya dan menjaganya dari perkara-perkara yang bisa menghapus dan merubahnya, dan bahwa Dia-lah yang menjaga orang-orang Mukmin dan memelihara mereka dari perkara-perkara yang merusak iman dan akidahNya.

Sumber: https://tafsirweb.com/2226-surat-al-anam-ayat-102.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

102. Sesungguhnya yang disifati menggunakan sifat-sifat sebelumnya itu adalah Allah, Tuhan kalian yang merupakan satu-satunya Tuhan yang Esa, tiada Tuhan bagi kalian selain Dia. Dialah Dzat yang Maha Menciptakan setiap sesuatu.

Jadi Dialah yang berhak untuk disembah, maka sembalah Dia. Dan Dia itu Maha Mengawasi segala sesuatu

Sumber: https://tafsirweb.com/2226-surat-al-anam-ayat-102.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 102-103 Allah SWT berfirman: (Yang demikian itu adalah Allah Tuhan kalian) yaitu Dzat yang menciptakan segala sesuatu, sehingga tidak memiliki anak, dan tidak pula istri (tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia) yaitu sembahlah Dia semata, tidak ada sekutu bagiNya, dan akuilah keesaaanNya, bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, dan Dia tidak mempunyai anak, tidak diperanakkan, tidak mempunyai istri, dan tidak ada pula yang menandingi dan setara denganNya (dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu) yaitu Dia Maha Memelihara dan Maha Mengawasi yang mengatur segala sesuatu yang selain Dia, memberi rezeki dan menjaga mereka di malam dan siang hari. Firman Allah SWT: (Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata) dalam hal ini terdapat pendapat para imam dari ulama salaf. Pertama, Allah tidak dapat dilihat di dunia, dan di akhirat bisa melihatNya.

Ulama’ lainnya berkat, dari kalangan Mu'tazilah berdasarkan dengan apa yang mereka pahami dari ayat ini, yaitu bahwa Allah tidak dapat dilihat, baik di dunia maupun di akhirat. Lalu mereka berbeda pendapat dengan ahlus sunnah wal jama’ah tentang hal ini. karena mereka tidak tahu tentang apa yang ditunjukkan oleh kitab Allah dan sunnah Rasulullah. Adapun dalil dari Al-Qur’an ini adalah firman Allah SWT: (Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri (22) kepada Tuhannyalah mereka melihat (23)) (Surah Al-Qiyamah) dan Allah juga berfirman tentang orang-orang kafir (Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (melihat) Tuhan mereka (15)) (Surah Al-Muthaffifin) Imam Syafi’i berkata,”Ini menunjukkan bahwa orang-orang mukmin tidak terhalang untuk melihat Allah SWT.

Adapun terkait sunnah, maka banyak riwayat yang mutawattir dari Abu Sa'id, Abu Hurairah, Anas, Juraij, Shuhaib, Bilal, dan lainnya dari para sahabat Nabi SAW; bahwa orang-orang mukmin dapat melihat Allah di akhirat, di halaman-halaman dan taman-taman surga. Semoga Allah menjadikan kita dari golongan mereka dengan karunia dan kemurahanNya, amin. Dikatakan bahwa makna firmanNya: (Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata) yaitu dengan akal.

Ulama lainnya berkata bahwa tidak ada pertentangan antara ketetapan untuk melihat dan penafian untuk menyadari dan menyadari itu lebih khusus daripada melihat, maka tidak bisa penafian sesuatu yang khusus itu menjadi alasan untuk menjauhkan sesuatu yang lebih umum. Kemudian mereka berbeda pendapat tentang pengertian kedudukan “menyadari”, yaitu bagaimanakah itu? Firman Allah (sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan) yaitu Dia meliputi semuanya dan mengetahui kedudukannya, karena sesungguhnya Allah menciptakan semua itu, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui; dan Dia Maha Lembut lagi Maha Mengetahui? (14)) (Surah Al-Mulk) Terkadang ungkapan tentang “Al-Abshar” itu dari “Al-Mubshirun” sebagaimana yang dikatakan oleh As-Suddi tentang firmanNya: (Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan) yaitu tidak ada sesuatu apapun yang melihatNya, dan Dia melihat semua makhluk.

Abu Al-‘Aliyah berkata tentang firmanNya: (dan Dialah Yang Maha Lembut lagi Maha Mengetahui) Dzat yang Maha Lembut untuk mengeluarkannya, lagi Maha Mengetahui tempatnya, Hanya Allah yang lebih mengetahui. Hal ini sebagaimana Allah SWT berfirman seraya memberitahu tentang nasihat Luqman kepada anaknya: ((Luqman berkata), "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Maha Mengetahui.” (16)) (Surah Luqman)

Sumber: https://tafsirweb.com/2226-surat-al-anam-ayat-102.html

Informasi Tambahan

Juz

7

Halaman

141

Ruku

114

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved