Kembali ke Surat Al-An'am

الانعام (Al-An'am)

Surat ke-6, Ayat ke-103

لَا تُدْرِكُهُ الْاَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْاَبْصَارَۚ وَهُوَ اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ

Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu, dan Dialah Yang Mahahalus, Mahateliti.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Kamu tidak dapat melihat Allah oleh penglihatan mata di dunia(ini). Adapun di akhirat, sesungguhnya kaum mukminin akan dapat melihat tuhan mereka tanpa ada dinding penghalang, sedang Dia dapat melihat semua penglihatan dan meliputinya, serta mengetahuinya sesuai dengan apa adanya. Dan Dia maha lembut terhadap para kekasihNya, lagi maha teliti yang Maha mengetahui perkara-perkara yang samar dan detail.

Sumber: https://tafsirweb.com/2227-surat-al-anam-ayat-103.html

📚 Tafsir as-Sa'di

103. “Dia tidak dapat di capai oleh penglihatan mata,” karena kebesaran, keagungan dan kesempurnaanNya, maksudnya, mata penglihatan tidak bisa mengetahuiNya dari segala segi walaupun mata bisa melihatNya, dan bergembira melihat kepada wajahNya yang mulia. Penafian terhadap pengetahua tidak berarti manafikan penglihatan, justru ia menetapkanNya dengan cara pemahaman (mafhum), karena ketika ayat tersebut manfikan “pengetahuan” (idrak) yang mana ia merupakan sifat penglihatan (Ru’yah) yang paling khusus, maka hal itu menunjukan bahwa penglihatan adalah tetap (tsabit) dan tidak dinafikan. Seandanyai ayat ini hendak menafikan penglihatan niscaya ia akan mengatakan, “Tidak dilihat oleh mata,” atau ucapan lain yang sejenis.

Dari sini di ketahui bahwa ayat ini tidak terdapat dalil yang mendukung pendapat para pengingkar sifat Allah yang meniadakan kemungkinan melihat Allah di Akhirat. Justru ayat ini mengandung bantahan terhadap pendapat tersebut. “Sedang Dia dapat melihat penglihatan itu.” Maksudnya, Dia-lah yang ilmuNya meliputi lahir dan batin. pendengaranNya meliputi seluruh suara yang samar dan yang jelas, dan penglihatanNya meliputi segala yang terlihat, baik kecil maupun yang besar. Oleh karenya, Dia befirman, “Dan Dia-lah Yang Mahaluas dan Maha Mengetahui.” Maksudnya,ilmu dan pengetahuannya cermat dan teliti sehingga Dia mengetahui sesuatu yang rahasia, yang samar, yang tersembunyi dan yang tersimpan.

Dan diantara kelembutan Allah adalah bahwa dia membimbing hamba-hambaNya kepada kemaslahatan agamaNya, mengantarkannya dengan cara dimana hamba itu tidak merasa dan tidak berusaha padanya. Dia mengantarkannya pada kebahagiaan abadi dan keberuntungan yang kekal dari arah yang tidak terduga, bahkan dia mentakdirkan perkara-perkara yang tidak disukai dan tidak di rasa oleh hamba sehingga dia memohon kepadanya agar menyembuhkanNya. Hal tersebut bahwa dia mengetahui agamanNya, lebih baik dan bahwa kesempurnaan agamanya bergantung kepada ujian tersebut.

Mahasuci Allah Yang Mahalembut kepada apa yang Dia kehendaki, Maha Penyayang kepada orang-orang Mukmin.

Sumber: https://tafsirweb.com/2227-surat-al-anam-ayat-103.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

103. Dia (Allah) tidak bisa dilihat dengan penglihatan di dunia, tidak pula mereka bisa mengawasinya di akhirat. Dan orang-orang mukmin itu mampu melihatNya karena firmanNya: {Wujuuhun yaumaidzin naadhirah, Ilaa rabbihaa nazhirah} [Surah Al-Qiyamah, 75/22-23] dan (riwayat) penglihatan itu dikuatkan dengan hadits-hadits mutawatir.

