الانعام (Al-An'am)
Surat ke-6, Ayat ke-125
فَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ اَنْ يَّهْدِيَهٗ يَشْرَحْ صَدْرَهٗ لِلْاِسْلَامِۚ وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُّضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهٗ ضَيِّقًا حَرَجًا كَاَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَاۤءِۗ كَذٰلِكَ يَجْعَلُ اللّٰهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Barangsiapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.
📚 Tafsir Al-Muyassar
Maka barangsiapa yang Allah berkehendak memberinya taufik untuk menerima kebenaran, niscaya Allah akan melapangkan dadanya untuk bertauhid dan beriman. Dan barangsiapa Allah berkehendak menyesatkannya maka Dia akan menjadikan dadanya dalam kondisi sangat keras dan tertutup dari menerima hidayah, seperti keadaan orang yang menaiki lapisan-lapisan udara yang tinggi, maka ia akan mengalami sesak yang parah dalam bernafas. Dan sebagaimana Allah menjadikan hati orang-orang kafir sangat sesak dan tertutup , dan begitu juga Dia menimpakan siksaan kepada orang-orang yang tidak beriman kepadaNYa.
Sumber: https://tafsirweb.com/2249-surat-al-anam-ayat-125.html
📚 Tafsir as-Sa'di
125. Allah menjelaskan kepada hamba-hambaNya tanda-tanda kebahagiaan, hidayah, orang kesengasaraan, dan kesesatan seorang hamba, “Sesungguhnya orang yang dadanya terbuka untuk Islam dan disinari cahaya iman, ia hidup dengan sinar yakin, maka jiwanya tentram, mencintai kebaikan, melakukannya dengan jiwa yang rela, merasakan kenikmatan tanpa merasa berat; ini adalah tanda bahwa Allah telah memberinya petunjuk, menganugerahkan taufik kepadanya sehingga dia mampu meniti jalan lurus. Dan bahwa tanda orang yang Allah ingin “menyesatkannya” adalah, “Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit.” Maksudnya, dadanya sangat sempit dari iman, ilmu, dan yakin.
Hatinya telah terbenam di dalam syubhat dan syahwat sehingga tidak ada kebaikan yang masuk ke dalamnya, dan hatinya tidak lapang dalam melakukan kebaikan, saking sempit dan sesaknya, seolah-olah “ia sedang mendaki ke langit.” Maksudnya, seolah-olah dia dipaksa naik ke langit di mana dia tidak mempunyai cara untuk menghindarinya. Penyebabnya adalah ketidakimanan mereka. Ketidakimanan merekalah yang menyebabkan Allah menimpakan siksa kepada mereka, karena mereka sendirilah yang menutup pintu rahmat dan kebaikan dari diri mereka.
Ini adalah parameter yang adil dan jalan yang tidak berubah. Barangsiapa yang memberi, bertakwa dan membenarkan kebaikan, maka Allah memudahkannya kepada kebaikan. Dan barangsiapa yang kikir, merasa kaya dan mendustakan kebaikan, maka Allah akan memudahkannya kepada kesulitan.
Sumber: https://tafsirweb.com/2249-surat-al-anam-ayat-125.html
📚 Tafsir Al-Wajiz
125 Barangsiapa yang Allah kehendaki akan diberi petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk memeluk agama Islam, menyinari hatinya sehingga dia menerima Islam. Adapun barangsiapa yang dikehendaki Allah dalam kesesatan, niscaya Allah akan menjadikan dadanya sesak dan sangat sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit namun tidak bisa, dan tidak bisa memasukkan iman ke dalam hatinya. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman sebab pembangkangan mereka dalam kekufuran.
Sumber: https://tafsirweb.com/2249-surat-al-anam-ayat-125.html
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)
Allah berfirman: (Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam) yaitu memudahkan dan melancarkannya kepada hal itu, dan ini merupakan tanda kebaikan.
Sebagaimana firman Allah SWT: (Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata (22)) (Surah Az-Zumar) Firman Allah SWT: (Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit) Dibaca dengan difathah huruf dhadnya dan disukun huruf ya’nya, dan kebanyakan ulama membacanya (dhayyiqan) yaitu dengan ditasydid dan dikasrah huruf ya’nya keduanya seperti “hainun” dan “hayyinun”.
Sebagian ulama membaca (harijan) dengan difathah huruf ha’nya dan dikasrah huruf ra’nya. Dikatakan bahwa maknanya adalah orang yang berdosa. Pendapat yang dikatakan As-Suddi.
Dikatakan bahwa pembacaan lainnya adalah (harajan) dengan difathah huruf ha’ dan ra’nya, yaitu tidak dapat menampung hidayah dan tidak ada satupun hal yang bermanfaat dari keimana bisa masuk ke dalamnya. Yaitu menembus ke dalamnya. Mujahid dan As-Suddi berkata terkait firmanNya: (sesak lagi sempit) yaitu keraguan. ‘Atha Al-Khurasani berkata terkait firmanNya: (sesak lagi sempit) yaitu tidak ada bagi kebaikan untuk masuk ke dalamnya.
Sa'id bin Jubair berkata terkait makna firmanNya: (niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit) dia berkata,”tidak di temukan jalan masuk ke dalamnya, melainkan hanya kesulitan. As-Suddi berkata tentang firmanNya: (seakan-akan ia sedang mendaki ke langit) yaitu karena kesempitan dadanya. Imam Abu Ja'far bin Jarir berkata,”Ini merupakan perumpamaan yang dibuat Allah untuk hari orang kafir yang sangat sempit sehingga keimanan tidak bisa mencapainya.
Dia berkata,”perumpamaan tentang penolakannya terhadap keimanan di dalam hatinya dan kesempitan hatinya sehingga sulit untuk dicapai itu seperti penolakan untuk naik ke langit dan kelemahannya untuk melakukan itu, karena hal itu di luar kemampuannya. Dia berkata tentang firmanNya: (Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman) Allah menjadikan dada orang yang Dia kehendaki untuk kesesatan itu sesak dan sempit, Demikian juga Dia membuat setan berkuasa atasnya dan orang-orang yang serupa dengannya yaitu orang-orang yang tidak mau beriman kepada Allah dan RasuiNya. Lalu setan menyesatkan dan menghalanginya dari jalan Allah.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa “Ar-Rijsu” adalah setan. Mujahid berkata bahwa makna, (Ar-Rijsu) adalah setiap hal yang tidak mengandung kebaikan sedikitpun. Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata “Ar-Rijsu” adalah azab.
Sumber: https://tafsirweb.com/2249-surat-al-anam-ayat-125.html
Informasi Tambahan
Juz
8
Halaman
144
Ruku
116