Hanya Allahlah yang mampu mengawasi dengan penglihatanNya. Dialah Dzat yang mengawasi hamba-hambaNya dan Maha Memberitahu tentang perkara-perkaraa ciptaanNya

Sumber: https://tafsirweb.com/2227-surat-al-anam-ayat-103.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 102-103 Allah SWT berfirman: (Yang demikian itu adalah Allah Tuhan kalian) yaitu Dzat yang menciptakan segala sesuatu, sehingga tidak memiliki anak, dan tidak pula istri (tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia) yaitu sembahlah Dia semata, tidak ada sekutu bagiNya, dan akuilah keesaaanNya, bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, dan Dia tidak mempunyai anak, tidak diperanakkan, tidak mempunyai istri, dan tidak ada pula yang menandingi dan setara denganNya (dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu) yaitu Dia Maha Memelihara dan Maha Mengawasi yang mengatur segala sesuatu yang selain Dia, memberi rezeki dan menjaga mereka di malam dan siang hari. Firman Allah SWT: (Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata) dalam hal ini terdapat pendapat para imam dari ulama salaf. Pertama, Allah tidak dapat dilihat di dunia, dan di akhirat bisa melihatNya.

Ulama’ lainnya berkat, dari kalangan Mu'tazilah berdasarkan dengan apa yang mereka pahami dari ayat ini, yaitu bahwa Allah tidak dapat dilihat, baik di dunia maupun di akhirat. Lalu mereka berbeda pendapat dengan ahlus sunnah wal jama’ah tentang hal ini. karena mereka tidak tahu tentang apa yang ditunjukkan oleh kitab Allah dan sunnah Rasulullah. Adapun dalil dari Al-Qur’an ini adalah firman Allah SWT: (Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri (22) kepada Tuhannyalah mereka melihat (23)) (Surah Al-Qiyamah) dan Allah juga berfirman tentang orang-orang kafir (Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (melihat) Tuhan mereka (15)) (Surah Al-Muthaffifin) Imam Syafi’i berkata,”Ini menunjukkan bahwa orang-orang mukmin tidak terhalang untuk melihat Allah SWT.

Adapun terkait sunnah, maka banyak riwayat yang mutawattir dari Abu Sa'id, Abu Hurairah, Anas, Juraij, Shuhaib, Bilal, dan lainnya dari para sahabat Nabi SAW; bahwa orang-orang mukmin dapat melihat Allah di akhirat, di halaman-halaman dan taman-taman surga. Semoga Allah menjadikan kita dari golongan mereka dengan karunia dan kemurahanNya, amin. Dikatakan bahwa makna firmanNya: (Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata) yaitu dengan akal.

Ulama lainnya berkata bahwa tidak ada pertentangan antara ketetapan untuk melihat dan penafian untuk menyadari dan menyadari itu lebih khusus daripada melihat, maka tidak bisa penafian sesuatu yang khusus itu menjadi alasan untuk menjauhkan sesuatu yang lebih umum. Kemudian mereka berbeda pendapat tentang pengertian kedudukan “menyadari”, yaitu bagaimanakah itu? Firman Allah (sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan) yaitu Dia meliputi semuanya dan mengetahui kedudukannya, karena sesungguhnya Allah menciptakan semua itu, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui; dan Dia Maha Lembut lagi Maha Mengetahui? (14)) (Surah Al-Mulk) Terkadang ungkapan tentang “Al-Abshar” itu dari “Al-Mubshirun” sebagaimana yang dikatakan oleh As-Suddi tentang firmanNya: (Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan) yaitu tidak ada sesuatu apapun yang melihatNya, dan Dia melihat semua makhluk.

Abu Al-‘Aliyah berkata tentang firmanNya: (dan Dialah Yang Maha Lembut lagi Maha Mengetahui) Dzat yang Maha Lembut untuk mengeluarkannya, lagi Maha Mengetahui tempatnya, Hanya Allah yang lebih mengetahui. Hal ini sebagaimana Allah SWT berfirman seraya memberitahu tentang nasihat Luqman kepada anaknya: ((Luqman berkata), "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Maha Mengetahui.” (16)) (Surah Luqman)

Sumber: https://tafsirweb.com/2227-surat-al-anam-ayat-103.html

Informasi Tambahan

Juz

7

Halaman

141

Ruku

114

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved